Esai Ibnu Wahyudi: Suntik

Jujur saja, saya takut disuntik. Bahkan dengan rumah sakit, saya pun "alergi".
Ilustrasi jarum suntik. (Foto: Freepik)

Jujur saja, saya takut disuntik. Bahkan dengan rumah sakit, saya pun "alergi". Aroma rumah sakit, sering menyebabkan hilangnya rasa asyik. Maka jika tidak harus, lebih baik saya tidak pergi.

Memang saya pernah terpaksa pergi ke rumah sakit karena kecelakaan. Tadinya saya ingin merawat sendiri luka yang ada. Namun rasa nyeri yang hebat membuat saya tidak bertahan. Diantar sopir, saya beranikan memasuki rumah sakit yang tidak jauh dari rumah saya berada. Sungguh, diperlukam keberanian.

Alhamdulillah, saya diberi kesehatan cukup baik oleh-Nya. Periksa tekanan darah atau kolesterol pun hampir tidak pernah saya lakukan. Selalu ada pembenaran dalam diri bahwa tubuh kita sudah diberi daya. Jika tidak mengonsumsi yang berlebihan atau berbahaya, saya yakin akan aman.

Sampai usia di atas 60 ini, saya merasa baik-baik selalu. Namun, akibat pandemi covid-19, saya mustahil menghindar dari vaksin yang disuntikkan ke tubuh. Mengesalkannya, berseliweran kiriman di WA, khususnya, yang memerikan betapa sakit suntikan itu. Saya diam-diam hanya bisa mengeluh. Rasa takut itu saya simpan dalam kalbu.

Sungguh kurang ajar penyebar video tentang sakitnya jarum ditancapkan. Rasa takut tentu saja makin menggunung. Namun, ternyata, yang tidak nyaman disuntik bukan saya sendirian. Banyak teman juga menyatakan rasa bingung. Mau menghindar, muskil dikatakan.

Tiba-tiba, Jumat pagi, ada pesan dari ipar kalau hari itu saya terjadwal di satu puskesmas. Ketiba-tibaan sering menumbuhkan keberanian. Saat tiba waktunya, saya menuju faskes yang tidak luas. Banyaknya lansia yang tegar, menyebabkan saya pun tak enggan. Antre sekitar satu jam malah mendatangkan niat yang keras.

Ketika giliran tiba, rasa takut saya tidak lagi bersama. Saya jalani prosedur dengan cukup nyaman. Malu terhadap orang lebih tua, salah satu penyebabnya. Maka saat lengan baju saya naikkan dan sedikit ngobrol, tahu-tahu sudah selesai suntikan. Hampir tidak terasa sakitnya.

Yang tersisa tinggal rasa sedikit kesal terhadap penyebar isu menyebalkan itu. Mungkin maksudnya bercanda, tapi menurut saya itu candaan dungu. Mungkin juga mereka puas dengan selorohnya, tetap bagi saya itu bukan sikap bermutu. []

Ibnu Wahyudi

Pengajar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI

(21 Maret 2021)

Berita terkait
Esai Ibnu Wahyudi: Hari Puisi Internasional 2021
Tanggal 21 Maret telah ditetapkan oleh Unesco pada tahun 1999 sebagai Hari Puisi Internasional.
Kumpulan Puisi Ibnu Wahyudi, Sastrawan dan Dosen FIB UI
Ibnu Wahyudi atau akrab disapa Mas Iben, merupakan sastrawan Indonesia kelahiran Boyolali, 24 Juni 1958.
Esai Ibnu Wahyudi: Tanam Paksa Kopi dalam Puisi
Sistem tanam paksa di Hindia Belanda diusulkan oleh Johannes van den Bosch dan diberlakukan pada tahun 1830.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.