Ibu Kota Baru, Ini Alasan Jokowi Ajak 3 Tokoh Dunia

Keputusan pemerintah untuk melibatkan tiga tokoh dunia dalam proses pembangunan ibu kotabaru di Kalimantan Timur memiliki makna yang komprehensif.
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa, 17 Desember 2019. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta - Keputusan pemerintah untuk melibatkan tiga tokoh dunia dalam proses pembangunan ibu kota baru di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ternyata memiliki makna yang cukup komprehensif. Ketiga tokoh dunia yang dimaksud adalah Putra Mahkota Abu Dhabi Sheiks Mohamed Bin Zayed, Presiden Softbank Masayoshi Son, serta mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

"Saya sampaikan, yang ingin kita bangun disini adalah trust," ujar Presiden Joko Widodo usai menghadiri Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2020 di Ritz Carlton Hotel Jakarta, Kamis 16 Januari 2020.

Sheiks Mohamde Bin Zayed berhasil merombak total Abu Dhabi dan memiliki reputasi sangat baik di dunia.

Dalam catatan Presiden Jokowi, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheiks Mohamed Bin Zayed dinilai sebagai sosok revolusioner yang mampu mengubah wajah Abu Dhabi menjadi kota besar dunia. Untuk itu mellibatkan salah satu tokoh Timur Tengah ini dirasa penting dalam pembangunan ibu kota baru

"Pada bidang pembangunan kota, Sheiks Mohamed Bin Zayed berhasil merombak total Abu Dhabi dan memiliki reputasi yang sangat baik di dunia," kata Jokowi.

Delegasi SoftBankCEO SoftBank Masayoshi Son bersama delegasinya mengadakan pertemuan denan Presiden Jokowi membahas peluang investasi di Indonesia, Jumat, 10 Januari 2020. (Foto : Popy|Tagar).

Kemudian, tokoh kedua yang dikomentari Jokowi adalah President Softbank Masayoshi Son. Menurut Presiden, Son adalah sosok ideal yang memiliki dua kemampuan sekaligus dengan orientasi masa depan. "Masayoshi Son juga memiliki reputasi yang baik di bidang teknologi dan keuangan," tutur dia.

Toni Blair mempunyai reputasi yang baik di bidang pemerintahan.

Sementara Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair menjadi tokoh dunia ketiga yang dikomentari Presiden berkat kepiawaiannya dalam kecakapan berbirokrasi. "Toni Blair juga mempunyai reputasi yang baik di bidang pemerintahan," tegasnya.

Oleh sebab itu, Presiden berharap pemilihan sejumlah tokoh dunia tersebut dapat membantu Indonesia untuk mendapatkan kepercayaan internasional dalam memuluskan rencana pemindahan ibu kota.

Suharso MonoarfaMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa. (Foto: Tagar/Nuranisa Hamdan Ningsih)

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan telah merampungkan peraturan presiden (Perpres) mengenai pembentukan Badan Otorita Ibu Kota , yang memang diminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) selesai Januari 2020. "Perpresnya sudah selesai, sebentar lagi bisa di-launch, fungsinya adalah untuk mempersiapkan pembangunan sampai pemindahan ibu kota," ujar Suharso di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 15 Januari 2020.

Hanya saja, kata dia Badan Otorita yang nantinya setingkat kementerian belum menunjuk siapa kepalanya. Jadi, menurut Suharso Bappenas baru menyusun bentuk yang kira-kira menyerupai badan rekonstruksi yang ada. "Nanti Badan Otorita ini akan berakhir terbentuknya pemerintahan di provinsi tertentu," ucapnya.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Kapan Jokowi Teken Perpres Badan Otorita Ibu Kota?
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan telah merampungkan peraturan presiden mengenai pembentukan Badan Otorita Ibu Kota baru.
Jokowi: Regulasi Pemindahan Ibu Kota Sudah Siap
Presiden Jokowi memberi arahan kepada para menteri seputar pemindahan ibu kota negara.
Jepang Kepincut Megaproyek Ibu Kota Baru RI
Pemerintah Jepang masih mengkaji pembahasan investasi di Indonesia, salah satunya pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.