Rembang - Kegundahan petani di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, soal kepedulian dan transparansi kualitas tembakau dari pihak mitra terjawab sudah. Kedua pihak, petani dan mitra, PT Sadana Arif Nusa, bertemu dalam dialog di Balai Desa Logung, Kecamatan Sumber, Sabtu malam, 22 Agustus 2020.
Edi Waluyo, salah satu petani tembakau di Rembang, mengaku selama ini ada keluhan PT Sadana Arif Nusa kurang memberi perhatian.
"Seharusnya ada sharing biaya dan risiko. Namun saat ini biaya dan risiko ditanggungkan ke petani saja. Apakah perusahaan hanya menanggung marketing atau pasarnya saja?" kata petani asal Desa Landoh, Kecamatan Sulang ini.
Dirinya membeberkan kemitraan yang dijalin saat ini sudah berbeda dari yang dahulu. "Mulai tahun 2010-2014, Sadana pernah beri uutang piutang, apakah bisa dikembalikan seperti dulu lagi. Paling tidak ada kontribusi kepada petani," ucapnya.
Saya berharap para petani ini dapat bersinergi dan mematuhi apa yang diarahkan oleh PT Sadana dan Dinas Pertanian kami. Supaya tidak ada yang dirugikan.
Masalah lain, seputar keterbukaan atau transparansi grade atau tingkatan kualitas tembakau tidak dibeberkan secara rinci. Pihak mitra hanya memperlihatkan hasil globalnya.
“Contoh kami jual empat bal, tapi grade-nya beda-beda, ada yang F2, P2, S1, S2. Tapi enggak ada rinciannya lebih valid. Selama ini diglobal, F1, F2 berapa kilo langsung diglobal hasil uangnya sekian," tutur dia.
Menanggapi hal itu, perwakilan PT Sadana Arif Nusa, Heri Sukeni menjelaskan program kucuran modal untuk tanaman tembakau bergiliran dari satu daerah ke daerah lain. Petani tembakau di Kabupaten Rembang dirasa sudah cukup mandiri.
“Proyek ini tidak hanya di Rembang saja, kemungkinan dari finansial dialihkan ke tempat lain. Kalau tahun ini memang tidak ada. Untuk tahun 2021, jika bapak ibu minta program seperti itu lagi akan kami sampaikan ke manajemen di Surabaya,“ ujar dia.
Baca juga:
- Industri Tembakau Sukses, Petani Jateng Gigit Jari
- Cukai Naik 16 Persen, Tembakau Jadi Penopang
- Cukai Naik, Perokok Tembakau Bermigrasi ke Vape
Soal transparansi grade tembakau, Heri merasa sudah fair, karena petani bisa langsung diskusi dengan grader. Hanya saja, terkait permintaan kertas data tembakau atau kitir belum bisa dirinci tahun 2020 ini.
"Saat penentuan kualitas tembakau, petani bisa komunikasi langsung dengan petugas grader. Monggo dikomunikasikan dengan kami. Tanya, enggak apa-apa," katanya.
Sementara itu, Bupati Rembang Abdul Hafidz yang turut hadir dalam kesempatan itu mengapresiasi dialog antara petani tembakau dengan pihak mitra. Dengan diskusi maka sumbatan informasi dalam menjalin kemitraan bisa ada solusi.
“Saya berharap para petani dapat bersinergi dan mematuhi apa yang diarahkan oleh PT Sadana dan Dinas Pertanian kami. Supaya tidak ada yang dirugikan," ucap dia. []