Syakila, Bayi Disiksa Nenek Tiri Viral di Bantaeng

Syakila, bayi berusia dua tahun di Bantaeng, pada awalnya segalanya baik ketika orang tuanya rukun. Sampai kemudian ayah-ibunya bercerai.
Syakila memeluk erat petugas dari P2TP2A yang menggendongnya. Ia dipertemukan dengan ayah kandung, Supriadi, di kantor lembaga ini di Jalan Merpati, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Senin, 2 September 2019. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Syakila, bayi berusia dua tahun, pada awalnya segalanya baik-baik saja ketika orang tuanya rukun. Sampai kemudian ayah-ibunya bercerai, ia dirawat ayahnya, Supriadi, di Makassar.

Pada Februari 2019 tanpa sepengetahuan Supriadi, mantan istrinya datang menjemput paksa Syakila, membawanya ke Bantaeng. Saat itu Supriadi sedang berada di tempat kerja.

Berikutnya Syakila hidup bersama ibu dan ayah tiri. Namun itu tidak berlangsung lama karena kemudian ibu dan ayah tirinya merantau ke Malaysia untuk mencari nafkah. Pada titik ini Syakila dititipkan kepada nenek tiri dan terjadilah tragedi itu. Syakila disiksa nenek tiri.

Kekerasan yang dialami Syakila itu viral di jejaring media sosial Facebook. Foto Syakila dengan beberapa lebam di tubuh terpampang jelas. 

Foto itu diunggah akun atas nama Ris-one Pahlevi Yudhistira pada Sabtu, 28 Agustus 2019.

Unggahan foto disertai keterangan, "Kini kembali lagi kekerasan anak, tepatnya Kampung Bungayya, Desa Tombolo. Anak usia 2 tahun, korban diduga telah disiksa oleh nenek tirinya."

Keterangan itu ditutup tanda pagar #stopkekerasananak #Bantaenglayakanak #YappenakBantaeng

Lebih baik ditinggal istri daripada ditinggal anak.

Viral membuat Syakila cepat mendapatkan penanganan dari pihak berwenang. Di antaranya dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Kepolisian Resor Bantaeng dan mendapat pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Bantaeng.

Syakila dijauhkan dari sumber bahaya, dirawat selama tiga hari di Klinik Doi, Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng. 

Ia mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dari pihak-pihak yang melindungi dan bersimpati. Perhatian datang di antaranya dari Ketua Dharma Wanita Persatuan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantaeng.

Sementara kasus kekerasan yang diduga dilakukan nenek tiri dalam penyelidikan kepolisian setempat.

"Saat ini masih tahap penyelidikan, proses dijalankan prosedural secara hukum," ujar Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Bantaeng, Insprektur Polisi Dua Rusdi, saat ditemui Tagar di ruang kerjanya, Selasa, 3 September 2019.

Polisi mendatangi Kepala Desa, mencari tahu kronologi kejadian dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. 

BantaengFoto Syakila dengan jejak lebam di wajah dan tangan tersebar di Facebook, membuat geger masyarakat Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. (Foto: Screenshot Facebook/Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Kembali ke Pelukan Ayah

Syakila setelah melewati trauma, dipertemukan dengan Supriadi, ayah kandungnya. Prosesi ini dihadiri banyak pejabat setempat juga disaksikan wartawan.

Pada saat serah terima dari P2TP2A ke ayah kandung, Syakila tampak ragu. Ia memeluk erat petugas yang selama tiga hari menemaninya.

Rusda, petugas itu, mengatakan Syakila baru saja mengalami trauma hebat. Syakila perlu diyakinkan bahwa ia bersama orang yang tepat. 

"Tidak mudah menghilangkan trauma," kata Rusda.

Supriadi dalam kesempatan itu menandatangani surat pernyataan dan berita acara yang menegaskan bahwa tidak akan ada lagi kekerasan dalam bentuk apa pun yang akan dialami Syakila.

Saya bersyukur sudah ketemu Syakila. Saya akan menjaganya.

Laki-laki berusia 30 tahun itu melebarkan kedua tangan, siap menggendong Syakila. Namun Syakila justru mengeratkan pelukannya ke petugas yang menggendongnya. Syakila seolah tak mau beranjak dari orang yang telah menyelamatkannya.

Beberapa waktu kemudian Supriadi berhasil merengkuh Syakila dalam pelukannya.

"Saya bersyukur sudah ketemu Syakila. Saya akan menjaganya," kata Supriadi kemudian mengecup Syakila anak sematawayangnya.

Penuh sukacita dan haru, Supriadi akhirnya bisa memeluk putrinya kembali. Meski dalam keadaan yang tak lagi sama seperti dulu. Meski putrinya masih butuh waktu. Dengan sabar, ia berjanji akan memberikan yang terbaik untuk Syakila.

Ia mengaku menyesal telah lalai, membuat tragedi menimpa Syakila. Kini ia diberikan kesempatan kedua, ia berjanji tidak akan menyia-nyiakannya. Ia menegaskan Syakila adalah segalanya baginya.

"Lebih baik ditinggal istri daripada ditinggal anak," kata Supriadi.

Petugas mengatakan kepada Supriadi, Syakila masih sangat kecil, butuh kasih sayang, belum paham arti kenangan, belum bisa mengendalikan perasaan dan pikiran. Supriadai harus menemani Syakila mengatasi trauma.

Supriadi akan membawa Syakila pulang ke Makassar.

"Semoga pihak kepolisian memberikan ganjaran sesuai hukum yang berlaku," kata Supriadi tentang orang yang tega melukai Syakila. 

Kasus Syakila mendapat perhatian luar biasa di Bantaeng. Dianggap sebagai ironi, karena pada Hari Anak Nasional 23 Juli 2019 kota ini meraih prestasi sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA) se-Sulawesi Selatan. []

Berita terkait
Puskesmas di Aceh Menolak Bayi Sakit Gara-gara KK
Bayi laki-laki 6 bulan baru bisa duduk, sedang demam tinggi, ditolak Puskesmas di Desa Pante Cermin, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya.
Polisi Temukan Orok Bayi di Tempat Wisata Surabaya
Polsek Kenjeren urabaya menemukan orok bayi di wilayah wisata Kenjeran Park (KenPark) Surabaya, Kamis 12 September 2019. Begini kondisinya
Dikira Tikus, Mayat Bayi Ditemukan di Tepi Pantai Ambon
Bayi berjenis kelamin laki-laki berumur enam bulan ditemukan di bibir Pantai Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon.