Gunungan Merti Desa Glagah di Kulon Progo Dijarah Warga

Ratusan warga Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, melakukan penjarahan gunungan.
Warga berebutan mengambil gunungan hasil bumi dalam bersih Desa Glagah di Kulon Progo. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Ratusan warga Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, melakukan penjarahan gunungan, dalam acara Upacara Adat Bersih Desa yang diadakan di Balai Desa Glagah, Sabtu 12 Oktober 2019.

Ada sembilan gunungan hasil bumi yang tersedia, dan semuanya habis dijarah warga. Bahkan, tidak ada satu pun aparat keamanan yang melarang ataupun menghalau aksi penjarahan tersebut.

Bukan tanpa sebab jika aksi penjarahan ini justru diperbolehkan oleh panitia penyelenggara maupun keamanan. Ternyata, semua gunungan dalam acara tersebut memang disediakan khusus untuk warga masyarakat.

Hasil bumi baik sayuran ataupun buah-buahan di gunungan tersebut, boleh diambil dan dibawa pulang agar bisa dimanfaatkan.

Salah satu warga yang ikut aksi, Ponirah mengaku mendapatkan sejumlah sayuran maupun buah-buahan. Meski harus bersusah payah karena berebut dan naik ke puncak gunungan. Namun ia merasa senang karena mendapatkan hasil yang cukup banyak.

Acara bersih desa seperti di Glagah ini sebaiknya bisa diadakan rutin, demi menjaga budaya

"Saya dapat buah nanas, jagung dan juga padi. Rencananya mau saya manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari dan ditanam kembali," ujar Ponirah.

Kepala Desa Glagah, Agus Parmono menjelaskan, sembilan gunungan yang diperebutkan warga tersebut merupakan gunungan dari setiap pedukuhan di Desa Glagah.

Sebelum diserahkan dan kemudian diperebutkan oleh warga, gunungan tersebut terlebih dahulu diarak ratusan meter dari halaman masjid Baitul Munir hingga Balaidesa Glagah.

"Gunungan tersebut diiringi bregada Bekel Ireng dan Gadung Mlati dan juga potensi seni serta siswa di Glagah," ujar Agus.

Dia menambahkan, merti atau bersih Desa Glagah harus terus dilestarikan. Tujuannya agar kebudayaan di wilayah ini bisa dimengerti dan dicintai oleh generasi muda sehingga kebudayaan bisa tetap terjaga dengan baik.

"Desa Glagah merupakan salah satu desa budaya di Kulon Progo. Budaya desa kami, sudah pentas di beberapa tempat seperti Bandara Adisutjipto, Selasa Wagean di Yogyakarta, dan juga digelar potensi budaya di Gua Kiskendo," terangnya.

Dukungan pada pelestarian budaya, diberikan oleh Veronica, warga Lampung yang kebetulan juga hadir di acara tersebut.

Menurutnya, budaya memang harus dijaga supaya tetap lestari, baik oleh anak mudanya atau yang sudah dewasa.

"Acara bersih desa seperti di Glagah ini sebaiknya bisa diadakan rutin, demi menjaga budaya," jelasnya.[]

Berita terkait
Kesenian Tionghoa Menjadi Penguat Yogyakarta Kota Budaya-Wisata
Warga Tionghoa mengeapresasikan diri terhadap adat istiadat nenek moyangnya di Yogyakarta.
Yogyakarta Diusulkan Jadi Ibukota Budaya ASEAN
Bagi Kemedikbud, pengusulan Yogyakarta sebagai city of culture ASEAN sudah bulat. Alasannya Yogyakarta memiliki sejarah kebudayaan yang panjang, serta menjadi kota dengan tingkat kepadatan kebudayaan tertinggi di Indonesia.
Bangun Kebersamaan, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Digelar Hingga 2 Maret
Bangun kebersamaan, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta digelar hingga 2 Maret. Selama berlangsung, pengunjung dapat menikmati ragam kuliner dan budaya Tionghoa.