Intel 5 Mata Tuduh China Bohong soal Penyebaran Corona

Sebuah dokumen milik aliansi intelijen Five Eyes (Lima Mata) yang terdiri dari badan-badan intelijen menuding China bohong soal penyebaran Corona.
Seorang staf berjalan lewati sebuah sketsa Presiden, China Xi Jinping. (Foto: Antara/REUTERS/ALY SONG)

Mataram - Sebuah dokumen milik aliansi intelijen Five Eyes (Lima Mata) yang terdiri dari badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, Australia, dan Selandia Baru tersebar di media massa. Dokumen setebal 15 halaman itu berisi tuduhan kepada China yang dinilai telah berbohong perihal penularan virus corona atau Covid-19.

Dokumen yang dibocorkan oleh media Australia, The Saturday Telegraph itu menyebut para pejabat China telah sengaja menghancurkan bukti yang berhubungan dengan awal mula penyebaran virus corona. 

Pejabat di Beijing, disebut tidak mengonfirmasi penularan virus dari manusia ke manusia hingga 20 Januari 2020. Padahal, sejak Desember 2019, sudah ada bukti penularan Covid-19 dari dan ke manusia.

Baca juga: 500 TKA China Datang Saat Covid-19 Berpotensi Konflik

"Sampel virus diperintahkan dihancurkan di laboratorium genomik, kios pasar satwa liar diputihkan, urutan genom tidak dibagikan secara publik, laboratorium Shanghai ditutup untuk 'perbaikan', artikel akademis menjadi sasaran tinjauan sebelumnya oleh Kementerian Sains dan Teknologi dan data pada 'pembawa diam' asimptomatik dirahasiakan," bunyi dokumen tersebut.

Melansir Express, dokumen itu juga menunjukan bagaimana negeri Tirai Bambu itu menghapus beberapa unggahan yang membahas Covid-19, serta menolak membantu negara-negara terdampak lainnya untuk menyiapkan vaksin.

Selain itu, China juga dituding telah menyensor sejumlah berita terkait pada mesin pencarian dan media sosial sejak 31 Desember 2019, agar tak diketahui publik. 

China dituduh menghapus istilah "variasi SARS," "pasar Seafood Wuhan," dan "Wuhan Unknown Pneumonia".

Intelijen Lima Mata juga mengkalim telah membuktikan bahwa Covid-19 muncul di Institut Virologi Wuhan, serta menggali penelitian berisiko atas penyakit pada kelelawar. Namun, bukti untuk asal-usulnya di lab virus tidak rinci.

Setelah keberadaan virus perlahan mulai diketahui oleh pihak berwenang, baru China membuat kebijakan untuk menghancurkan sampel laboratorium dan mengabaikan permintaan sampel dari negara lain.

Dokumen itu menyebut China telah melakukan praktik "serangan terhadap transparansi internasional" atas pandemi Covid-19 yang mewabah ke berbagai penjuru dunia.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Global Brasil Salip China

Dokumen tersebut secara tidak langsung telah membenarkan pernyataan Presiden AS Donald Trump perihal asal muasal virus corona.

Belum lama ini, Trump mengatakan telah melihat bukti yang menunjukan virus corona berasal dari laboratorium virologi di Wuhan. Selain itu, presiden ke-45 AS itu juga menuntut China untuk membayar kompensasi karena telah gagal menghentikan penyebaran virus tersebut.

Kepada Fox News, Sabtu, 2 Mei 2020, sumber intelijen senior mengatakan sebanyak 70-75 persen dari 17 badan intelijen AS meyakini bahwa Covid-19 berasal dari laboratorium.

Sementara itu, pemerintah China menyayangkan laporan dari media Australia yang merilis dokumen aliansi intelijen Lima Mata tersebut. China mengatakan dokumen itu dapat merusak persahabatan antarnegara.

Hal itu diungkapkan pemerintah China melalui media Partai Komunis China, The Global Times.

"Beberapa elite media dan politik Australia telah kehilangan penilaian independen mereka atas kepentingan keseluruhan negara itu dan telah mengadopsi pendekatan yang dipimpin AS untuk mengotori China selama Covid-19. Mereka menyakiti persahabatan yang mendalam antara kedua bangsa dan kepentingan bersama yang telah lama bersatu," tulis The Global Times, Minggu, 3 Mei 2020. []

Berita terkait
Corona Mereda Penjualan Mobil Tumbuh di China
Pasar otomotif berangsur pulih seiring meredanya pandemik coronavirus Covid-19 di China. Penjualan mereka tumbuh pada April 2020.
Covid-19 di Brasil Tiba-tiba Meroket Lampaui China
Hanya dalam 10 hari kasus Covid-19 di Brasil beranjak dari 60.000-an ke 85.380 sehingga melewati kasus di China yang berada di angka 84.373
Bisnis Mercedes-Benz Berangsur Normal di China
Induk perusahaan mobil mewah Mercedes-Benz, Daimler menyatakan bisnis mereka berangsur normal di China.
0
LaNyalla Minta Pemerintah Serius Berantas Pungli
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah serius memberantas pungutan liar (pungli). Simak ulasannya berikut ini.