Oleh: Denny Siregar*
Sebagai seorang yang "living on a jetplane" kenaikan harga tiket berpengaruh besar buat saya.
Kenaikan itu tidak tanggung-tanggung, bisa sampai 100 persen lebih. Kalau sekali naik sih gak terasa, tapi kalau pulang pergi ya entar dulu lah. Sejak harga tiket naik gila-gilaan, saya terpaksa membatasi naik pesawat karena dompet gak kuat.
Perang batin antara kenyamanan dalam perjalanan dan belanja dapur yang pas-pasan membuat saya harus merekonstruksi ulang semua jadwal.
Meski selalu digembar-gemborkan bahwa kenaikan tiket pesawat itu karena beban biaya avtur yang tinggi, saya jelas tidak percaya. Karena bau-bau duopoli antardua maskapai besar yaitu Lion grup dan Garuda grup sangat terasa.
Lha gimana, semua penerbangan domestik Indonesia mereka berdua yang kuasa. Mereka juga yang mengatur harga.
Sampai akhirnya Jokowi sendiri turun tangan. Dia mengancam akan membuka jalur domestik bagi maskapai penerbangan asing biar persaingan semakin tinggi.
Bahkan permainan harga itu dilakukan dengan menekan aplikasi penjual tiket seperti Traveloka. Di Traveloka, sudah tidak ada opsi tiket selain dua maskapai besar itu. Air Asia aja ditendang keluar permainan.
Sempat terjadi keributan karena pemerintah memang tidak bisa mengontrol harga. Mereka hanya bisa menerapkan batas atas dan batas bawah. Itu pun sempat seperti tidak berdaya.
Sampai akhirnya Jokowi sendiri turun tangan. Dia mengancam akan membuka jalur domestik bagi maskapai penerbangan asing biar persaingan semakin tinggi. Wah, ancaman Jokowi ini tidak main-main. Kalau penerbangan asing masuk sini, dua maskapai milik anak negeri bisa berdarah-darah karena tidak mampu berkompetisi.
Akhirnya sesudah perundingan alot, kesepakatan pun tercapai. Dua maskapai penerbangan milik anak negeri, Lion Air grup dan Garuda grup, sepakat mengembalikan harga tiket seperti semula. Meskipun tidak semua dan hanya hari tertentu saja, sudah baguslah.
Saya pun mencek jadwal penerbangan kembali. Dan benar, senyum saya melebar. Akhirnya harga kembali normal dan saya bisa mengatur jadwal kembali seperti biasa.
Terima kasih, Jokowi. Sudah mengerti keresahan rakyat biasa seperti saya. Memang seharusnya begitu. Kekuasaan seorang Presiden digunakan untuk kepentingan rakyat banyak.
Saya pun tenang kembali, setenang saat memegang secangkir kopi, sambil mengingat kata motivasi yang sedang populer, "Kesulitan mengatur keuangan adalah saat tidak ada uangnya."
Kalau lagi bokek, ada aja kata-kata motivasinya.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga:
- Tiket Pesawat Mahal Karena Dikuasai Garuda dan Lion
- Tiket Pesawat Mahal, Budi Karya Sumadi Dinilai Lamban
- Didesak Pemerintah, Tarif Citilink Turun Beberapa Rute