Gus Mus Lewat Instagram Ucapkan Selamat Tahun Baru 1440

Gus Mus ucapkan selamat tahun baru 1440. Mengingat kembali puisi Gus Mus berjudul Selamat Tahun Baru Kawan.
KH Ahamd Mustofa Bisri akrab disapa Gus Mus. (Foto: Instagram/Ahmad Mustofa Bisri)

Jakarta, (Tagar 11/9/2018) - Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri akrab disapa Gus Mus, menyampaikan doa dan harapan pada peringatan tahun baru hijriah 1440. 1 Muharram 1440 H jatuh bertepatan 11 September 2018.

"Selamat Tahun Baru 1440. Semoga amal-amal baik kita tahun yang lalu diterima oleh Allah dan dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya," ucap Gus Mus di akun Instagram-nya, Senin (10/9).

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang ini berharap di momen tahun baru Allah SWT memberikan kekuatan untuk menundukkan hawa nafsu, serta memperbaiki dan menyempurnakan kemanusiaan.

"Semoga di tahun baru ini Allah senantiasa menolong kita melawan dan menundukkan setan dan hawa nafsu kita. Menolong kita memperbaiki dan menyempurnakan kemanusiaan dan kehambaan kita," tulisnya.

"WashallaLlãhu 'alã Sayyidina Muhammadin wa'alã ãlihi washahbihi wasallam walhamduliLlãhi Rabbil'ãlamiin," tutur Gus Mus mengakhiri catatannya.

Gus Mus yang juga seorang sastrawan pernah membuat puisi yang sangat menghentak berjudul Selamat Tahun Baru Kawan. Puisi ini terdapat dalam buku Antologi Puisi Tadarus karya Gus Mus, terbitan Adicita Karya Nusa Yogyakarta, 2003.

Berikut puisi Gus Mus: 

Selamat Tahun Baru Kawan

Kawan, sudah tahun baru lagi

Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri

Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya

Kawan siapakah kita ini sebenarnya?

Muslimkah, mukminin, muttaqin,

kholifah Allah, umat Muhammadkah kita?

Khoirul ummatinkah kita?

Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi

Hanya budak perut dan kelamin

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan

Lebih pipih dari kain rok perempuan

Betapapun tersiksa, kita khusyuk didepan masa

Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya

Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug,atau pernyataan setia pegawai rendahan saja.

Kosong tak berdaya.

Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu

Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda.

Doa kita sesudahnya justru lebih serius memohon enak hidup di dunia dan bahagia di surga.

Puasa kita rasanya sekadar mengubah jadual makan minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat, ketika datang rasa lapar atau haus.

Kita manggut manggut, ooh...beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat.

Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia-sia

Kalaupun terkeluarkan, harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya Tuhan menggantinya lipat ganda

Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil dan dosa besar.

Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi "HAJI"

Kawan, lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-Nya

atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya,

mensiasati dunia khalifahnya,

Kawan, tak terasa kita semakin pintar, mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih

Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan

Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,mengacau dan menipu demi keselamatan

Memukul, mencaci demi pendidikan

Berbuat semaunya demi kemerdekaan

Tidak berbuat apa apa demi ketenteraman

Membiarkan kemungkaran demi kedamaian pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik.

Lalu bagaimana para cendekiawan, seniman, mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi

Jangan ganggu mereka

Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya

Para seniman sedang merenungkan apa saja

Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana

Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa

Para pemimpin sedang mengatur semuanya

Biarkan mereka di atas sana

Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri. []

Berita terkait
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.