Hiswana Jawa Tengah Minta Kepastian Suplai Elpiji

Hiswana Migas Jawa Tengah berharap tidak ada pengalihan suplai elpiji dari Semarang ke Jawa Barat dan Jawa Timur.
Terminal elpiji Semarang di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas. Hiswana Jawa Tengah berharap tidak terjadi pengalihan suplai elpiji dari Semarang ke Jawa Barat dan Jawa Timur seiring renegosiasi kerja sama antara Pertamina dengan terminal elpiji Tanjung Emas. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - Himpunan Wiraswasta Nasinal (Hiswana) Minyak dan Gas (Migas) Jawa Tengah (Jateng) meminta Pertamina bisa memberi kepastian suplai elpiji ke SPBE. Permintaan itu menyikapi rencana pengalihan pengiriman gas dari terminal elpiji Tanjung Emas Semarang ke Jawa Barat dan Jawa Timur.

"Yang kami tanyakan adalah bagaimana kepastian suplai elpiji dari Pertamina terhadap keberadaan SPBE di wilayah yang tadinya ambil di Semarang. Jangan sampai ada hambatan dan keterlambatan," tutur Ketua Hiswana Migas Jateng Agung Karnadi kepada Tagar, Selasa, 21 Juli 2020.

Menurut Agung, pihaknya pada Kamis, 9 Juli 2020, bertemu dengan pimpinan Pertamina Jateng membahas rencana pengalihan suplai elpiji ke SPBE tersebut. Pertemuan itu setelah ada renegosiasi kerja sama antara Pertamina dengan terminal elpiji di Semarang. Kontrak kerja sama kedua belah pihak berakhir tahun 2020 ini. 

"Statmen beliau, jaminan pasokan dari sisi volume dijanjikan akan terpenuhi. Artinya dari keberadaan elpijinya sendiri tidak ada masalah. Dalam hal ini akan diampu dari timur di Gresik dan barat di Balongan, Cirebon," ucap dia.

Semestinya kalau berjalan seperti harapan semua pihak, renegosiasi itu tidak jadi pengalihan.

Agung berharap jika benar terjadi pengalihan suplai elpiji, komitmen tersebut benar dilaksanakan oleh Pertamina. Sebab makin jauh jarak pengiriman bisa berpotensi terjadi keterlambatan. Kendati selama ini kendala suplai ke SPBE lebih banyak dipicu persoalan teknis dan force majeure atau kejadian tak terduga.

"Bukan berarti pengiriman dari terminal yang dekat tidak ada hambatan. Contoh, elpiji sampai di terminal kan pakai kapal, force majeure sehingga kapal tidak bisa merapat, pasokan elpiji bisa terdampak. Sejauh tidak ada kendala teknis maupun force majeure maka tetap lancar," tuturnya.

Selain itu, kesiapan armada juga perlu diperhatikan oleh Pertamina. Agung mengungkapkan salah satu pihak yang akan mengirimkan elpiji ke SPBE adalah PT Patra Niaga, anak perusahaan Pertamina. Hiswana mendapat informasi jika Patra Niaga tengah menyiapkan sarana pengiriman tersebut.

"Info yang kami peroleh, mereka sedang menyesuaikan armada. Apakah yang dimaksud menyesuaikan ini menambah atau mengalihkan, kami juga kurang tahu," ujar dia.

Baca juga: 

Terkait dengan biaya operasional yang dikeluarkan pengelola SPBE bakal makin membengkak jika suplai dikirim dari Jawa Barat dan Jawa Timur, Agung menyatakan tidak akan terjadi. Sebab sistem pembayaran distribusi elpiji beda dengan bahan bakar minyak (BBM) ke SPBU.

"Tidak ada dampak, karena SPBE dibayar Pertamina berdasar tabung yang diisi. Yang penting, tangki besarnya diisi, mau dikirim dari mana, bagi SPBE tidak ada masalah, karena barang itu sampai di SPBE juga milik Pertamina. Beda dengan SPBU, SPBU beli dari Pertamina sehingga stoknya milik SPBU," tuturnya.

Agung menambahkan hingga saat ini ia belum mendengar hasil maupun kabar terbari renegosiasi Pertamina dengan terminal elpiji di Semarang. Hiswana tidak mengikuti perkembangan renegosiasi itu lantaran bukan domainnya.

Hanya saja, lanjut dia, sesuai harapan para pelaku bisnis migas di lingkup Jawa Tengah, khususnya yang selama ini diampu terminal Semarang, renegosiasi kerja sama itu tidak berujung pada pengalihan suplai.

"Semestinya kalau berjalan seperti harapan semua pihak, renegosiasi itu tidak jadi pengalihan. Memang tidak ada masalah dialihkan namun kalau dikirim dari jauh, risiko keterlambatan itu pasti ada," ucap dia.

Bagi Agung jika terjadi hambatan yang berujung pada keterlambat pengiriman maka dampak berantai di sekotor ekonomi akan terjadi. Tidak hanya SPBE yang akan kerepotan, masyarakat juga akan kesulitan mendapatkan elpiji dan itu bisa memicu inflasi.

"Dampaknya bisa timbul hal yang tidak diinginkan," ujar dia.

Salah satu pengusaha SPBE di Semarang, Yanuar mengakui sudah mulai ada pengalihan suplai elpiji dari Semarang ke Cirebon maupun Gresik. 

"Sudah sebelum Maret, tapi itu sifatnya accidental. Kalau pas Tanjung Emas ada pengalihan kami ke sana, tapi masih (disuplai) Tanjung Emas juga, ya bergantian," ujar dia.

Yanuar menambahkan selama faktor armada yang digunakan untuk mengirim elpiji dari terminal ke SPBE tidak ada hambatan maka tidak masalah dialihkan ke Jawa Barat maupun Jawa Timur. 

"Ya, mungkin selama angkutannya ada, tidak masalah, tapi kalau ada keterlambatan itu yang bikin repot," tuturnya. []

Berita terkait
Wahidin Halim: Kasihan Rakyat Subsidi Elpiji Dicabut
Wahidin Halim menyikapi dicabutnya subsidi gas elpiji, ia mengatakan rakyat kecil akan menjadi korban dari kebijakan ini.
Setelah 44 Tahun, Aceh Kelola Sendiri Migas Blok B
Setelah menunggu selama 44 tahun sejak 1976, Aceh akhirnya memiliki wewenang untuk mengambil alih pengelolaan minyak dan gas bumi di Aceh Utara.
Hiswana Migas Banten Soal Subsidi Gas Melon Dicabut
Pemerintah akan mencabut subsidi elpiji 3 kg dan alokasi subsidinya akan diberikan langsung ke warga yang berhak disambut baik Hiswana Migas Banten
0
Kesehatan dan Hak Reproduksi Adalah Hak Dasar
Membatasi akses aborsi tidak mencegah orang untuk melakukan aborsi, hal itu justru hanya membuatnya menjadi lebih berisiko mematikan