Semarang - Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti menilai penerapan kartu tani dan elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) bagian dari modernisasi di sektor pertanian.
Kebijakan itu juga mendorong kemampuan petani di bidang teknologi informasi lebih maju. Sekaligus bertujuan agar kebijakan alokasi anggaran kebutuhan pertanian, terutama subsidi pupuk, dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan para petani.
"Jadi subsidi pupuk yang dialokasikan akan sesuai dengan yang dibutuhkan dan dapat dibagi secara adil untuk para petani," kata akademisi yang juga pengamat pertanian ini, Jumat, 5 Februari 2021.
Hanya saja, muncul permasalahan di lapangan di penerapan kebijakan itu. Sebagian petani belum terdaftar di kelompok tani. Mereka ini dari kalangan petani kecil dan petani penggarap.
"Akibatnya mereka kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi sesuai dengan kebutuhan. Ada juga petani yang sudah memiliki kartu tani namun belum menginput kebutuhan pupuk di e-RDKK," jelasnya.
Jadi subsidi pupuk yang dialokasikan akan sesuai dengan yang dibutuhkan dan dapat dibagi secara adil untuk para petani.
Tak hanya itu, lanjut Sucihatiningsih, yang menjadi persoalan lainnya terkadang database yang diinput tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan.
"Permasalahan tersebut perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan semua petani tanpa terkecuali dapat tergabung di kelompok tani dan input data di e-RDKK sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Sehingga kebutuhan para petani dapat tercukupi," papar dia.
Terlepas masih adanya kendala itu, Sucihatiningsih berharap para petani bisa merasakan bantuan pupuk tersebut. Pupuk bersubsidi jelas sangat penting bagi petani, karena merupakan salah satu input dalam proses produksi pertanian yang memiliki peranan penting.
"Peran tersebut ditunjukan dengan tingkat kesuburan dan produktivitas tanaman yang akan lebih baik jika kebutuhan pupuknya tercukupi. Jika tidak ada pupuk bersubsidi, petani akan kerepotan untuk memperoleh pupuk dengan harga terjangkau dan pasti harganya tidak menentu," kata dia.
Baca juga:
- Mentan SYL: Kebijakan Pupuk Bersubsidi Tidak Beratkan Petani
- Pupuk Subsidi Diperdagangkan, Pria Tuban Diringkus di Blora
- Mencari Penyebab Petani Susah Dapat Pupuk Bersubsidi di DIY
Karena itu kebutuhan pupuk sangatlah penting. Jika kebutuhan pupuk tidak tercukupi pasti berpengaruh pada kualitas dan kuantitas hasil panen.
"Petani di Indonesia mayoritas adalah petani kecil atau petani gurem yang hanya memiliki lahan sempit kurang dari satu hektar. Selain itu ada juga petani penggarap yang tidak memiliki lahan sendiri. Mereka tentu membutuhkan efisiensi biaya produksi agar keuntungan yang mereka peroleh maksimal," tutupnya. []