Daya Beli Gas Elpiji Saat Pandemi di Kulon Progo

UMKM di Kulon Progo, Yogyakarta, masih banyak yang belum berproduksi akibat pandemi. Hal ini terlihat minat beli gas bersubsidi masih rendah.
Ilustrasi gas elpiji 3 Kg. (Foto: Dok. Tagar)

Kulon Progo - Dampak dari adanya pandemi Covid-19 masih dirasakan oleh para pelaku usaha di Kulon Progo. Rata-rata menyuarakan penurunan pendapatan cukup drastis karena daya beli masyarakat yang menurun. Salah satu yang mengeluhkan hal ini adalah pangkalan gas elpiji di Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pemilik Pangkalan Elpiji Nugroho di Jogoyudan Wates, Kurniawati mengatakan, selain penurunan penjualan, pihaknya juga mengalami penurunan harga untuk gas elpiji ukuran 3 kilogram. Jika sebelumnya dipasarkan dengan harga Rp 16.500 per tabung, maka pada saat ini hanya bisa dijual dengan harga Rp 15.500 per tabung.

"Penurunan sudah sejak Lebaran. Namun jika gas elpiji diantar, harganya jadi Rp 16.000 karen kena biaya tenaga dan transportasi," ucap wanita yang akrab disapa Nia di Kulon Progo, Jumat, 10 Juli 2020.

Nia menjelaskan, daya beli masyarakat tetap rendah meski pada saat ini ruang publik sudah mulai ramai dan juga UMKM berjualan kembali. Masih ada keluhan sepinya pembeli, karena larangan berkerumun untuk mencegah penularan virus corona. "Pembeli UMKM turun 50 persen. Kalau pembeli rumah tangga tidak ada penurunan," imbuhnya.

Nia mengalatakan, akibat penurunan ini muncul kesulitan untuk menghabiskan pasokan tabung dari agen. Padahal dalam satu bulan jumlah pasokan agen ke pangkalan miliknya mencapai 1.500 tabung per bulan.

Pembeli UMKM turun 50 persen. Kalau pembeli rumah tangga tidak ada penurunan.

Hal ini kemudian memaksa Nia bekerja sama dengan pangkalan lain untuk menghabiskan pasokan elpiji dari agen. Caranya, dengan meminjam tabung kosong pangkalan lain. "Saat pasokan datang, nanti ada tabung kosong yang dapay disetorkan, meskipun pinjam pangkalan lain karena di tempat kami masih belum laku," kata Nia.

Sedangkan, pemilik Pangkalan Elpiji Sumarman, Wates, Watik mengaku ada penurunan daya beli masyarakat pada gas elpiji sejak munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia. "Pasokan dari agen banyak, namun penjualannya susah. Kadang belum habis stok, sudah disetori lagi," tutur Watik.

Watik menduga, penurunan jumlah pembeli gas elpiji karena dipengaruhi oleh kebutuhan UMKM. Banyak UMKM yang mengeluh sepi pembeli, bahkan hingga tutup agar tidak merugi. "Sekarang dapat 100 tabung seminggu saja tidak habis. Di tempat saya, pertabung dijual dengan harga Rp 15.500, itu jika diambil ke sini," kata Watik.

Sementara itu, salah satu pedagang angkringan di Wates, Rahayu menuturkan, sebelum adanya corona, dirinya bisa memakai hingga tiga tabung gas elpiji 3 Kg untuk dua hari. Namun setelah pandemi, dirinya hanya menggunakan dua tabung untuk dua hari. "Jika jualan sepi, pasti dampaknya penggunaan gas lebih irit," tuturnya. []

Berita terkait
Dibongkar, Elpiji 12 Kg Diisi Gas Melon di Pemalang
Polres Pemalang membongkar praktik ilegal pengoplosan elpiji 12 Kg dengan elpiji subsidi 3 Kg.
Luhut Tinjau Rencana Pencabutan Subsidi Elpiji 3 Kg
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan akan meninjau ulang rencana mencabut subsidi gas elpiji 3 kg.
Harga Gas Elpiji 3 Kilogram di Dairi Melambung Tinggi
Harga tabung gas LPG 3 Kilogram di Kabupaten Dairi bervariasi antara Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu per tabung.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.