Kekhawatiran Petugas Pilkada 2020 di Tengah Pagebluk

Pilkada 2020 akhirnya tetap digelar 9 Desember di tengah pagebluk. Berikut kekhawatiran petugas pilkada di Yogyakarta.
Ilustrasi Pilkada (Foto: anwart)

Sleman - Gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 9 Desember mendatang tetap dilaksanakan meskipun dalam bayangan penambahan kasus positif Covid-19 di berbagai kabupaten dan kota. Sejumlah kekhawatiran dirasakan para petugas di Yogyakarta, baik ancaman terjangkit virus maupun pemilihan yang sepi antusias masyarakat.

Meski sempat ditentang, namun pemerintah masih tetap kekeh untuk melaksanakan gelaran ajang demokrasi tersebut.‎ Salah satu alasannya adalah wabah yang tidak dapat dipastikan waktu berakhirnya dan juga fungsi pemerintahan yang seatle harus tetap berjalan.

Akibatnya, petugas pilkada dan pengawas di lapangan bakal bekerja lebih esktra dalam memastikan gelaran pemilihan yang jujur dan adil namun tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Seperti diungkapkan Lidya Kustina 41 tahun seorang petugas pengawas di Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman yang merasa harus bekerja esktra.

"Tentunya harus kerja esktra. Karena kondisinya pemilihan ini bersamaan dengan adanya pandemi Covid-19. Banyak berbagai model kampanye yang akan dilakukan namun harus tetap dibatasi karena penerapan protokol kesehatan," ungkapnya saat dikonfirmasi, Selasa 22 September 2020

Lidya yang juga sebelumnya menjadi petugas pengawas saat Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019, mengaku ajang Pilkada 2020 akan sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. "Iya tentunya dari yang paling biasa kita lihat seperti kampanye, nanti model kampanyenya seperti apa. Karena tidak boleh berkerumun dan harus terbatas. Kalau kampanye online apa gak malah lucu," jelasnya.

Tentunya harus kerja esktra. Karena kondisinya pemilihan ini bersamaan dengan adanya pandemi Covid-19.

Selain kampanye, beberapa wilayah desa di Sleman diantaranya sudah menjadi zona merah atau berbahaya akibat adanya penularan Covid-19 yang cukup tinggi. Imbasnya, partisipasi masyarakat akan turun karena takut untuk meninggalkan rumah dan bertemu dengan orang lain.

‎"Apa antusias juga sama seperti kemarin, karena seperti tempat saya di Sanggrahan itu kan zona merah. Itu nanti kalau warga mau keluar itu kan masih takut. Untuk hari H pada saat pemilihan, warga datang atau tidak kan kita juga tidak tahu. Jumlah pemilih nanti juga akan berkurang, karena warga juga tidak kenal dengan calon karena kampanyenya juga terbatas," tandasnya.

Baca Juga:

Lidya yang juga menjadi petugas penanggulangan Covid-19 di desa ini, juga mengaku memiliki kekhawatiran secara pribadi. Tugasnya yang harus mobile setiap hari, memungkinkan untuk dirinya berkontak langsung dengan masyarakat banyak.

"Saya kan juga sebagai petugas penanggulangan corona di desa,‎ saya juga berusaha semaksimal mungkin untuk muter di kawasan Condongcatur. Harus waspada, karena ketemu banyak orang. Tetap rasa takut itu ada, tapi bagaimana lagi karena tugas," terangnya.

Petugas pengawas desa yang sekarang hanya 1 orang, membuatnya harus kerja ekstra berkeliling ke 18 padukuhan di Desa Condongcatur seorang diri. Belum lagi, daya tahan tubuh harus selalu dijaga agar tidak berakibat fatal dan fungsi pengawasn menjadi terhambat.

Baca Juga:

"Awal-awal itu kita diberikan alat pelindung diri (APD) seperti face shield, masker dan hand sanitizer. Dan juga beberapa vitamin dan suplemen‎ untuk menunjang daya tahan tubuh. Tapi bulan September ini belum diberikan lagi (suplemen dan APD tambahan)," imbuhnya.

Lidya mengaku pendapatannya dari pekerjaan tersebut sebenarnya tidak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukannya apalagi di tengah masa pandemi.

"Kalau dibilang ya tidak sepadan. Apalagi gaji pokok juga tidak lebih dari Rp 900 ribu. Tapi akan lebih baik jika kesehatan para petugas di lapangan ini benar-benar dijaga dengan rutinnya pemberian suplemen dan vitamin serta tambahan APD. Karena memang kita yang terjun dan berhubungan langsung dengan masyarakat, tentu ada kelebihan risiko," tegasnya.

Baca Juga:

Komisioner Bawaslu Sleman Bidang SDM dan Organisasi, Vici Herawati‎ menyebut dalam setiap tahapan, para petugas pengawas di lapangan sudah diberikan suplemen, vitamin serta APD lengkap. "Kami juga sudah lakukan tes Covid-19 kepada seluruh petugas yang pertama, dan nanti tes lagi saat akan memasuki hari pencoblosan. Selain itu rutin setiap tahapan kita juga memberikan tambahan suplemen dan vitamin untuk daya tahan tubuh," tambahnya.

Vici juga meminta agar para petugas di lapangan harus ekstra waspada dan selalu mempioritaskan keselamatan khususnya terhadap ancaman Covid-19. "Kami selalu imbau petugas agar selalu patuh pada protokol kesehatan. Karena hanya itu langkah antisipasi yang bisa dilakukan," tuturnya.[]

Berita terkait
Resmi, Pilkada 2020 Sleman Diikuti Tiga Pasangan Calon
KPU secara resmi menetapkan tiga pasangan calon sebagai peserta Pilkada Sleman, 23 September 2020. Pilkada serentak akan digelar 9 Desember 2020.
Bawaslu: Turunkan Peraga Kampanye Pilkada Sleman
Bawaslu Sleman meminta peraga kampanye yang sudah terpasang diturunkan secara mandiri karena merupakan kampane di luar jadwal.
Kampanye Dibatasi, Cegah Klaster Pilkada Sleman
KPU Sleman akan membatasi jumlah peserta kampanye hanya 50 persen dari daya tampung ruangan yang digunakan kampanye.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.