Denny Siregar: UU Pemilu dan Ambyarnya Mimpi Anies Baswedan

Nasdem Demokrat PKS sibuk minta revisi UU Pemilu, tapi keinginan ini ditolak partai-partai besar. Mimpi Anies Baswedan pun ambyar. Denny Siregar.
Anies Baswedan. (Foto: Tagar/Instagram @aniesbaswedan)

Membicarakan Anies Baswedan memang tidak ada habisnya. Selalu saja ada kelucuan-kelucuan yang dibuat beliau ini dalam kebijakan-kebijakannya. Kita warganet seperti tidak pernah kehabisan bahan untuk membicarakan apa saja yang ia lakukan. Dengan humor tentunya, karena kalau serius, pastilah kita kesal.

Sejak masuk dunia politik, Anies Baswedan adalah orang yang sangat ambisius untuk jadi orang nomor satu di negara ini. Kemunculan Anies saya deteksi waktu ia dengan pedenya ikut konvensi Partai Demokrat pada tahun 2014.

Anies yang waktu itu menjabat Rektor Universitas Paramadina, memang kurang dikenal namanya. Ia tenggelam di bawah nama-nama besar tokoh publik lain. Dan dia gagal. Ya iyalah. Mana mungkin menang konvensi, wong Partai Demokrat itu partai keluarga.

Yang bisa jadi capres di Demokrat itu urutan pertama adalah bapak, kemudian anak, kemudian adik, baru mantu masuk urutan keempat, ipar, dan terus ke bawah harus ada ikatan keluarga.

Anies siapa? Kalau Demokrat mau konvensi capres itu kan hanya bagian dari pencitraan saja. Anies yang jago pencitraan harus mengakui dalam hal ini dia tidak ada apa-apanya dibanding keluarga Cikeas.

Akhirnya Anies ikut jadi bagian timses Jokowi kemudian dipercaya jadi Menteri Pendidikan meski seumur jagung karena konon dia tidak bisa bekerja, dan akhirnya menjadi Gubernur Jakarta dengan dukungan politik identitas yang merobek-robek kerukunan bangsa.

Jakarta memang panggung megah dalam skala politik nasional. Apa pun yang terjadi di Jakarta, beritanya selalu identik dengan apa yang terjadi secara nasional. Jokowi dulu sebelum menjadi presiden juga menaiki tangga sebagai Gubernur Jakarta. Dari sana namanya kemudian dikenal luas sebagai salah satu tokoh nasional.

Dan itu yang juga sedang diikuti Anies Baswedan. Tepatnya bukan Anies sih menurut saya, karena dia hanya pion. Ada orang-orang besar di atasnya yang memainkan Anies, karena dia penurut, tidak keras kepala seperti Jokowi. Yang penting buat Anies, jadi Presiden, sudah cukup gitu saja. Yang lain-lain tidak penting buat dia.

Tapi sayang disayang, mimpi Anies harus melayang. Beberapa partai besar seperti PDI Perjuangan, Gerindra, dan Golkar, menolak revisi UU Pemilu serentak.

Anies BaswedanGubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Tagar/Instagram Anies Baswedan)

Nah, kesempatan Anies menjadai Presiden ini lagi terganjal Undang-Undang yang sekarang. Namanya Undang-Undang Pemilu serentak. Sejarahnya UU Pemilu serentak ini dimulai ketika Effendi Gazali dari Universitas Indonesia dan Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Serentak menggugat UU Nomor 42 tahun 2008 ke Mahkamah Konstitusi.

Gugatan mereka dikabulkan dan terbitlah Keputusan MK untuk menetapkan UU Pemilu serentak. Alasan MK, pemisahan penyelenggaraan Pilpres dan pemilihan legislatif adalah inkonstitusional. Dan pemilu serentak dianggap lebih efisien. Dan tahun 2016, lahirlah yang namanya UU Pemilu serentak.

UU Pemilu serentak baru bisa terlaksana pada Pemilu 2024, karena yang repot adalah mengatur kembali manajemen dalam pelaksanaan Pemilu. Jadi bisa dibilang tahun 2024 nanti adalah pertama kalinya UU Pemilu serentak diadakan. Catat ya, pertama kali.

Nah, yang masalah adalah ada beberapa partai yang tiba-tiba ingin merevisi UU Pemilu serentak, yang bahkan belum dicoba untuk diselenggarakan. Beberapa pertai itu ingin merevisi UU Pemilu serentak. Ini yang bikin aneh. Lha bleum dicoba kok, mau direvisi? Bagaimana ini?

Ada indikasi beberapa bohir menaikkan Anies Baswedan ke pentas Pilpres pada tahun 2024. Masalahnya jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta habis tahun 2022. Selama dua tahun sebelum tahun 2024, jabatan Gubernur DKI dan banyak jabatan kepala daerah lain kosong, diisi oleh pelaksana tugas dari Kementerian Dalam Negeri.

Inilah yang jadi sumber permasalahan, karena ada yang ingin memaksa UU Pemilu serentak tahun 2024 tidak jadi terlaksana, karena ingin mengangkat seseorang yang diunggulkan. Aneh juga ya? Dan yang lucunya, mereka yang memaksa itu, kemudian menyebarkan narasi bahwa partai yang tetap ingin melaksanakan Pemilu serentak tahun 2024, kaena ingin menjeal Anies Baswedan.

Jadi siapa sih yang ngotot supaya Pemilu kembali ke tahun 2022? Ternyata Nasdem, Demokrat, dan sebuah partai yang tidak asing namanya di dunia persilatan, yaitu PKS.

Surya PalohKetua Umum Partai NasDem Surya Paloh, meminta revisi UU Pemilu agar tidak terjadi Pemilu serentak 2024, agar Pilkada kembali diadakan tahun 2022. (Foto: Tagar/Instagram)

Mereka yang sibuk sendiri, yang pengin mengubah UU sendiri, ribut-ribut sendiri, yang disalahkan orang lain. Tapi karena desakan itu datangnya dari DPR RI, yang menyusun UU, maka penyelesaian juga harus datang dari DPR. Istilahnya harus ada keputusan berdasarkan suara terbanyak.

Catat ya, ada 575 anggota DPR di Senayan, mereka akan ambil suara. Kalau yang terbanyak suaranya adalah mereka yang setuju UU Pemilu serentak 2024 batal dan kembali ada Pemilu 2022, Anies Baswedan aman untuk bertarung kembali menjadi calon Gubernur DKI dan langkahnya kemudian mulus untuk ikut Pilpres 2024, seperti yang pernah dilakukan Jokowi.

Tapi sayang disayang, mimpi Anies harus melayang. Beberapa partai besar seperti PDI Perjuangan, Gerindra, dan Golkar, menolak revisi UU Pemilu serentak. Mereka bertiga saja sudah cukup suara untuk membatalkan keinginan sebagian dari partai yang ingin revisi. Itu masih belum ditambah dari PAN, PKB, dan PPP yang juga menolak.

Jadi siapa sih yang ngotot supaya Pemilu kembali ke tahun 2022? Ternyata Nasdem, Demokrat, dan sebuah partai yang tidak asing namanya di dunia persilatan, yaitu PKS.

Oh ternyata mereka yang pengin angkat-angkat Anies Baswedan. Ya sudahlah. Cuma karena mereka partai-partai kecil kursinya, jadi ya tidak cukup untuk memaksakan kehendaknya supaya Pemilu 2022 harus terlaksana.

Anies Baswedan pasti kecewa berat. Nanti 2022 dia harus turun panggung dan nganggur dua tahun, dan pasti namanya bakalan hilang. Sedangkan salah satu lawan terkuatnya yang disiapkan oleh PDI Perjuangan untuk bertarung di Pilgub DKI 2024, yaitu Tri Rismaharini atau Bu Risma, masih punya panggung sebagai Menteri Sosial. Ambyar kan?

Yah, harusnya Anies bisa ikhlas kalau tidak terpilih lagi nanti. Minimal selama dia menjabat, kita tahu potensi dirinya, yaitu jago mewarnai. Mungkin Anies bisa bikin taman bermain untuk anak-anak PAUD untuk mengisi waktu luangnya, sehingga hasrat mewarnai dia tersalurkan. Ya enggak jadi Presiden Republik Indonesia, tapi kan bisa jadi Presiden warna-warna. Yang penting tetap ada gelar presidennya. Oke Bro Anies, jangan kecewa ya. Tetap putus asa, jangan pernah semangat. 

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Negrit: Ini Saat Tepat Revisi, UU Pemilu Belum Komprehensif
Direktur Eksekutif Negrit Ferry Kurnia Rizkiyansyah menilai saat ini merupakan situasi tepat untuk merevisi Undang-Undang Pemilu.
NasDem Putar Haluan Tak Mendukung Revisi UU Pemilu
Fraksi NasDem menarik dukungan terhadap revisi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Gerindra Nilai Revisi UU Pemilu Hanya Kepentingan Jangka Pendek
Gerindra menilai revisi UU Pemilu setiap jelang pelaksanaan Pemilu dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas demokrasi.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.