Gembong Primadjaya Siapkan 3 Platform Digital untuk Satukan Alumni ITB

Calon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung 2021-2025, Gembong Primadjaya menyiapkan 3 platform digital untuk satukan alumni ITB.
Calon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) 2021-2025, Gembong Primadjaya. (Foto:Tagar/Fb Gembong Primadjaya)

Jakarta - Calon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) 2021-2025, Gembong Primadjaya memaparkan visi misi dalam acara webinar Senin, 8 Maret 2021. Sebelum pemaparan, Gembong terlebih dahulu memperkenalkan bahwa dirinya lulusan Teknik Mesin ITB tahun 1986.

Platform-platform digital ini, akan memeriahkan kegiatan memperluas keterlibatan alumni-alumni yang tersebar ke seluruh dunia.

Kemudian ia melanjutkan pendidikan Master of Business atau S2-nya di Rutgers University, United States of Amerika. Gembong lahir di Bandung, 6 Mei 1968 dari keluarga dosen Tambang ITB.

Kisah perjuangannya dimulai di tahun 1996, saat berusia 29 tahun dimana Ia berhasil mendapatkan project senilai $50 Juta dari Newmont. Saat badai krismon melanda pada 1999, usahanya terimbas lalu dengan sisa uang Rp35 juta ia hijrah ke Kalimantan.

Disana Gembong merintis ulang usahanya dari nol dengan menjadi supir truk batubara dan usaha lainnya. Ia juga bertemu istrinya disana dan mereka bersama-sama berjuang dari bawah.

Kini, setelah selesai menjadi Dirut PT. Pelindo Energi Logistik serta tugas dan usaha lain di bidang energi. Gembong menyatakan diri siap membaktikan waktunya untuk menjadi Ketua Umum IA ITB periode 2021-2025, dengan keluarga sebagai sumber energi yang tak habis-habis bagi dirinya.

Dalam kesempatan yang sama, Gembong Prima Jaya menjelaskan bahwa namanya dalam bahasa Jawa berarti macan yang prima dan Jaya.

“Kebetulan saya anak pertama, jadi dikasih nama ini mungkin untuk menjaga adik-adik dan keluarga. Saya punya istri satu, anak saya enam. Tiga merupakan anak kandung, tiga lagi adalah anak dari kakak istri saya yang kebetulan ayahnya sudah tidak ada,” tuturnya terus terang dalam rekaman acara webinar yang diterima Tagar Selasa, 9 Maret 2021.

Gembong PrimadjayaCalon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) 2021-2025, Gembong Primadjaya. (Foto: Tagar/Gembong Primadjaya)

Berlanjut ke pemaparan visi misi, Gembong menyebutkan bahwa visinya adalah menjadikan IA ITB sebagai wadah optimalisasi dan kanalisasi potensi Alumni ITB dalam berkarya, berkreasi dan berbagi bersama baik untuk Indonesia maupun untuk dunia.

Sementara misi paling utamanya yakni Bersatu atau persatuan karena menurutnya ITB harus menjalin keakraban dan menghadirkan “Kawanan Gajah Ganesha” yang saling mendukung dan menjaga.

“Bersatu ini adalah menyatukan potensi-potensi yang ada yang memang kita kuasai untuk bersatu kemudian menghasilkan karya yang bisa bermanfaat buat masyarakat luas," ucapnya.

Kedua yakni Berdikari, IA ITB harus menjadi organisasi yang independen tidak berada di bawah tekanan manapun atau pihak manapun sehingga bersikap kritis yang membangun memberikan masukan kepada pemerintah atau kepada institusi pengelola almamater untuk kemandirian teknologi dan pemajuan ekonomi masa kini.

Ketiga, Berkarya dan Berkreasi yaitu menjadikan IA ITB sebagai pendorong dan menyediakan panggung bagi alumninya untuk menunjukan produk research dan seni agar bisa dikenal atau dilihat oleh masyarakat luas.

Terakhir, Berbagi menurut Gembong berbagi merupakan suatu hal yang harus kita lakukan bersama giving back ke almamater ataupun ke sesama alumni dan masyarakat luas.

Gembong menjelaskan, untuk mengimplementasikan empat misi tersebut, dirinya akan membangun 3 platform digital untuk lebih memperluas keterlibatan para alumni ITB yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

“Saya akan membangun 3 platform digital, karena kita menghadapi kondisi pandemi ini tentunya kita harus merubah cara berkomunikasi kita, cara berinteraksi kita dengan teknologi. Karena kita tidak tahu kapan kondisi covid ini akan berlangsung. Sehingga platform-platform digital ini akan memeriahkan kegiatan memperluas keterlibatan alumni-alumni yang tersebar ke seluruh dunia,” pungkasnya.

Hal pertama yang akan akan dilakukannya untuk menghubungkan para alumni adalah dengan “connecting the dots”.

“Apa itu connecting the dots? Connecting the dots adalah upgrade dari data yang sudah kita miliki, kita tambahkan dengan portfolio dari alumni kemudian juga minat dan bidang-bidang yang digeluti,” ungkap Gembong.

Melalui platform ini menurut Gembong, alumni-alumni bisa bertemu dan berinteraksi untuk bisa bersama-sama melakukan atau mengkreasikan atau berkegiatan pada bidang yang diminati bersama. Sehingga nantinya, lintas angkatan di jurusan bisa berkumpul pada minat yang sama atau tujuan yang sama.

“Kenapa akun digital ini penting? Karena itu sebenarnya (total alumni) 130 ribu orang, sementara kegiatan yang paling besar yang diikuti di IA (Ikatan Alumni) itu paling 3 ribu – 4 ribu orang. Itupun panitia sudah bekerja sangat luar biasa, begadang siang malam untuk menyiapkan makannya, sarana ibadahnya, parkirnya dan lain sebagainya,” jelas Gembong.

“Artinya tidak sampai 3%-4% dari alumni bisa terlibat dalam kegiatan - kegiatan IA, sehingga mereka bertanya IA ini ngapain aja? Padahal kegiatan itu ada dan dilakukan secara rutin,” tambahnya.

Gembong PrimadjayaCalon Ketua Umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB), Gembong Primadjaya. (Foto: Tagar/Istimewa)

Melalui platform ini, Gembong berharap semua alumni bisa masuk dan melakukan kegiatan serta akan menciptakan opportunity.

“Artinya misalkan saya punya bisnis supplier sesuatu, ada orang yang mencari, supplay itu bisa didapatkan dari saya. Atau membutuhkan seorang ahli dibidang tertentu, melalui platform ini kita bisa menemukan orang itu, kemudian bisa bekerja sama,” terangnya.

Kemudian mengenai Indonesia is me atau Indonesiaisme/saya adalah orang Indonesia. Gembong mengungkapkan, Indonesiaisme ini sudah berlangsung sejak 2015 ketika dirinya menjadi ketua umum Ikatan Alumni mesin ITB, kemudian dilanjutkan pada periode kepemimpinan selanjutnya dimana kegiatan tersebut diperbesar skalanya.

Pandemi Covid-19, membuat kegiatan ini dirubah jadi I-Tech Forum, yaitu forum diskusi antar para menteri di dalam TV nasional.

“Waktu itu kita pilih adalah Metro TV, berdiskusi tentang science teknologi dan bagaimana peluang-peluangnya bagi inovator, bagi researcher, bagi seniman Indonesia bisa masuk dalam kancah persaingan dunia ini,” ucapnya.

“Jadi di dalam Indonesiaisme ini kita melakukan tiga kegiatan pokok yaitu seminar kemudian pameran dan FGD (Forum Group Discussion) dimana kita ingin melihat proses sebuah produk itu menuju komersialisasi tahapan - tahapan apa yang dilakukan,” sambungnya.

“Salah satunya adalah turbing mini hydro dan mikro hydro yang diproduksi teman angkatan 90-an. Itu sudah mulai dipakai oleh PLN”.

Menurut Gembong, Tahapan-tahapan ini harus dilakukan bersama dengan merubah kegiatan yang tadinya menuntut kehadiran fisik, kemudian dibentuk menjadi platform digital.

“Sehingga teman-teman yang ada di luar negeri yang ada di daerah, tidak perlu lagi harus datang ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan ini dan lebih lagi ini akan menghemat biaya mereka,” tandasnya.

Sebab dengan platform digital akan menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan lebih efisien. Terutama, hal ini tidak harus mengeluarkan biaya banyak.

“Kemudian biaya-biaya itu, bisa kita arahkan pada kegiatan-kegiatan positif lainnya salah satunya adalah “alumni finance alumni” di mana ini adalah platform yang dibangun untuk kepedulian,” sebutnya.

Gempong mengemukakan, di masa pandemi ini memang banyak teman-teman alumni ITB yang kesulitan untuk bertahan hidup, bekerja atau melakukan usahanya. Karena memang peluang bisnis dan lapangan kerja berkurang.

Sementara akses ke pendanaan, semakin sulit lantaran “trust” pada saat pandemi ada sesuatu hal yang mudah didapat, mengingat sektor bisnis lebih banyak menunggu kepastian kapan pandemi ini akan berakhir.

“Nah, melalui platform digital ini, alumni-alumni senior akan bisa bantu alumni juniornya dalam kerjasama yang pendanaan couching dan bimbingan kepada yang muda atau mungkin juga angkatan yang sudah seusia saya misalnya ketika pensiun berharap bisa mengawali usaha UMKM, itu juga bisa dibantu. Jadi, keterlibatan kita tingkatkan, keterlibatan alumni kita tingkatkan dan juga keaktifan alumni ini juga kita tingkatkan,” tandas Gembong.

Meski demikian, kegiatan-kegiatan lain seperti olahraga, seni, musik, halal-bihalal lebaran, buka puasa bersama, Natal, akan tetap dilaksanakan. Sedangkan 3 platform digital ini, akan membantu agar keterlibatan alumni semakin luas.

“Di dalam program ini, kita ada menempatkan kembali program beasiswa. Itu menjadi ujung tombak dari kepedulian alumni terhadap almamater yang ada termasuk juga mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar di kampus. Begitu juga di sini, ada beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) aksesnya pun akan kita minta. Supaya teman-teman alumni yang baru lulus bisa melanjutkan studi S2 atau S3 di luar negeri atau di dalam negeri,” terangnya. []

Infografis Gembong PrimadjayaVisi misi yang diemban Gembong Primadjaya. (Infografis: Tagar/Regita Setiawan Putri)

Berita terkait
Gembong Primadjaya, Refleksi Ulang Tahun Ikatan Alumni ITB
Gembong Primadjaya calon ketua umum Ikatan Alumni ITB periode 2021-2025 menerima banyak masukan saat memperingati ulang tahun ke-52 IA ITB.
Contoh Nyata Alumni Bantu Alumni, Gembong Primadjaya Calon Ketua IA ITB
Gembong Primadjaya utarakan contoh nyata dari program Alumni Bantu Alumni untuk IA ITB.
Gembong Primadjaya Sampaikan Cara IA ITB Jembatani Kampus dengan Industri
Gembong Primadjaya sampaikan cara IA ITB dorong atau jembatani antara industri, startup, dan kampus agar arah bisnis dapat berputar kencang.
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.