Boyolali - Menggeliatnya aktivitas Merapi ternyata tak menghalangi warga Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, beraktivitas seperti biasanya. Bahkan hajatan pernikahan tetap berjalan meski dibayangi suara gemuruh dari perut Merapi.
Dukuh Stabelan merupakan dukuh tertinggi atau terdekat dari puncak Merapi, setidaknya di wilayah Boyolali. Pantauan Tagar di lapangan pada Selasa 10 November 2020, aktivitas warga di RT 4 RW 5, dukuh tersebut masih berjalan normal.
Sebagian warga Stabelan sudah ada yang mengungsi ke gedung serbaguna kantor desa Tlogolele. Namun mereka yang mengungsi adalah para lansia dan anak-anak. Sementara warga usia produktif masih tetap bertahan menjalankan rutinitas.
Ada yang bertani, mencari rumput untuk pakan ternaknya dan aktivitas lazim lainnya seolah tak terpengaruh dengan status Siaga Merapi. Bahkan warga yang tinggal hanya sekitar 500 meter dari gapura Dukuh Stabelan nampak masih menggelar acara resepsi pernikahan yang dihadiri banyak undangan.
Sekitar jam 06.00 WIB, ada suara gemuruh. Tapi ya kami biasa saja meski tetap waspada
Seorang warga bernama Sumar, 60 tahun, mengaku tetap menjalani aktivitas seperti biasanya. "Sebagian warga sudah mengungsi, namun sebagian lainnya masih beraktivitas biasa saja. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kondisi Merapi," kata dia.
Ditanya mengenai kondisi Merapi terkini, Sumar mengatakan Selasa pagi dia dan warga Stabelan lain mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi. "Sekitar jam 06.00 WIB, ada suara gemuruh. Tapi ya kami biasa saja meski tetap waspada," ucapnya.
Menurutnya, dalam sehari, warga biasa mendengar suara gemuruh dari Merapi hingga lebih dari dua kali. Namun itu pun belum menjadi penanda kuat bagi Sumar dan warga lain pergi meninggalkan dukuhnya.
Baca juga:
- Polda DIY Siapkan Bantuan Pengungsian Gunung Merapi
- 60 Relawan Pengungsian Gunung Merapi Jalani Rapid Test
- Evakuasi Hewan Ternak 294 Ekor Milik Warga Lereng Merapi
Jikapun nanti harus mengungsi, lanjut Sumar, warga juga siap dan tak ada masalah. Termasuk tentang keamanan rumah dan hewan ternak warga. Ia menyatakan hewan ternak tidak akan dibawa ke pengungsian, tetap ditinggal di kandang masing-masing.
"Ternak biasa di kandang saja. Biasanya juga ada petugas keamanan seperti polisi yang berjaga saat semua warga mengungsi," imbuhnya.
Data dari Tempat Penampungan Pengungsi Sementara (TPPS) Tlogolele, sudah ada 133 warga di Kawasan Rawan Bencana III yang mengungsi. Mereka adalah para lansia, anak-anak dan warga rentan lain dari Dukuh Stabelan, Belang, Takeran dan Dukuh Gumuk. []