Dairi - Fenomena aneh terjadi di Dusun Kuta Nangka, Desa Kempawa, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Minggu, 17 September 2019 lalu. Tanah amblas (sinkhole) sedalam 10 meter dengan diameter 15 meter.
Peristiwa mengakibatkan dua unit rumah mengalami kerusakan di bagian dapur milik Sabar Ginting dan Ripin Sembiring. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa itu.
Kejadian serupa juga pernah terjadi di desa itu dua tahun lalu. Bagian ruangan salah satu gereja, amblas. Gereja itu tidak bisa difungsikan lagi.
Atas laporan Badan Penanggulangan Bencana Dairi (BPBD) Kabupaten Dairi, tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), turun menginvestigasi.
Ditemukan sembilan titik fenomena alam sinkhole di Dusun Kuta Nangka, Desa Kempawa itu.
Tim bekerja selama tujuh hari di Desa Kempawa. Hasil penelitian, ditemukan sinkhole tujuh titik di areal perladangan dan dua titik di kawasan permukiman.
Hal itu disampaikan Kepala BPBD Dairi Bahagia Ginting dikonfirmasi Senin, 2 Desember 2019.
Disebut, pada Jumat, 29 Nopember 2019, Kepala Sub Bidang Mitigasi Wilayah Barat meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan, Sumariono didampingi penyelidik geologi, Iqbal dan Qibar, telah melaporkan hal itu kepada Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu.
Kita juga minta bantuan BNPB perbaikan rumah yang rusak
Pada kesempatan itu, Sumariono menjelaskan, sesuai hasil penelitian di lapangan, struktur tanah di daerah Kuta Nangka terdapat batu gamping dan bagian atasnya terdapat pelapukan tanah.
Sinkhole terjadi akibat adanya genangan air, menyebabkan pergeseran tanah di lapisan bawah. Batu gamping di lapisan bawah mudah retak, sehingga pelapukan tanah turun.
Sinkhole paling besar terjadi di Dusun Kuta Nangka dengan diameter 48 meter, kedalaman lima sampai tujuh meter. Sebagai penanggulangan, disarankan di lokasi sinkhole agar dibuat saluran drainase.
Bekas lubang sinkhole bisa ditutup pakai batu. Tidak boleh pakai sampah. Mengantisipasi hal tidak diinginkan, tim telah menyarankan agar rumah yang dekat dengan sinkhole itu dipindahkan.
Ditambahkan, dari hasil penelitian, fenomena alam sinkhole di Kuta Nangka sudah ada sejak 40 tahun lalu. Namun, warga sekitar kurang pemahaman terhadap fenomena alam itu.
Kepala BPBD Dairi, Bahagia Ginting mengapresiasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sudah menurunkan tim ke Dairi.
Setelah ada hasil, selanjutnya Pemkab Dairi akan mensosialisasikan rekomendasi hasil penelitian tim kepada warga, apa fenomena alam sinkhole, serta apa dampak dan bahayanya.
Kemudian, menyusun laporan kepada BNPB, untuk memohon bantuan penanganan sinkhole dalam bentuk pembiayaan dan bagaimana mengantisipasi dampak yang besar.
"Kita juga minta bantuan BNPB perbaikan rumah yang rusak," ucapnya.
Akibat fenomena alam sinkhole, sebanyak empat kepala keluarga (KK) dengan jumlah 15 jiwa terpaksa dipindahkan, karena rumah mereka rusak dan lokasi tidak layak dihuni lagi.
Dampak bencana itu, jumlah kerugian sekitar Rp 600 juta dengan rincian untuk permukiman sebesar Rp 200 juta, areal pertanian Rp 100 juta serta bangunan gereja GBKP sebesar Rp 300 juta.
Gereja GBKP tidak bisa lagi difungsikan. Disebut, gereja itu dibangun awal tahun 2017. Saat awal pembangunan, belum muncul sinkhole. Karena tidak dapat difungsikan, jemaat melakukan ibadah setiap minggu di rumah salah satu jemaat.[]