Semarang - Mengelola keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) suatu wilayah bukan sebuah persoalan mudah. Apalagi wilayah perkotaan seperti Semarang yang sekelas metropolitan sekaligus jantung pemerintahan Provinsi Jawa Tengah. Namun aparat keamanan setempat, baik Tentara Nasional Indonesia (TNI) maupun Kepolisian Republik Indonesia (Polri), mampu menjawab tantangan tersebut.
Mulai potensi gangguan kamtibmas yang dipicu kejahatan jalanan, pemilihan umum hingga isu agama maupun sentimen berbau SARA lain.
Kata kuncinya ternyata sederhana, yakni komunikasi dan pendekatan dari hati ke hati oleh seluruh jajaran TNI-Polri. "Tuhan memang Maha Tahu, tapi kalau Dandim harus dikasih tahu,” tutur Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0733/Berdiri Sendiri (BS) Semarang Kolonel Kav Zubaedi, Rabu 28 Agustus 2019.
Ini dibuktikan dengan sejumlah pengungkapan kasus kejahatan jalanan, sudah pasti kepolisian mengambil tindakan tegas terukur. Dan Tidak ada ada ruang bagi kegiatan yang mempermasalahkan falsafah Pancasila dan UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika.
Dalam acara Ngobrol Kamtibmas Bareng Polri-TNI yang digelar Forum Wartawan Provinsi Jawa Tengah (FWPJT) ini, Zubaedi memaknai yang dimaksud pemberitahuan ke pihaknya tersebut adalah upaya komunikasi.
Tidak hanya ke TNI dan Polri tapi juga masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Dengan demikian ada pemahaman yang sama dan tidak sampai berdampak munculnya gangguan kamtibmas.
"Di tingkatan terdekat masyarakat ada Babinsa dan Babinkamtibmas. Di tingkat kewilayahan terbawah ada Koramil dan Polsek. Bisa dikomunikasikan dan dibicarakan, apalagi menyangkut kegiatan-kegiatan yang rentan muncul gangguan kamtibmas," kata dia.
Penjelasan Zubaedi itu sekaligus menjawab kegundahan salah satu tokoh masyarakat di Semarang. Bahwa dalam waktu dekat akan ada rencana kegiatan organisasinya. Ia meminta tips agar acaranya bisa berjalan lancar dan aman, tanpa gangguan. "Tapi maaf jika menyoal ideologi Pancasila, kami tidak ada toleransi," tegas dia.
Ditambahkan, di persoalan kamtibmas, TNI dalam kapasitas memback-up kepolisian, dalam hal ini Polrestabes Semarang. "Dan peran media massa, juga tokoh masyarakat dan agama sangat besar untuk menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif," ujarnya.
Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polrestabes Semarang AKBP IGA Dwi Perbawa Nugraha menyampaikan pendekatan hukum menjadi alternatif terakhir dalam kaitan menjaga kamtibmas Semarang.
Kecuali kejahatan jalanan dan kegiatan yang tidak sejalan dengan pondasi negara. Tidak ada kompromi atas dua hal tersebut lantaran sangat potensial memicu chaos dan perpecahan di tengah masyarakat.
"Ini dibuktikan dengan sejumlah pengungkapan kasus kejahatan jalanan, sudah pasti kepolisian mengambil tindakan tegas terukur. Dan Tidak ada ada ruang bagi kegiatan yang mempermasalahkan falsafah Pancasila dan UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika," kata dia.
Polrestabes Semarang juga mengedepankan pendekatan humanis ke masyarakat. Salah satunya lewat tiga program Ayo, yakni Ayo Peduli, Ayo Berbagi dan Ayo Takziah. "Ini berlaku untuk seluruh anggota Polrestabes Semarang. Orang datang ke kegiatan suka cita sudah biasa. Tapi kalau ada yang tengah berduka ini wajib didatangi polisi," tutur dia.