Jayapura - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Papua pada Senin 28 Oktober 2019. Kedatangan Jokowi itu ternyata membangkitkan mental ratusan pengungsi Wamena yang masih bertahan di Jayapura.
Belakangan diketahui, sebanyak 385 pengungsi ingin kembali ke kediaman mereka di Wamena. Keinginan itu menyusul jaminan keamanan yang diberikan Jokowi saat berkunjung ke Wamena, Papua.
Mungkin dengan melihat Wamena yang sudah aman dan kondusif, warga yang mengungsi ingin kembali lagi ke Wamena, untuk membantu mengembalikan perekonomian di sana.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Cpl Eko Daryanto menyebutkan pihaknya telah berkoordinasi dengan Lanud Silas Papare guna menyiapkan pesawat untuk mengangkut pengungsi kembali ke Wamena.
"Ada permintaan dari Mabes TNI untuk menyediakan Pesawat Hercules selama 3 hari. Ini sesuai permintaan pak Menteri Sosial Juliari Batubara kepada bapak Panglima TNI (Marsekal Hadi Tjahjanto) untuk mengangkut warga kembali ke Wamena," terang Eko di Papua, Selasa malam 29 Oktober 2019.
Eko mengatakan keinginan pengungsi tersebut karena situasi dan kondisi di Wamena telah kondusif. Ditambahkannya, ratusan pengungsi itu memiliki harapan baru mengembalikan perekonomian Wamena yang sempat terhenti akibat kerusuhan pada 23 September 2019.
"Mungkin dengan melihat Wamena yang sudah aman dan kondusif, warga yang mengungsi ingin kembali lagi ke Wamena, untuk membantu mengembalikan perekonomian di sana," ujar Eko.
Dalam kunjungan Jokowi ke Wamena, selain memastikan keamanan, kepala negara juga memberikan arahan agar pembangunan Pasar Woma terselesaikan dalam waktu dua minggu ke depan.
Seperti diketahui, unjuk rasa pelajar berujung kericuhan terjadi di Kota Wamena pada 23 September 2019. Dari peristiwa itu, polisi mencatat 33 orang meninggal, lebih dari 70 warga luka-luka, dan ratusan bangunan rusak.
Unjuk rasa berujung ricuh itu diduga akibat perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena. Polda Papua mengklaim isu tersebut tidak benar atau hoaks.
Guru yang disebut telah dimintai keterangannya oleh Polres Jayawijaya. Sang guru juga dikatakan polisi tidak terbukti mengucapkan kata-kata bernada rasial seperti kabar yang beredasr di media sosial.