Denny Siregar: Statistik PHK Lebih Ngeri dari Statistik Corona

Di Amerika sudah 33 juta orang kena PHK. Di China ada 80 juta orang. Eropa sendiri pusing dengan 60 juta pekerja terancam PHK. Denny Siregar.
Ilustrasi - Pandemi Covid-19 menghentikan kegiatan ekonomi, akibatnya banyak perusahaan bangkrut, banyak pekerja mengalami PHK atau pemutusan hubungan kerja. (Foto: sinarharapan.co)

Mungkin banyak yang belum tahu. Dunia sekarang menghadapi tsunami resesi ekonomi. Di Amerika sudah 33 juta orang kena PHK. Di China ada 80 juta orang. Eropa sendiri pusing dengan 60 juta pekerja terancam PHK.

Badai corona ini membuat Amerika harus berutang Rp 46 ribu triliun. Sebagian besar utang bukan untuk menghadapi corona, tapi untuk menyelamatkan keuangan perusahaan-perusahaan yang mulai rontok bersamaan.

Eropa sendiri menggalang dana hampir Rp 2 ribu triliun untuk menyelamatkan ekonomi mereka.

Jadi jangan anggap remeh resesi ekonomi kali ini. Karena seperti kita pernah obrolkan dulu, virus membunuh beberapa orang tetapi resesi ekonomi bisa menghancurkan sebuah negara.

Inilah masa-masa menakutkan bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Produksi berhenti, ekonomi hancur, orang ketakutan. Dan dampak besarnya adalah jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Percayalah. Lebih mengerikan melihat statistik jumlah orang yang kena PHK, daripada statistik jumlah orang positif corona sekarang ini.

PHK MasalPara pekerja PT Shyang Yao Fung di Kota Tangerang, Provinsi Banten, mendengarkan pengumuman PHK di halaman perusahaan, Selasa, 28 April 2020. (Foto: Dok Tagar/Mauladi Fachrian)

Para pengusaha di Indonesia bahkan sudah warning, mereka hanya bisa bertahan terakhir di bulan Juni. Kalau Juni mal-mal masih tutup, kantor-kantor enggak boleh kerja maka banyak perusahaan bangkrut. Dan untuk menyelamatkan keuangan banyak perusahaan itu, butuh dana ribuan triliun rupiah. Hancurlah kita.

Jadi kita harus paham kenapa Jokowi harus melonggarkan ikatan dari ketakutan terhadap virus corona ini. Kita tidak bisa hidup dalam ketakutan terus, harus mulai bergerak untuk melancarkan nadi perekonomian kembali

Itulah kenapa transportasi publik setahap demi setahap dibuka. Juni sekolah-sekolah harus kembali beraktivitas. Kantor mulai bergerak.

Dan untuk sekarang, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Covid, sudah mengumumkan bagi warga yang berusia di bawah 45 tahun, boleh kembali beraktivitas. Pertimbangannya, karena selama ini yang rentan dampak corona adalah mereka yang berusia di atas 45 tahun.

Pasti banyak yang mencaci, "Wah, kok pemerintah seenaknya saja. Bagaimana kalau nanti angka tertular corona jadi meninggi?"

Percayalah. Lebih mengerikan melihat statistik jumlah orang yang kena PHK, daripada statistik jumlah orang positif corona sekarang ini. Yang ribut biasanya kelas menengah yang hidup ketakutan meski masih bisa makan, tapi kelas bawah perut laparnya enggak akan bisa ditahan.

"Berdamailah dengan corona," kata Presiden beberapa hari lalu.

Ya mau tidak mau, kita harus realistis dan menatap ke depan bahwa kita sekarang harus membangun benteng-benteng besar supaya tsunami resesi tidak masuk ke halaman, daripada sibuk mengutuk gempa corona yang kemarin datang.

Memangnya mau berapa lama lagi kita harus hidup dalam ketakutan?

Seruput kopinya, kawan. Jalan semakin terjal di depan.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Dampak PSBB, Angka PHK di Surabaya Raya Meningkat
Selama sepekan, Disnakertrans Jawa Timur mencatat secara kumulatif ada 5.348 orang terkena PHK dan 32.403 orang dirumahkan.
Akibat Corona, 612 Karyawan di Sumsel Kena PHK
Dampak Covid-19, sebanyak 612 karyawan di Sumatera Selatan di PHK dan ribuan lainnya dirumahkan.
Kena Imbas Covid-19, Uber Akan PHK 3.700 Karyawan
Bisnis perusahaan transportasi berbasis aplikasi, Uber terkena imbas pandemi Covid-19, dengan mem-PHK sekitar 3.700 karyawannya.