Untuk Indonesia

Kampus Masih Dikuasai HTI

Kampus dikuasai HTI, tidak akademis, dogma-dogma politisasi agama bergentayangan di mana-mana. Tulisan opini Bagas Pujilaksono.
Ilustrasi - Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Foto: Majalah Ayah)

Oleh: Bagas Pujilaksono Widyakanigara*

HTI adalah organisasi terlarang yang jangka panjangnya adalah mengganti Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara dan mengubah bentuk NKRI dari negara kebangsaan pluralis menjadi negara agama. Apa pun alasannya, ini harus dilawan dan ditumpas habis.

Rentang waktu 2004-2014, kelompok radikal agama mendapat angin segar dari kondisi perpolitikan di Tanah Air. Atau bahkan eksistensi mereka dimanfaatkan oleh kelompok elit politik tertentu dalam mendulang suara tanpa peduli konflik horizontal yang terjadi di masyarakat. Akibatnya, kelompok radikal agama tumbuh subur dan menyebar ke mana-mana. 

Fenomena PKI terulang kembali dalam wajah baru, namun substansi atau modus politiknya sama yaitu sama-sama anti Pancasila, anti demokrasi dan otoriter. 

Walau saat ini kelompok radikal agama ini justru paling getol memanfaatkan infrastruktur demokrasi dan kebebasan dalam menjalankan modus politik brutalnya dengan kemasan politisasi agama. Tiada hari tanpa pembantaian saudara-saudara kita dari kelompok Ahmadiyah, perampasan hak beribadah saudara-saudara kita kelompok nasrani, dan lain-lain.

Kampus, sebagai tempat orang berpikir terbuka, jujur dan rasional, tidak luput dari serangan kelompok HTI yang tujuannya meracuni otak generasi penerus bangsa dengan dogma-dogma politisasi agama yang menyesatkan.

Tidak bisa membedakan antara substansi ajaran agama dengan kehidupan berbangsa dan bernegara yang plural ini, menjadi berkesan Indonesia ini negara agama. Istilah-istilah sarkastik diumbar di ruang publik yang tujuannya mendiskriminasi kelompok minoritas. 

Kampus saat ini begitu sangat tidak akademis, dogma-dogma politisasi agama bergentayangan di mana-mana dalam rangka menyingkirkan kelompok nasionalis marhaenis yang setia kepada Pancasila dan NKRI. 

Maksud saya, minoritas dalam artian jumlah, bukan dalam artian pemenuhan haknya sebagai warga bangsa, haknya sama dan harus diberikan. Pancasila tidak mengenal istilah mayoritas dan minoritas karena roh Pancasila adalah musyawarah untuk mufakat atau musyawarah untuk sepakat. Yang mayoritas bisa keblinger dan yang minoritas bisa benar.

Kampus saat ini begitu sangat tidak akademis, dogma-dogma politisasi agama bergentayangan di mana-mana dalam rangka menyingkirkan kelompok nasionalis marhaenis yang setia kepada Pancasila dan NKRI

Rumah-rumah ibadah mayoritas berjumlah banyak di kampus, sedang rumah ibadah minoritas tidak satupun ada. Tidak ada satupun orang yang punya hak melarang orang lain beribadah. Ini dilindungi konstitusi negara. Rumah-rumah ibadah yang mestinya difungsikan sebagai tempat beribadah, berubah menjadi simbol hegemoni politik menang-menangan.

Negara harus hadir dalam menjamin kebebasan beragama dan menjalankan ibadah warga bangsanya.

Kampus masih dikuasai politik HTI. Indikasinya adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan pemimpin universitas pro politik HTI yaitu politik diskriminatif. jargon-jargon Pancasila dan NKRI hanya semu dan basa-basi sekadar menenuhi SOP sebagai pejabat publik yang sebenarnya pro politik khilafah.

2. Secara sistematik, masif, dan sistemik menyingkirkan kelompok nasionalis marhaenis dari kehidupan kampus sebagai kelompok manusia berdosa. Berdosa mana dengan orang HTI yang telah mengkhianati Pancasila dan NKRI? 

Bahkan hujatan terhadap Presiden Jokowi di media sosial menjadi menu harian yang dianggap lazim. Suka atau tidak suka, Presiden Jokowi adalah simbol negara respresentasi kepala pemerintahan dan Kepala Negara.

Anehnya, sudah begitu perilakunya, masih tidak punya malu ngomong di media ngemis-ngemis ke Presiden Jokowi pingin jadi menteri.

Kondisi ini amat sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara. Kelompok HTI dan kelompok radikal lain telah menyusup ke BUMN-BUMN, kementerian-kementerian dan kampus-kampus. Semua anak bangsa yang cinta Pancasila dan NKRI harus bersatu padu bergandengan tangan mendukung Presiden Jokowi dalam membabat habis kelompok radikal agama termasuk HTI termasuk kamuflasenya dari bumi Pancasila ini. Jangan ragu, substansi politik HTI dan PKI itu sama. Sama-sama musuh negara.

*Penulis adalah Akademisi Universitas Gadjah Mada

Baca juga:

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.