Lhokseumawe – Salah seorang warga Kota Lhokseumawe, Aceh berinisiatif melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia, Aceh Utara, karena mengalami demam tinggi dan sesak napas.
Wanita asal Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe itu ketika dihubungi melalui telepon seluler mengatakan, dirinya baru saja pulang dari Tangerang, Banten, untuk memastikan tentang kesehatan dirinya, maka ia mendatangi rumah sakit pelat merah tersebut.
“Senin, 16 Maret 2020, saya pulang ke Aceh, kini gejala yang sedang saya alami adalah kepala sakit seperti dihantam balok, demam tinggi, sesak napas, sendi-sendi saya sakit sekali dan susah menelan makanan. Namun saya tidak punya riwayat sakit asma,” ujarnya, Rabu, 18 Maret 2020.
Setelah menceritakan itu, maka mereka yang berada di ruang IGD tersebut langsung bangun seperti orang ketakutan, seakan-akan akan tertular virus.
Ia menambahkan, saat mendatangi ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia, tidak ada dokter yang memeriksa dirinya dan hanya perawat saja yang mengukur suhu tubuhnya.
Ketika selesai mengukur suhu tubuh, maka hanya diberikan resep obat pereda demam dan sakit kepala, namun dirinya menceritakan kalau ia telah baru pulang dari Tangerang, serta menceritakan keluhannya.
“Setelah menceritakan itu, maka mereka yang berada di ruang IGD tersebut langsung bangun seperti orang ketakutan, seakan-akan akan tertular virus. Harusnya jangan hanya periksa suhu tubuh saja, tapi harus ada tes yang lain,” tuturnya.
Kekecewaannya bertambah ketika ia menanyakan kepada dokter, apakah dirinya harus diisolasi atau dikarantina. Perawatnya menyatakan kalau suhu tubuhnya 36, 5 derajat celsius dan tidak perlu isolasi, serta bebas untuk jalan-jalan.
Hal yang membuat dirinya merasa heran adalah tidak dokter yang periksa, hanya perawat saja yang mengecek suhu tubuh dan kemudian langsung diberikan resep obat. Seharusnya ada dilakukan tes yang lebih intensif.
“Saya berkali-kali menceritakan keluhan yang saya alami, tapi perawat di rumah sakit tetap menyatakan kalau aman-aman saja. Hingga pulang dari rumah sakit tidak mendapatkan kepastian apakah harus mengkarantina diri mandiri di rumah atau tidak,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Penanganan Covid-19 Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia dr. Mukti, mengatakan pasien tersebut keluhanya hanya batuk selama empat hari dan sakit tenggorokan.
“Tidak sesak dan demam. Bahkan suhu tubuhnya hanya 36, 7 derajat celsius dengan riwayat bepergian ke Jakarta empat hari lalu dan dokter jaga telah berkordinasi dengan dr. Indra Sp.P, maka pasien itu berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP),” tutur dr. Mukti. []