Harapan Warga Klaten Selepas dari Karantina Natuna

Warga Klaten menyuarakan harapannya sekembali dari karantina di Natuna. Apa yang ia inginkan?
Hilyatu Millati Rusdiyah, warga Klaten, Jawa Tengah yang baru pulang dari karantina di Natuna. (Foto: Tagar/Reyma Pramista)

Klaten - Hilyatu Millati Rusdiyah bahagia bisa berkumpul kembali bersama keluarganya di Klaten, Jawa Tengah. Ia salah warga negara Indonesia yang menjalani proses observasi kesehatan di Natuna sekembalinya dari China. 

Sempat ada kekhawatiran menyikapi munculnya penolakan masyarakat terhadap WNI yang ikut proses karantina di Natuna. Namun perempuan tersebut yakin dengan kebijakan pemerintah tersebut. Harapan pun terlontar ketika istri dari Ahmad Syaifuddin Zuhri ini akhirnya dapat berkumpul lagi di tengah keluarga yang dicintainya. 

"Saya mohon masyarakat tidak takut dan tidak khawatir dengan kedatangan kami pascaobservasi di Natuna," tutur dia kepada Tagar, Selasa, 17 Februari 2020.

Menurut Hilyatu, dirinya bersama ratusan WNI lain yang dievakuasi dari China telah menjalani proses observasi kesehatan selama 14 hari di Natuna. Karantina dilakukan untuk mengetahui apakah mereka terjangkit virus corona atau tidak. Mereka juga diperiksa kesehatannya sehari dua kali. Pemeriksaan kesehatan meliputi suhu tubuh maupun tekanan darah dan hal terkait lainnya

Saya mohon masyarakat tidak takut dan tidak khawatir dengan kedatangan kami pascaobservasi di Natuna.

Dan hasilnya, seluruh WNI dinyatakan sehat dan tidak ada yang menunjukkan gejala-gejala terpapar virus korona. "Alhamdulillah, syukur kepada Allah SWT, kami bisa kembali ke Tanah Air melalui proses evakuasi dan dinyatakan sehat setelah menjalani program observasi di Natuna selama 14 hari," katanya.

Kemenkes juga telah membekali surat keterangan sehat untuk tiap WNI sebagai bukti sehat. Karenanya Hilyatu makin mantap saat beranjak dari Natuna ke kampung halamannya.  "Saya pulang dijemput keluarga di Semarang pada Senin siang, 17 Februari 2020," ujar warga Desa Malangan, Klaten ini. 

Hilyatu merupakan mahasiswi S3 di Chongqing University. Kampusnya berjarak hampir seribu kilometer dari Wuhan, kota di China yang pertama kali ditemukan kasus virus korona. 

Saat virus korona mulai menyebar ke seantero negeri China, Hilyatu hanya berdiam diri di apartemen. Ia tertekan secara psikologis dengan kondisi di Wuhan maupun kota-kota lain yang mulai disergap korona. Sebab penyebaran virus korona sangat cepat melalui udara. 

Apalagi ketika mendengar pengumuman pemerintah China yang meminta semua warganya, termasuk warga asing untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. Beruntung Pemerintah Indonesia tanggap dan langsung mengupayakan evakuasi WNI yang ingin pulang namun terjebak dengan kebijakan penerbangan di China. 

Karenanya, Hilyatu mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Presiden Jokowi yang telah memutuskan untuk mengevakuasi WNI China. Termasuk ke semua pihak yang terlibat dalam proses observasi kesehatan di Natuna.

Sementara itu, Camat Tulung Yamto meminta perangkat Desa Malangan melakukan sosialisasi intens kepada warganya. Sosialisasi bertujuan agar masyarakat tidak khawatir dengan warga yang telah menjalani karantina di Natuna.

"Semuanya yang menjalani karantina itu dinyatakan sehat. Tidak ada yang terjangkit korona. Masyarakat tidak perlu takut," ucapnya. []

Baca juga:

Lihat foto: 

Berita terkait
Satu Warga Tegal Pulang Selepas Karantina di Natuna
‎Satua WNI yang menjalani karatina di Natuna merupakan warga Kota Tegal, Jawa Tengah.
Warga Sulsel Dikarantina Corona di Natuna Pulang
Sebanyak 17 warga sulawesi Selatan yang mengikuti karantina rehabilitasi virus Corona di Natula, pulang ke Makassar, Minggu 16 Februari 2020.
Diskriminasi WNI Usai Diobservasi di Natuna Disorot
WNI yang telah diobservasi terkait virus corona di Natuna bakal pulang kampung ke rumahnya. Mereka rentan tindakan diskriminasi.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)