Denny Siregar: Yang Demo Itu Baiknya Kenal Niki Nicole Zefanya

Sama-sama di media sosial, Niki Nicole Zefanya melanglang buana dengan karya, yang lain termakan hoaks demo merusak fasilitas umum. Denny Siregar.
Niki Nicole Zefanya. (Foto: Tagar/Instagram @nikizefanya)

Waktu menonton buruh, mahasiswa bahkan siswa demonstrasi di jalan dengan merusak fasilitas umum karena termakan hoaks, saya jadi ingat Niki. Nama aslinya Nicole Zefanya. Dia baru berusia 21 tahun. Dia menyalurkan hobinya menyanyi dan menulis lagu di YouTube.

Nah, pada satu waktu, video YouTube Niki dilihat oleh sebuah perusahaan "media entertainmen" bernama 88rising. Ini perusahaan sejenis label yang berlokasi di Amerika, tapi di dalamnya ada Martin Hartono dari Djarum dan Danny Oei dari GDP Ventures. Orang-orang Indonesia juga.

Sebelumnya mereka sudah mengorbitkan Rich Brian, nama panggung Brian Immanuel, anak Indonesia umur 21 juga.

Niki kemudian dikontrak oleh mereka dan dibangunkan jalan untuk terkenal di Amerika. Lagu-lagu Niki terkenal di daratan Amerika dengan penjualan total mencapai 3 miliar per bulan lewat penjualan lagunya di iTunes, Spotify, YouTube, dan lain-lain. Niki bahkan konser di Amerika dan di awal konser dia menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dengan aransemen yang bikin merinding waktu mendengarnya.

Mental kita memang harus diubah. Dari pencari kerja menjadi pencipta karya. Tanpa itu, kita akan menjadi budak seumur hidup kita.

Baca juga: PKS dan Demokrat Tak Suka Pengangguran Dapat Pekerjaan Layak

Niki baru berumur 21 tahun, tapi sudah melanglang buana ke seluruh dunia. Karena apa? Karena YouTube. Di sana dia mengenalkan dirinya, karyanya, dan mimpinya. Kalau tidak ada YouTube sebagai media sosialnya, Niki bisa jadi bukan siapa-siapa.

Apa pesan moral yang bisa kita dapat dari sini?

Pesan moralnya, kita punya peluang untuk lebih besar dengan adanya internet, dengan adanya media sosial. Dunia ini sudah tidak ada batas, semua tergantung seberapa kreatif kita. Kalau kita berbakat, pasti ada yang membuka jalan kita seperti yang dilakukan 88rising.

Dan ketika melihat televisi, demo kerusuhan oleh buruh, mahasiswa, dan siswa yang kemakan hoaks lewat media sosial itu, saya jujur sedih juga melihat mereka. Mereka yang demo ada di zamannya internet. Tapi tidak mampu memanfaatkannya dengan baik.

Ponsel mereka lebih smart dari otak mereka. Mereka dimakan teknologi, bukannya mendapat manfaat darinya.

Niki baru satu orang Indonesia yang berhasil memanfaatkan internet. Ada lagi gamers-gamers dan YouTubers yang dapat penghasilan dari karya mereka. Begitu banyak peluang rezeki tersedia, tapi kita hanya sibuk mempermasalahkan ketakutan karena "UU Cipta Kerja nanti kita bisa dipecat tanpa pesangon!"

Mental kita memang harus diubah. Dari pencari kerja menjadi pencipta karya. Tanpa itu, kita akan menjadi budak seumur hidup kita.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
30 Pendemo Omnibus Law di Makassar Jalani Tes Swab
Sebanyak 30 orang yang diamankan saat terjadi rusuh demonstrasi UU Omnibus Law di kota Makassar menjalani tes swab.
Enam Pendemo Omnibus Law di Makassar Ditetapkan Tersangka
Polrestabes Makassar menetapkan enam orang tersangka dari massa unjuk rasa penolakan pengesahan UU Omnibus Law yang berujung rusuh.
Boni Hargens: Sosialisasi UU Omnibus Law Tak Maksimal
Pengamat Boni Hargens menunjuk pembantu Presiden tidak maksimal mensosialisasikan UU Omnibus Law. Ia menyebut UU ini transparan.