Jakarta - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengapresiasi langkah tegas yang dilakukan Polisi Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) atas pembubaran kegiatan yang dilakukan deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), yakni mantan Panglima TNI Gator Nurmantyo.
Neta mengatakan, tindakan yang dilakukan aparat Polda Jatim, tak lain demi keamanan semua pihak, serta demi kepentingan stabilitas Kamtibmas yang kondusif bagi kota Surabaya khususnya, Jawa Timur.
Bukan mustahil mereka akan dicibir publik dan dianggap tidak punya wibawa dan kharisma di masyarakat
"Tindakan tegas Polda Jatim yang membubarkan acara KAMI di Surabaya, kemarin patut diapresiasi semua pihak," kata Neta melalui siaran pers yang disampaikan kepada Tagar, Selasa, 29 September 2020.
Dia menegaskan, dalam situasi sulit akibat pandemi Covid-19 sebaiknya kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerusuhan dihentikan sejak dini.
"IPW menilai, dalam situasi seperti sekarang ini di mana krisis berkecamuk akibat virus Covid-19 yang tidak berkesudahan, konflik dapat dengan mudah terpicu, sehingga sekecil apa pun potensi konflik harus dihindari," ujarnya.
Menurutnya, langkah kepolisian membubarkan acara KAMI, wajar-wajar saja dilakukan, Tindakan tegas, cepat dan antisipatif Polda Jatim, kata dia, patut diacungi jempol.
"Sebab Jika Polda Jatim terlambat bertindak tentu dikhawatirkan ada masalah yang akan berbuntut panjang karena kelompok KAMI dan massa non KAMI sudah siap saling berhadap hadapan dan situasi kian panas," kata dia.
Dia mengatakan, bercermin dari kasus ini, KAMI perlu mengevaluasi berbagai kegiatan dan manuver-manuver politik yang hendak dikembangkan, terutama di daerah rawan konflik.
"Bagaimana pun jika KAMI memaksakan diri dan terjadi bentrokan massa, kelompok KAMI juga yang akan rugi. Nama-nama besar dan tokoh-tokoh terkenal di balik KAMI, apalagi turut hadir dalam acara yang diwarnai bentrokan itu tentu akan merugikan citra mereka," ujarnya.
Neta berpandangan, jika kegiatan seperti itu masih saja dilakukan, bukan tidak mungkin KAMI dan tokoh yang ada di dalamnya akan menuai banyak cibiran dari kalangan masyarakat.
- Baca juga: Masuk ke Dunia Politik, Gatot Terjebak Tipu Muslihat Kadrun?
- Baca juga: Ferdinand ke Gatot: Mau Jadi Presiden Jual Program, Bukan PKI
"Bukan mustahil mereka akan dicibir publik dan dianggap tidak punya wibawa dan kharisma di masyarakat. Bagaimana pun kasus di Surabaya ini perlu menjadi warning buat KAMI agar lebih memperhitungkan situasi jika ingin menggelar kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa yang bisa konflik di masa pandemi Covid-19," ucap Neta.[]