Denny Siregar: Hati-hati, Begini Cara Mafia Tanah Bekerja

Keluarga Dino Patti Djalal mantan Wakil Menteri Luar Negeri jadi korban mafia tanah. Kenali cara kerja mafia tanah supaya selamat. Denny Siregar.
Ilustrasi - Sertifikat Tanah. (Foto: Tagar/Antara/Puspa Perwitasari)

Beberapa waktu lalu saya bertemu seorang teman mengalami kasus rumah dan tanahnya di Jakarta tiba-tiba berpindah tangan. Modusnya, dia sedang menjual rumahnya, terus ada dua orang datang ke rumahnya, yang satu calon pembeli dan satu lagi mengaku notaris. Yang calon pembeli minat beli rumah teman saya itu dan siap kasih uang muka di depan. Sesudah setuju harga, uang muka pun dikasihkan.

Si pembeli dan notaris tadi kemudian meminjam sertifikat asli untuk diurus proses jual belinya. Dan entah bagaimana caranya, sertifikat asli rumahnya temanku tadi diberikan kepada si calon pembeli. Lalu terjadilah proses pemalsuan sertifikat. Sesudah sertifikat tanah itu dipalsu, si pembeli tadi kemudian menjual kepada orang lain dengan harga murah.

Itulah yang sekarang sedang marak di Jakarta dan di banyak daerah. Mereka disebut mafia tanah. Kata 'mafia' digunakan karena mereka tidak bekerja sendirian. Ada yang jadi pembeli. Ada yang jadi notaris. Bahkan juga diduga melibatkan petugas Badan Pertanahan Nasional atau BPN. Mereka begitu rapi dan terorganisir.

Di antara kasus yang sedang diungkap adalah kasus Dino Patti Djalal mantan Wakil Menteri Luar Negeri. Ibundanya kebetulan punya tanah di beberapa tempat yang akan dijual. dengan modus yang sama seperti teman yang saya ceritakan tadi.

Tanah-tanah itu tiba-tiba berpindah tangan. Sesudah lapor polisi, tertangkaplah 15 orang anggota sindikat yang memainkan peran berbeda. Mereka ternyata memang spesialis mafia tanah yang sudah menipu di beberapa tempat.

Dan menariknya dari kasus Dino Patti Djalal itu akirnya terungkap dalangnya ternyata bukan orang sembarangan. Dia punya usaha coffee shop dan sejumlah bisnis franchise di Jakarta. Meski orang ini terus membantah, tapi dari keterangan 15 orang yang sudah ditangkap itu, nama si dalang terus disebut-sebut.

Kasus mafia tanah ini bukan hanya terjadi di Jakarta, tapi ada juga di Tangerang. Malah katanya Tangerang lebih seram lagi modusnya. Tidak pakai proses jual beli, tiba-tiba misalnya kita punya tanah di daerah A dengan nomor induk bidang XXX, eh pas kita cek di BPN ternyata nomor induk bidangnya sudah YYY dan sudah bukan lagi milik kita.

Sesudah itu, orang yang merebut tanah kita kemudian menggugat kita ke pengadilan, tanpa sepengetahuan kita. Tahu-tahu kita sudah kalah saja di sidang.

Itu terjadi banyak di Tangerang, terutama di wilayah Pantai Utara. Tiba-tiba saja sertifikat warga berganti pemilik, dan warga digugat oleh orang yang merebut tanah mereka. Warga kalah dan kehilangan hak mereka. Mereka kemudian ramai-ramai demo ke BPN.

Mafia tanah ini sangat jahat karena sering mengambil hak orang kecil yang harus kerja keras bertahun-tahun menabung setiap bulan hanya untuk dapat tanah 100 meter saja.


Dino Patti DjalalDino Patti Djalal, mantan Wakil Menteri Luar Negeri. (Foto: Tagar/Istimewa)

Permasalahannya, apakah BPN tidak punya sistem yang efektif untuk memantau tikus-tikus di dalamnya yang dengan seenaknya mengubah kepemilikan tanah orang dan diberikan ke orang lain? Aroma kongkalikong kuat sekali di sana, karena tanpa bantuan orang dalam di BPN, akan sulit orang memindahkan kepemilikan tanah seseorang.

Bayangkan, rantai mafianya dari calon pembeli, notaris, terus sekarang orang dalam di BPN. Ada lagi? Masih ada. Yaitu hakim dan jaksa. Hakim dan panitera atau pembantu hakim ini punya peran sangat penting dalam proses kasus mafia tanah, terutama yang gede-gede.

Seperti cerita kita di awal tadi, bisa saja tiba-tiba tanah kita pindah kepemilikian ke orang lain. Lalu kita digugat oleh yang merebut tanah kita, dan kita dikalahkan oleh mereka di pengadilan.

Proses seperti itu tidak mungkin tidak melibatkan oknum hakim, oknum panitera, dan oknum jaksa. Kalau sudah mereka memang terlibat, berarti nilai tanahnya itu sudah raksasa.

Kasus perebutan tanah di Cakung, Jakarta Timur, contoh yang melibatkan 7,7 hektare lahan. Komisi Yudisial dan Komisi Kejaksaan sampai harus turun tangan mengawasi ketat apakah hakim dan jaksa 'ikut bermain' dalam kasus ini.

Nilai tanah yang diperebutkan saja Rp 4 triliun. Dan dengan nilai begitu besar, tidak mungkin tidak ada 'siraman-siraman' ke pihak yang berwenang supaya perkara mereka dimenangkan.

Satu di antara yang sedang diburu kepolisian bernama Benny Tabalujan, seorang pengusaha, pengacara, dan jangan kaget, dia juga seorang pendeta. Dia dikabarkan kini ada di Australia. Polisi dan interpol bekerja sama untuk menangkapnya.

Kasus tanah di Cakung, Jakarta Timur, itu juga melibatkan dua mantan pegawai BPN, yang sekarang sudah menjadi tersangka. Keterlibatan mereka membuka mata bahwa Kepala BPN tidak bisa tinggal diam melihat sindikat mafia di dalam tubuh mereka.

Mafia tanah ini sangat jahat karena sering mengambil hak orang kecil yang harus kerja keras bertahun-tahun menabung setiap bulan hanya untuk dapat tanah 100 meter saja.

Bayangkan perasaan mereka ketika tanah yang jadi masa depan mereka, harus hilang karena oknum hakim malah memenangkan orang yang merebut tanah mereka. Dan oknum hakim yang kayak begini layaknya dihukum mati saja. 

*Penulis buku 'Tuhan dalam Secangkir Kopi' dan 'Bukan Manusia Angka"

Berita terkait
Berantas Mafia Tanah Sofyan Djalil Gandeng Polri dan Kejagung
Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil mengatakan, dalam penyelesaian mafia tanah, pihaknya tengah menggandeng Kepolisian hingga Kejaksaan
Eks Kabid BPN Sumut Tanggapi Mafia Tanah di Deli Serdang
Penyerobotan tanah di Desa Durin Tonggol, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, mendapat tanggapan Budi Djatmiko eks Kabid BPN Sumut.
AMBAT Dukung Fokus Jokowi - Listyo Sigit Hajar Mafia Tanah
Aliansi Masyarakat Berantas Mafia Tanah (AMBAT) dukung langkah Presiden Jokowi dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo berantas mafia tanah di Indonesia.
0
Kementerian Agama Siapkan Pengaturan Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Menjelang dan pada Iduladha dan tiga hari tasyrik di Iduladha pasti kebutuhan hewan ternak terutama sapi dan kambing itu akan tinggi