Dengan hormat. Pada era Sri Sultan Hamengku Buwono IX bertakhta, Yogyakarta betul-betul istimewa. Tanpa Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta, Yogyakarta sudah istimewa. Takhta untuk rakyat bukan sekadar wacana atau jargon-jargon politik, namun secara nyata dilakukan oleh HB IX dalam menjalankan pemerintahannya. Manunggaling kawula lan gustine.
Roh Keistimewaan Yogyakarta utamanya adalah peran Yogyakarta yang sangat vital di era revolusi fisik melawan kolonial Belanda yang dipimpin langsung oleh HB IX. Rame ing gawe sepi ing pamrih.
Cakra manggilingan, saat ini suasana Yogyakarta telah berubah drastis. Menjadi provinsi termiskin dengan tingkat kesenjangan sosial tertinggi di Indonesia dan tingkat intoleransi yang tinggi.
Keistimewaan Yogyakarta kembali diuji adanya badai pandemi Covid-19. Mampukah Yogyakarta bertahan untuk tetap istimewa? Waktu yang akan menjawab.
Belum ada tindakan istimewa dari pemimpin Yogyakarta dalam menangani pandemi Covid-19.
Menurut pengamatan saya, penanganan pandemi Covid-19, Yogyakarta termasuk buruk dibandingkan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, baik dari sisi mediknya maupun dari sisi penanganan dampak ekonomi yang dialami rakyat miskin.
Belum ada tindakan istimewa dari pemimpin Yogyakarta dalam menangani pandemi Covid-19.
Sapaan-sapaan dari HB X di Harian KR adalah langkah nyata yang sudah ditempuh Pemerintah Provinsi DIY dalam menangani pandemi Covid-19. Semoga sapaan-sapaan tersebut membawa berkah pada saat perut rakyat miskin harus masih terus menahan lapar.
Dalam suasana seperti sekarang ini, saya sangat merindukan sosok Ngarso Dalem Ingkang Sinuhun HB IX alias Raden Mas Darajatun. Sosok yang sangat merakyat, sangat peduli pada rakyatnya, jauh dari intrik-intrik politik kekuasaan, jauh dari intrik manipulasi kultural, sederhana, dan arif bijaksana.
Tahun 1947-1949, HB IX telah mencengangkan dunia dengan berjuang bersama rakyat melawan Belanda dalam wilayah Yogyakarta untuk kejayaan Nusantara.
Bagi saya pribadi HB IX setara dengan Susuhunan Agung Hanyokrokusumo Ngabdurahman Khalifatulloh Syayiddin Panatagama alias Raden Mas Rangsang yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pada tahun 1645, Sultan Agung meramal bahwa 300 tahun lagi Nusantara akan merdeka. Terbukti, Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tahun 1972, Sultan Agung Hanyokrokusumo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Trahing Ngawiryo Turasing Nalendro.
HB IX adalah sosok negarawan sejati setara dengan Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Semoga badai Covid-19 segera berlalu. Aamiin ya robbal alamin.
*Akademisi Universitas Gadjah Mada
Baca juga:
- Ganjar Pranowo Gusur Popularitas Anies Baswedan
- Daftar Perusahaan Bayar THR Lebaran Saat Pandemi Covid-19