Humbahas - Suara kotak kosong atau kolom kosong bersaing ketat dengan pasangan calon (paslon) petahana sekaligus paslon tunggal di Pilkada Humbahas, Dosmar Banjarnahor dan Oloan Nababan.
Dalam hitungan real count di laman KPU, hingga Sabtu, 12 Desember 2020, kotak kosong meraih 47 persen suara, sementara Dosmar-Oloan meraih 53 persen suara.
Kotak kosong menang di tiga kecamatan, sedangkan Dosmar-Oloan unggul di tujuh kecamatan.
Meski unggul sementara, paslon Dosmar-Oloan yang didukung banyak parpol, belum lega hingga KPU mengumumkan perolehan resmi.
Baca juga: Petahana Kalah Lawan Kolom Kosong di Ibu Kota Humbahas
Menanggapi fakta Pilkada Humbahas, Direktur Program Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) Delima Silalahi mengatakan, ketatnya suara kotak kosong menempel suara petahana, mencerminkan memuncaknya kekecewaan rakyat terhadap para elite kekuasaan dan elite partai politik.
Supaya suara-suara politik rakyat yang tidak diakomodir partai bisa tetap menjatuhkan pilihan ke kotak kosong
"Ini menegaskan kembali bahwa partai tidak memiliki basis massa atau pemilih. Partai selain gagal melahirkan kader, juga tidak mendapat kepercayaan dari rakyat," tukasnya, dihubungi Sabtu, 12 Desember 2020.
Kemudian, sambung Delima, kotak kosong di Kabupaten Humbahas yang mampu meraup suara cukup besar, bisa menjadi pendidikan politik bagi rakyat, sekaligus menjadi peringatan buat partai politik dan elite penguasa, supaya responsif terhadap aspirasi rakyat.
Baca juga: Dosmar Tidak Khawatir dengan Gerakan Kotak Kosong Humbahas
Delima kemudian merekomendasi, untuk perbaikan demokrasi ke depan kotak kosong sepertinya perlu menjadi satu alternatif pilihan pada setiap pilkada.
"Tidak hanya pada kejadian calon tunggal. Supaya suara-suara politik rakyat yang tidak diakomodir partai bisa tetap menjatuhkan pilihan ke kotak kosong," katanya.
Pada sisi lain, Delima menyoroti sosok petahana Dosmar Banjarnahor, yang dia nilai komunikasi politiknya kurang.
Dikatakannya, program besar yang direncanakan oleh Dosmar misalnya, harus dikomunikasikan dengan baik kepada rakyat, sehingga rakyat tahu dan paham dengan apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum berhasil.
"Keberhasilan dan kegagalan program harus dikomunikasikan kepada rakyat secara terbuka," ujarnya.
Reward and Punishment
Pendapat senada datang dari Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati.
Dia mengamini bahwa kotak kosong bersaing ketat bisa jadi karena warga kecewa dengan parpol, dan figur petahana.
"Apalagi kalau paslon tunggal itu petahana. Bisa jadi tidak puas dengan performa petahana," katanya, Sabtu, 12 Desember 2020.
Karena menurut Khoirunnisa, esensi pemilu adalah reward dan punishment.
"Kalau senang dengan performa petahana, akan diberi reward dengan cara dipilih lagi. Kalau tidak puas, maka punishment-nya tidak dipilih lagi," ujarnya. []