IDI Sarankan Aceh Berlakukan PSBB

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh menyarankan agar Pemerintah Aceh mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, Safrizal Rahman. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)

Banda Aceh – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh menyarankan agar Pemerintah Aceh mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jika pasien C-19 di Tanah Rencong terus meningkat.

Saran tersebut tertuang dalam surat rekomendasi kepada pemerintah Aceh dengan nomor 594/IDIACEH/VIII/2020 yang ditandatangani Ketua IDI Wilayah Aceh, Safrizal Rahman.

“Apabila kasus positif terus meningkat, maka perlu dipertimbangkan pengajuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menghentikan penyebaran virus SARS-CoV-2,” kata ketua IDI Aceh, Safrizal saat dikonfirmasi Tagar, Kamis, 13 Agustus 2020.

Ia mengatakan, kasus positif C-19 di Aceh terus melonjak, dari hanya 20 kasus pada Juni 2020 menjadi 674 kasus pada Agustus 2020. Sementara jumlah pasien meninggal dunia mencapai 21 orang.

Apabila kasus positif terus meningkat, maka perlu dipertimbangkan pengajuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Selain itu, kata Safrizal, pandemi juga menyebabkan banyak tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat di Aceh terinfeksi C-19. Sementara jumlah tenaga medis terlatih untuk penanganan C-19 masih terbatas.

Itu sebabnya, ujar Safrizal, IDI Wilayah Aceh mengajukan saran untuk penerapan pembatasan bertahap, hingga target positive rate 5 persen (dengan active case finding) kepada Pemerintah Aceh.

“Rekomendasi yang pertama adalah pembatasan aktivitas dimulai dengan gerakan bekerja di rumah guna menghindari keramaian dan penularan di tempat kerja,” ujar Safrizal.

Sedangkan rekomendasi kedua, tutur Safrizal, apabila gerakan bekerja di rumah tak berhasil, maka perlu diberlakukan jam malam untuk mengurangi keramaian di malam hari, terutama di ruang publik seperti cafe dan warung kopi.

“Dan rekomendasi ketiga adalah ajukan PSBB jika poin pertama dan kedua itu tak berhasil,” kata Safrizal.

Sebelumnya, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan C-19 Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani menuturkan, pasien-pasien positif tersebut terungkap berkat kerja keras tim surveilans Gugus Tugas Percepatan Penangan C-19 Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota.

Sebab, kata Saifullah, tim surveilans tersebut setiap hari menelusuri orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien atau Orang Tanpa Gejala (OTG) positif C-19.

Saifullah menjelaskan, orang dikategorikan kontak erat dengan kasus konfirmasi positif C-19 yaitu, riwayat kontak tatap muka atau berdekatan dalam radius satu meter minimal 15 menit atau lebih, bersentuhan fisik secara langsung, seperti bersalaman, pegang tangan, dan lain sebagainya.

Baca juga: IDI Khawatir Virus Corona Meledak di Aceh

Selain itu, lanjut dia, tenaga kesehatan yang merawat pasien C-19 tanpa memakai APD sesuai standar. Orang dalam situasi tertentu yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian resiko lokal, yang ditetapkan tim epidemiologi setempat.

“Kriteria kontak erat dengan C-19 tersebut penting diketahui masyarakat agar dapat melindungi diri dari penularan dan tidak bersikap negatif bila mau diambi swab-nya untuk pemeriksaan infeksi virus,” ujarnya. []

Berita terkait
Pasien C-19 di Aceh Melahirkan
Saat ini, tim medis dan dokter spesialis kandungan sedang melakukan persiapan melahirkan untuk Pasien C-19 di Aceh.
Warga Aceh yang Lahir 17 Agustus Dapat SIM Gratis
Bagi Masyarakat Aceh yang lahir pada 17 Agustus bakal mendapat SIM gratis.
Dijaga Ketat, Syarat Keluar Masuk Aceh di Perbatasan
Keluar masuk Aceh harus melengkapi surat kesehatan dan surat penugasan keluar daerah dari kepala desa.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.