TAGAR.id, Atlanta, Georgia, AS – Jumlah warga Amerika Serikat (AS) yang merokok mencapai rekor terendah tahun 2022 lalu, di mana hanya satu dari sembilan orang dewasa yang mengaku perokok aktif. Ini menurut data survei pemerintah yang dirilis hari Kamis, 27 April 2023,
Sementara itu, jumlah penggunaan rokok elektrik justru meningkat menjadi sekitar satu setiap 17 orang dewasa.
Temuan awal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC - Centers for Disease Control and Prevention) AS itu didasarkan pada hasil jajak survei terhadap lebih dari 27.000 orang dewasa.
Merokok berisiko memicu kanker paru-paru, penyakit jantung dan strok, dan sejak lama digolongkan sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah.
Di pertengahan tahun 1960-an, 42% warga dewasa AS adalah perokok. Angka itu perlahan turun dari tahun ke tahun, akibat pajak rokok, kenaikan harga produk tembakau, larangan merokok dan perubahan tingkat penerimaan sosial terhadap aktivitas merokok di muka umum.
Tahun lalu, persentase jumlah perokok dewasa turun dari sekitar 12,5% pada 2020 dan 2021 menjadi 11%. Temuan survei terkadang direvisi setelah analisis lebih jauh dan CDC diperkirakan akan segera menerbitkan data final tahun 2021.
Penggunaan rokok elektrik meningkat hampir 6% tahun lalu, dari sekitar 4,5% pada tahun sebelumnya, menurut survei.
Peningkatan penggunaan rokok elektrik membuat khawatir Dr. Jonathan Samet, dekan Colorado School of Public Health. Ketergantungan nikotin memiliki implikasi kesehatan tersendiri, termasuk risiko tekanan darah tinggi dan menyempitnya pembuluh nadi, menurut Asosiasi Jantung Amerika.
“Saya rasa kegiatan merokok akan terus menurun, tapi apakah prevalensi ketergantungan nikotin akan turun – mengingat semakin populernya produk elektrik – belum bisa dipastikan,” kata Samet, yang telah menjadi salah satu penyusun laporan mengenai rokok dan kesehatan bagi U.S. Surgeon General selama hampir empat dekade.
Tingkat jumlah perokok konvensional dan perokok elektrik hampir berkebalikan di kalangan remaja. Hanya sekitar 2% pelajar SMA yang merokok konvensional tahun lalu, tapi sekitar 14% merokok dengan rokok elektrik, menurut data CDC berbeda. (rd/jm)/AP/voaindonesia.com. []