Kumpulan Puisi Ibnu Wahyudi, Sastrawan dan Dosen FIB UI

Ibnu Wahyudi atau akrab disapa Mas Iben, merupakan sastrawan Indonesia kelahiran Boyolali, 24 Juni 1958.
Ilustrasi puisi \'Yang Hilang\' dari sastrawan Ibnu Wahyudi. (Foto: Rudiyanto)

Jakarta - Ibnu Wahyudi atau akrab disapa Mas Iben, merupakan sastrawan Indonesia kelahiran Boyolali, 24 Juni 1958. Saat ini, ia bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dan kerap mengisi kelas sebagai dosen tamu di berbagai perguruan tinggi nasional dan internasional.

Pendidikan sarjana dalam bidang Sastra Indonesia Modern diselesaikan Ibnu di Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1984.

Antara tahun 1991 sampai dengan 1993, dia mengikuti kuliah di Center for Comparative Literature and Cultural Studies, Monash University, Melbourne, Australia dan memperoleh gelar MA, serta menempuh pendidikan doktor (Ilmu Susastra) di Program Pascasarjana UI.

Selama 3 tahun pada 1997 hingga 2000, Mas Iben menjadi dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan.

Ia juga sempat mengisi kelas di Jakarta International Korean School (tahun 2001-2010), Prasetiya Mulya Business School (sejak tahun 2005), Universitas Multimedia Nusantara (sejak tahun 2009), dan SIM University Singapura (sejak tahun 2011).

Di kancah sastra, Ibnu Wahyudi telah menelurkan sebuah karya dalam bentuk buku puisi bertajuk Masih Bersama Musim, yang sukses masuk dalam 10 besar penghargaan Khatulistiwa Literary Award 2005.

Berikut Tagar rangkumkan sejumlah puisi karya Ibnu Wahyudi:

Ibnu Wahyudi

Staff Pengajar Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Ibnu Wahyudi. (Foto: Tagar/Istimewa)

Yang Hilang


Yang hilang

kini bisa lekas datang

memandang atau menggenggam

atau cuma dalam risalah

sebagai dongeng masa silam

juga bisa jadi sejarah


Di Petra

di Yordania

aku mencarimu di sela masa lalu

dengan jual-beli yang buntu

sebab kesepakatan kerap rumit

sesulit meraih hati buat digamit


Betapa tak sederhana

menatah batu untuk tidur kita

engkau terus bertransaksi

dan aku setia menunggumu

maka kutanam pohon abadi

asmara sepanjang waktu


Ibnu Wahyudi

13 Maret 2021


  • Nyepi


Nyepi

Nyunyi

Nyenyap

Nylindap

Nyenyat

Nyrehat

Nyhening

Nybening

Nyhampa

Nyniada


Ibnu Wahyudi

13 Maret 2021


Aku Tertawan Keheningan


Aku tertawan keheningan

Saat tertangkap sulit mengelak

sampai aku merasa jenak

pulas dalam perangkapnya

sebab ada kejernihan menggoda


Saat terjebak pun jadi suka

ricik gagasan terus mengada

hingga tak hendak aku beranjak

karena sudah dipukau enak


Akhirnya kutawan keheningan


Ibnu Wahyudi

14 Maret 2021


Coba Baca


Coba baca

atas nama nuranimu

pada keseharian mengalir

meski kerap berkaca-kaca

ia sarat siasat ilmu

mengajak berpikir


Jangan kau menghindar

coba baca dengan daya

bukan semata buat pintar

tapi bagi keutamaan manusia

memandang liyan bernilai

biar kita pun ikut piawai

menjelajah ketidakpastian


Maka coba baca

atas nama Penciptamu

agar kau tidak lagi dungu

mempertuhan remah sia-sia

lantaran semua serba sesaat

bersijingkat begitu cepat

lekas terjerembab waktu

dan kau terus termangu


Ibnu Wahyudi

14 Maret 2021. []

Berita terkait
Esai Ibnu Wahyudi: Tanam Paksa Kopi dalam Puisi
Sistem tanam paksa di Hindia Belanda diusulkan oleh Johannes van den Bosch dan diberlakukan pada tahun 1830.
Fajar Merah Bawakan Musikalisasi Puisi Karya Wiji Thukul
Solois folks Fajar Merah siap merilis tembang musikalisasi puisi karya ayahnya, Wiji Thukul, yang bertajuk Puisi Untuk Adik.
5 Jenis Puisi Baru Beserta Contohnya
Berikut Tagar rangkumkan 5 jenis puisi baru beserta contohnya.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.