Bantaeng - Ibarat pepatah, bagai makan buah simalakama, dimakan Ibu mati, tidak dimakan Bapak mati. Begitulah keadaan yang menggambarkan kondisi petani di kabupaten Bantaeng. Akibat kemarau mereka dipastikan gagal panen
Sawah yang tengah ditumbuhi padi berusia dua bulan lebih itu tampak memilukan. Batang padi yang kurus dan bulir-bulir padi yang mengecil, pertanda bahwa panen kali ini akan berakhir kurang memuaskan.
"kalau petani di Sabbannyang ada yang sudah pasti tidak panen musim ini, kering semua padinya," kata Riri, salah satu petani yang berdomisili di kampung Mappilawing, kelurahan Mallilingi kecamatan Bantaeng, kabupaten Bantaeng.
Sawah saat ini butuh air, tapi apa boleh buat jika sumber air tengah kering. Jika dipaksakan untuk memompa air dengan mesin, biayanya tidak sedikit.
"Sekali pompa butuh 60 liter solar, harga solar sekarang 7000. Hitung meki sendiri berapa banyak itu biaya. Sedangkan padi yang mau dipanen kondisinya tidak bagus. Tapi panen tidak panen tetap saja rugi. Daripada tidak dapat sama sekali," keluh Riri dengan dialeg Makassar kepada Tagar, Senin 23 September 2019.
Musim kemarau yang berlangsung sejak bulan Mei hingga September 2019 ini seperti petaka bagi para petani. Hawa panas, angin kencang dan sumber air yang mengering.
Terlebih jika petani yang bukan pemilik sawah pribadi seperti Riri. Ia sudah memastikan dirinya, bukan untung tapi malah akan menerima buntung pada panen kali ini. Karena ia hanyalah pekerja yang harus membagi hasil lagi kepada pemilik sawah.
"Harapan saya semoga pemerintah memberi solusi untuk masalah kami, semoga dipikirkan juga nasib kami," harapnya.
Baca juga:
- Kuntilanak Penculik dari Bantaeng Sulawesi Bernama Anja
- Kades Incumbent Bantaeng Kalah, Istri Pimpin Unjuk Rasa
- Ada Taman ABG Cerdas di Bantaeng