Kuala Lumpur - Industri sawit Malaysia menghadapi tekanan baru menyusul rencana importir India untuk menghentikan impor dari negara itu. Pemerintah India mengancam Malaysia tak akan impor sawit dari negara itu karena ikut campur tangan soal Khasmir. Rencana boikot ini bisa memukul industri sawit Malaysia.
Selain itu Malaysia yang merupakan produsen sawit terbesar kedua dunia setelah Indonesia juga mendapat ancaman dari Uni Eropa yang akan mengurangi impor sawit. Uni Eropa menilai, industri sawit Malaysia menyebabkan penggundulan hutan yang merusak lingkungan.
Sebelumnya Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyinggung bahwa India menginvasi dan menduduki Khasmir. Ini membuat India tersinggung dan mengancam akan menghentikan impor, yang dapat memukul industri sawit di Malaysia.
Rakyat India marah, dan media sosial trending dengan adanya tagar #BoycottMalaysia. Sementara desas desus yang beredar di New Delhi dapat menaikkan tarif minyak sawit Malaysia. Awal pekan ini, Badan Perdagangan Minyak Nabati utama India meminta 875 anggotanya untuk tidak membeli dari Malaysia. "Demi kepentingan Anda sendiri dan sebagai bentuk solidaritas, kami harus menghindari pembelian sawit dari Malaysia," kata Atul Chaturvedi, Presiden Asosiasi Ekstrak Sawit India (SEAI)
Pasar Terbesar
Bila India menghentikan pembelian dari Malaysia, maka akan menjadi pukulan bagi Negeri Jiran itu. Hal itu mengingat India merupakan pasar minyak sawit ketiga terbesa bagi Malaysia dengan nilai mencapai 1,63 miliar dolar AS pada 2018. Teresa Kok, menteri yang mengurusi komoditas sawit berusaha meredakan ketegangan antara Malaysia dengan India. Menurutnya, langkah asosiasi India itu sebagai kemunduran besar, sebab Malaysia saat ini tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan impor gula dan daging kerbau dari India.
Sejumlah pejabat Malaysia juga berusaha untuk meredakan ketegangan kedua negara itu. Namun seruan agar Perdana Menteri India Narenda Modi untuk menghentikan impor sawit dari Malaysia semakin digaungkan warga Malaysia.