Kepemimpinan Idris, Depok Masuk Kategori Kota Intoleran?

Cawawakot Depok nomor urut 1 Afifah Alia mengatakan, seharusnya P2TP2A Kota Depok mengadvokasi seorang anak yang merasa tidak diperlakukan adil.
Debat ketiga Pilkada 2020 Kota Depok, antara Pasangan Calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota nomor urut 1, Pradi Supriatna dan Afifah Alia dengan kandidat petana paslon nomor urut 2, Mohammad Idris-Imam Budi Hartono Jumat, 4 Desember 2020. (Foto:Tagar/tangkapan layar YouTube TvOne)

Depok - Debat ketiga Pilkada 2020 Kota Depok, antara Pasangan Calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota nomor urut 1, Pradi Supriatna-Afifah Alia dengan kandidat petana paslon nomor urut 2, Mohammad Idris-Imam Budi Hartono disiarkan oleh salah satu stasiun TV Nasional, Jumat, 4 Desember 2020.

Tema debat kali ini, mengupas visi misi kandidat seputar Kerukunan Sosial, Demografi dan Lingkungan Hidup di Kota Depok dalam tatanan era normal baru.

Kami juga prihatin dengan kejadian yang terjadi SMA 6. Walaupun sekolah sudah membantu Tapi harusnya P2TP2A Kota Depok mengadvokasi seorang anak yang merasa tidak ada keadilan terhadap dirinya.

Dalam debat tersebut, panelis menanyakan program yang dimiliki kandidat untuk membuat Kota Depok menjadi hunian yang nyaman bagi para warganya yang beragam identitas.

Muhammad Idris, menyatakan bahwa Depok Kota yang intoleransi tidak benar sama sekali. Sebab, indeks konflik sosial dalam kategori baik pada tahun 2019 indeksnya mencapai 1,78. Sedangkan indeks kerukunan umat beragama dalam kategori baik di tahun 2018 sebesar 3,084.

Pilkada 2020Himbauan untuk mencoblos pada Rabu, 9 Desember 2020. (Foto:Tagar/Fb relawan Pradi-Afifah)

Menimpali hal itu Afifah Alia menjawab, menurut kajian Setara Institute, Depok masuk dalam 5 kategori kota yang intoleran. Sehingga kedepannya Pradi-Afifah, akan membuat Kota Depok menjadi kota yang toleran dan kota untuk kita semua.

“Saya akan membuat taman-taman sehingga ada interaksi antar umat di ruang terbuka, ruang publik. Kami juga akan membangun pusat kebudayaan, membangun ruang-ruang olahraga karena kami yakin bahwa kebudayaan dan olahraga akan menyatukan, tidak membedakan apa agamamu apa sukumu,” tegas Afifah.

Pada kesempatan yang sama, Afifah menyampaikan rasa prihatinnya terhadap kejadian di SMA 6 Depok. Ia juga menyebut perlunya pendampingan kepada anak yang merasa tidak mendapatkan keadilan.

“Kami juga prihatin dengan kejadian yang terjadi SMA 6. Walaupun sekolah sudah membantu Tapi harusnya P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kota Depok mengadvokasi seorang anak yang merasa tidak ada keadilan terhadap dirinya,” sebut Afifah.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Idris Hobi Pamer Seremonial, Bukti Lapangan Tidak Ada
Tanpa didukung bukti konkret yang nyata. Beberapa hal yang dikampanyekannya Idris dinilai absurd dan sebatas teori tanpa bukti.
Ikut Kampanye Idris-Imam, Bawaslu Pidanakan ASN Kota Depok
Kejaksaan Negeri Kota Depok telah menerima pelimpahan tersangka dan barang bukti tahap dua kasus tindak pidana pelanggaran Pilkada oleh ASN.
Kampanye Kekanak-kanakan Idris-Imam, Jual Kata Religius
Masa kepemimpinan Idris, kriminalitas dan prostitusi di Depok tak dapat direm. Sekalipun slogan Depok Kota Religius senantiasa diperdengarkan.