Ivan Lanin, Dari Tidak Peduli Menjadi Cinta Setengah Mati

Ivan Lanin, dari tidak peduli menjadi cinta setengah mati pada Bahasa Indonesia.
Ivan Lanin. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 4/5/2018) - Begitulah Ivan Lanin pada Bahasa Indonesia, awalnya tidak peduli kemudian menjadi cinta setengah mati hingga bisa dibilang tiada hari tanpa membicarakan Bahasa Indonesia di akun media sosialnya, terutama Twitter.

Pria kelahiran Jakarta 16 Januari 1975 ini sebenarnya pakar internet, lulusan teknik kimia ITB, magister teknologi informasi Universitas Indonesia, tapi ia lebih populer sebagai ahli Bahasa Indonesia.

Awalnya Ivan menganggap bahasa semata alat komunikasi. Pendiriannya berubah setelah ia tertarik menjadi wikipediawan, kontributor yang menulis untuk Wikipedia Indonesia dengan menggunakan Bahasa Indonesia formal.

Ivan yang jago Bahasa Inggris ini mengamati, dari banyak artikel berbahasa Inggris yang ia baca, ia sangat kesulitan menemukan kesalahan, sedangkan ketika membaca artikel berbahasa Indonesia ia sangat mudah menemukan kesalahan.

"Yang jelas mereka menurutku lebih peduli," ujar Ivan diarahkan pada pengguna Bahasa Inggris dalam ragam tulisan.

Dari titik ini tumbuh kesadaran di hatinya untuk merawat dan memajukan Bahasa Indonesia. Ini juga yang membuatnya kemudian cenderung menjawab hampir semua pertanyaan kebahasaan yang ditujukan padanya.

"Karena aku merasa waktu itu sulit sekali untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di otakku," Ivan mengenang.

Ivan tidak mempunyai obsesi menggebu-gebu dari aktivitasnya membicarakan Bahasa Indonesia di media sosial.

"Obsesiku sebenarnya sederhana saja, kesalahan penggunaan 'di' yang dipisah dan dirangkai, itu saja. Kalau orang sudah bisa membedakan dua itu, aku sudah senang," ujarnya.

Ia bercerita, awal aktif di Twitter pada 2010 banyak orang memprotesnya, ‘Ah gitu aja dipermasalahkan. Yang penting kan ngerti.’

"Jadi sebenarnya kalau aku lihat, masalah fundamental di sini adalah kita tidak peduli," katanya.

"Menurutku berbahasa itu tidak sekadar mengerti, berbahasa itu juga perlu ketertiban," lanjutnya. (af)

Berita terkait