Kuala Lumpur - Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad mendadak menghentikan konferensi pers yang tengah berlangsung sesi tanya jawab dengan wartawan, setelah hidungnya mengeluarkan darah. Saat itu perdana menteri berusia 94 tahun tersebut tengah memberikan penjelasan tentang Kongres dan Pameran Minyak Sawit Internasional (MPOB) yang diselenggarakan Dewan Minyak Sawit Malaysia (PIPOC) di Kuala Lumpur, Selasa, 19 November 2019.
Saat mendengarkan pertanyaan yang diajukan seorang wartawan, Mahathir terlihat menyeka hidungnya dengan sapu tangan. Pengawalnya segera bertindak dan membawa perdana menteri itu mengeluarkan ruangan. Acara jumpa pers untuk sementara dihentikan.
Seperti dikutip dari asiaone.com, Rabu, 20 November 2019, salah satu petugas yang menolak disebutkan namanya membenarkan hidung Perdana Menteri Mahathir berdarah, tapi tidak membahayakan. "Betul berdarah, tapi hanya ringan dan sudah berhenti mengeluarkan darah," katanya.
“Sekarang, dia telah kembali bekerja di kantornya di Putrajaya. Dia baik-baik saja, ”kata ajudan Mahathir seperti diberitakan dari thestar.com. Ajudan Mahathir menepis desas-desus kalau perdana menteri itu dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Sebelumnya dalam pidato, Mahathir mengatakan Malaysia dan negara yang tergabung dalam Dewan Negara-negara penghasil minyak sawit (CPOPC) meminta Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melakukan intervensi untuk melindungi sektor minyak sawit. Lngkah ini akan sangat penting untuk memerangi praktik perdagangan diskriminatif yang melanggar hukum internasional.
"Malaysia dan negara anggota CPOC lainnya sedang meningkatkan upaya penyebaran informasi secara akurat tentang konsep konsep yang kami kembangkan yakni perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dan untuk menangkis tuduhan palsu bahwa industri sawit merusak lingkungan," kata Mahathir.
Mahathir menegaskan, Malaysia tidak boleh berdiam diri atau ragu untuk mengambil tindakan balasan jika negara-negara pengimpor tertentu memberlakukan hambatan perdagangan yang diskriminatif terhadap negara-negara penghasil minyak sawit. "Industri ini selalu dituduh dan dikaitkan dengan kerusakan hutan (deforestasi) dan hilangnya keanekaragaman hayati. Itu tidak benar," ucapnya. Menurutnya, kampanye negatif industri sawit terutama disebabkan oleh alasan yang terkait dengan agenda politik dan ekonomi oleh organisasi non pemerintah barat.[]
- Baca Juga: Malaysia Minta WTO Intervensi Industri Minyak Sawit
- Industri Sawit Malaysia Bisa Terpukul Boikot India