Dugaan Covid-19 Senjata Bioterorisme, Pembuat Jadi Korban

Covid-19 yang kini menjadi pandemi di dunia, diduga aslinya adalah senjata bioterorisme. Sedangkan pembuatnya menjadi korban. Bagimana bisa?
Sejumlah petugas medis memasukkan peti jenazah pasien positif COVID-19 saat simulasi pemakaman di Lhokseumawe, Aceh, Jumat, 17 April 2020. Simulasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan melatih kesiapan sarana dan tenaga medis yang sewaktu waktu dibutuhkan dalam membantu menangani pemakaman jenazah pasien positif COVID-19. (Foto: Antara/Rahmad)

Jakarta - Pengamat Intelijen Stanislaus Riyanta menduga virus corona atau Covid-19 yang kini menjadi pandemi di dunia aslinya adalah senjata bioterorisme. Dia mengatakan efek dari senjata ini di luar kendali pembuatnya sehingga ikut menjadi korban.

"Dugaan Covid-19 sebagai bioterorisme memang cukup kuat. Namun terlihat bahwa dampak yang cukup besar tersebut menjadi hal yang di luar kendali," ujar Stanislaus kepada Tagar, Senin, 4 Maret 2020.

Stanislaus mengatakan, era perang militer konvensional sudah bukan pilihan menarik bagi negara-negara besar untuk menaklukkan musuh. Sehingga, cara-cara lain yang lebih efektif tapi memiliki dampak signifikan dilakukan.

Jika ada pelaku dengan asumsi bukan bencana alam, dia akan menghilangkan jejak dengan segala cara

Namun, bila melihat dari efeknya yang besar hingga menerjang hampir seluruh dunia, Stanislaus memandang aktor dan pelaku dari wabah corona ini ikut menjadi korban. "Jika dugaan bioterorisme itu benar," ucapnya.

Baca juga: Bunuh Keluarga dan 2 Tindakan Kontroversial Kim Jong Un

Dia menuturkan, sulit mengungkap aktor dan pelaku terkait dugaannya akan pandemi Covid-19 sebagai senjata bioterorisme. Pasalnya, Covid-19 sudah ditetapkan dunia sebagai bencana alam kesehatan berbentuk wabah. "Jika ada pelaku dengan asumsi bukan bencana alam, dia akan menghilangkan jejak dengan segala cara," kata dia.

cikadur tpuPetugas saat melakukan proses pemakaman pasien Covid-19 di TPU Cikadut Kota Bandung. (Foto: Tagar/Humas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat).

Stanislaus kemudian menyorot industri farmasi yang melebarkan sayap ke dunia dengan menjual obat dan vaksin pencegah Covid-19 sebagai upaya mencari keuntungan di tengah pandemi corona. Menurutnya, industri farmasi itu bisa menjadi latar belakang.

"Dugaan-dugaan bahwa ada industri farmasi mempunyai peran kuat dalam Covid-19 menjadi masuk akal," tutur dia.

Mengingat dari efek pandemi Covid-19 membuat roda perekonomian negara menjadi macet sementara daya beli masyarakat juga melemah, Stanislaus mengimbau kepada pemerintah agar tetap mengandalkan sinergi antar stakeholder dalam negeri.

Baca juga:

Dia menyadari pemulihan ekonomi imbas dari corona ini memerlukan waktu yang tidak sebentar, tetapi disarankannya Indonesia tidak bersandar kepada pihak asing.

"Momentum ini harus dimanfaatkan untuk restrukturisasi sistem agar tidak tergantung dari pihak asing, seperti sistem ekonomi, dan ketahanan," ujarnya.

Seperti diketahui, ini bukan kali pertama Stanislaus menilai pandemi Covid-19 sebagai serangan bioterorisme. Dugaan Stanislaus itu muncul saat mengatakan ada yang janggal terkait dinyatakannya Wakil Presiden Iran Masoumeh Ebtekar terinfeksi virus corona.

"Itu yang menjadi pertanyaan penting, kenapa pejabat tinggi Iran bisa terkena virus corona, tentu bukan hal yang biasa. Kasus ini patut dicurigai sebagai suatu upaya tertentu sebagai suatu serangan bioterorisme," ujar Stanislaus kepada Tagar, Selasa, 3 Maret 2020.

Pandemi corona memang berdampak besar terhadap negara di dunia. Kasusnya pun terus meningkat dari hari ke hari. Per Senin, 4 Mei 2020 pukul 9.29 WIB, kasus positif virus corona di dunia sebesar 3.566.004 orang. Dari jumlah data itu, 248.282 pasien meninggal dunia dan 1.154.014 dinyatakan sembuh. Corona telah terkonfirmasi terdapat di 212 negara dan wilayah di seluruh dunia.

Sedangkan di Indonesia per Senin sore 4 Mei 2020, kasus positif virus corona telah mancapai 11.587 orang. Dari jumlah tersebut, 1.954 orang dinyatakan sembuh dan 864 orang meninggal dunia. Bila mengacu pada data Covid-19 per Minggu 3 Mei 2020, terjadi lonjakan kasus positif virus corona selama 24 jam di Tanah Air sebanyak 395 orang. []


Berita terkait
Alasan Positif Corona di Indonesia Terus Merangkak Naik
Jubir penanganan Covid-19 mengungkapkan alasan makin merangkaknya kasus pasien positif virus corona di Indonesia.
Menristek: Pengembangan Vaksin Corona Bisa Kurang 1 Tahun
Penelitian dan pengembangan vaksin corona bisa menghabiskan waktu kurang dari 1 tahun, Menristek menjelaskannya.
Pemerintah Uji Jahe Merah untuk Cegah Terinfeksi Corona
[emerintah sedang melakukan uji klinis terhadap jahe merah sebagai upaya mencegah seseorang terinfeksi virus corona atau Covid-19.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu