Cerita Rahmat, Berawal di Kampung Kini Melambung

Muhammad Rahmat, pemain bola Bali United yang juga mantan pemain PSM Makassar mengisahkan perjalanan kariernya menuju pesepak bola profesional.
Mantan pemain sayap PSM Makassar M. Rahmat melelang jersey yang dikenakannya di final Piala Indonesia. Hasil lelang dari jersey pemain yang kini membela Bali United ini digunakan penanganan Covid-19 dan membantu masyarakat Kota Makassar yang terdampak virus corona. (Foto: Instagram/m_rahmat.11)

Bima – Si kulit bundar seperti enggan lepas dari kaki Rahmat saat dia menggiring bola. Kakinya seperti menari ke kiri dan ke kanan, menjaga agar pemain musuh tak mengambil bola.

Sesekali bola yang digiringnya sengaja dia tendang menjauh, kemudian dengan kecepatan tinggi Rahmat berlari mengejarnya, sehingga pemain lawan tak berkutik.

Tidak jarang peluh membasahi wajah dan jersey yang dikenakan. Namun dia tetap berlari mencari posisi terbaik sambil menunggu umpan dari rekan-rekannya, kemudian menendang bola yang sudah dikuasai ke arah gawang.

Begitulah biasanya M Rahmat, 32 tahun, pemain tim papan atas Liga 1 Indonesia musim 2020, Bali United saat berlaga mengolah si kulit bundar di lapangan.

Rahmat memulai kariernya sebagai pemain bola amatir di kampungnya, Beba, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Saat itu Rahmat hanya melakukan hobinya bermain bola.

Rahmat sama sekali tidak pernah kepikiran untuk menjadi pemain sepak bola professional seperti saat ini.

Dukungan dari Keluarga

Berawal dari hobi yang terus digeluti itu dan didukung dengan adanya lapangan sepak bola di depan rumahnya, bakat Rahmat terus terasah.

“Awalnya hobi, karena kebetulan depan rumah saya ada lapangan sepak bola,” ujar pemain yang pernah memperkuat timnas Indonesia tersebut, saat dihubungi oleh Tagar, Minggu, 30 Agustus 2020..

Selain karena hobi, Rahmat mengaku pihak keluarganya sangat mendukung hobinya, terutama kedua orang tuanya.

Dukungan itu menjadi penyemangat Rahmat untuk terus berlatih dan bermain sebaik-baiknya. Rahmat mengasah kemampuannya mengolah si kulit bundar.

Berbekal keyakinan diri, keterampilan mengolah bola, serta dukungan dari orang tuanya, Rahmat pun mengikuti seleksi PSM U-21, yang saat itu digelar di Lapangan Karebosi.

Saat itu tahun 2008. Rahmat harus menempuh perjalanan puluhan kilometer dari kampungnya untuk mengikuti seleksi di Lapangan Karebosi.

Rahmat berhasil lolos seleksi dan menjadi bagian dari tim PSM muda. Dia mengalahkan ratusan pesepak bola lain yang datang dari berbagai daerah untuk mengikuti seleksi itu. Karirnya pun dimulai.

Saya daftar di PSM U-21 (junior) pada tahun 2008 dan Alhamdulillah lolos.

Selama satu musim bersama tim junior Juku Eja, Rahmat tampil mengesankan dan terlihat memiliki bakat yang menjanjikan untuk naik level senior. Namun, untuk menembus skuat senior, dia dan beberapa rekannya harus melalui tahap seleksi.

Pada tahun 2009, pemain yang mengidolakan striker PSG dan Brazil Neymar berhasil menembus skuat utama PSM Makassar.

Namun bergabung dalam tim senior pun bukan jaminan untuk selalu tampil bermain saat timnya bertanding. Rahmat harus kembali bersaing dengan para senior untuk mendapat tempat utama.

Penampilan Rahmat yang selalu bagus saat latihan membuat pelatih meliriknya dan memilihnya untuk masuk di tim utama.

“Main inti itu tergantung pelatih, di sesuaikan dengan taktik dan strateginya. Kalau kita bertanya tentang seberapa sering main, Alhamdulillah saya juga mendapat kesempatan bermain yang lumayan dari setiap pelatih yang datang,” ujar dia.

Rahmat dikenal sebagai salah satu pemain cepat di Indonesia. Selain cepat, dia sangat lihai dalam menggiring bola. Berlari cepat dan bola akan tetap menempel pada kakinya, membuat lawan-lawannya sangat sulit untuk menghentikan pergerakannya.

Kelihaian dan kelincahannya saat memperkuat PSM Makassar membuat beberapa klub di Indonesia mengincarnya, termasuk Bali United, tempatnya bermain sekarang.

Tahun 2019 menurutnya menjadi tahun yang amat sedih untuk Rahmat. Sebab dia harus meninggalkan tim yang telah membesarkan namanya di kancah persepakbolaan Indonesia.

Alasan kepergian Rahmat pun patut diberikan acungan jempol, dia ingin memberikan ruang bagi pemain muda yang ada di PSM Makasar untuk mendapatkan tempat inti. Tujuannya, agar para pemain muda itu bisa menambah jam terbang dalam sepak bola.

Terlebih, kata dia, PSM Makassar perlu penyegaran dan suporter membutuhkan tontonan baru dari setiap pemain.

“Salah satu alasannya agar ada regenerasi di tubuh PSM Makassar, agar ada tontonan baru dari pemain-pemain yang baru untuk suporter. Apalagi sudah banyak pemain muda yang hebat-hebat sekarang, dan semoga dengan mereka PSM bisa lebih berprestasi lagi,” ujar Rahmat.

Mulai Berlatih

Usai hengkang dari PSM Makassar, Rahmat memilih bergabung dengan Bali United, dan menjadi idola baru di klub papan atas Liga 1 Indonesia tersebut.

Salah satu alasannya memilih Bali United adalah sejak lama dirinya menjadi fans atau penggemar tim dari pulau dewata tersebut.

Saat ini, bersama Bali United suami dari Paramitha itu sudah sudah mencetak dua gol. Namun sayang akibat pandemi membuat dia tidak bisa menambah pundi-pundi gol bersama Serdadu Tridatu (julukan Bali United), mengingat Piala AFC maupun Liga 1 Indonesia 2020 diliburkan hingga saat ini.

“Saya baru mencetak dua bola bersama Bali United, dan saya memiliki harapan besar yakni bisa memberikan kontribusi terbaik buat tim,” harapnya.

Tapi, meski kompetisi diliburkan, Rahmat mengaku dirinya dan kawan-kawan sudah mulai kembali berlatih. Latihan yang dijalani, kata Rahmat, sebagai persiapan piala AFC yang akan berlangsung bulan September 2020.

“Sekarang saya sudah latihan bro, sudah satu bulan latihan bersama Bali United,” kata Rahmat yang pernah memperkuat tim Juku Eja, julukan PSM Makassar selama sebelas tahun itu.

Pemain yang dijuluki “The Flash” karena kecepatannya di lapangan itu, mengaku sebagai pemain bola dirinya juga memiliki pemain bola lain yang diidolakan.

Untuk pemain Indonesia, Rahmat mengaku sangat mengidolakan Bambang Pamungkas. Alasannya karena mantan pemain Persija Jakarta bermain dengan bagus, memiliki skill dan sangat hebat di zamannya.

Selain karena skill di Lapangan, ternyata Rahmat menilai BP merupakan pemain yang sangat baik dan menjadi contoh teladan bagi pemain muda.

“Saya idolakan mas BP sejak dari zaman sekolah , pemain bola yang saya kenal namanya paling familiar yah Bambang Pamungkas. Dia pribadinya juga sangat baik,” kata Rahmat.

Semetara untuk pemain luar negeri, Rahmat sangat mengidolakan striker timnas Brazil yaitu Neymar. Menurut dia, Neymar merupakan salah satu pemain terhebat yang ada di muka bumi.

Mantan penyerang klub raksasa Liga Spanyol, Barcelona itu, menurut Rahmat memiliki skill di atas rata-rata ketika memainkan si kulit bundar. Selain Neymar, Rahmat memang sangat suka dengan permainan pesepak bola Brazil.

“Saya suka Neymar, saya suka dengan skill dia, dan rata-rata saya memang suka dengan pemain dari Brazil,” kata pesepak bola yang mengaku sangat suka bermain game ini.

“Kalau main game sering saya lakukan sebelum saya menikah, tapi setelah saya menikah saya lebih sering menghabiskan waktu dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, apalagi setelah saya punya anak, saya pun lebih senang main bersama dia.” []

Berita terkait
Cerita di Balik Video Maki-maki Petugas Medis Aceh
Rumah sakit hanya mengambil bagian mengantar jenazah dengan mobil ambulans, mengenakan APD lengkap tidak ikut banyak membantu.
Cerita Tegang dan Bahagia Khitanan Massal di Medan
Sejumlah anak mengikuti khitanan massal yang dilaksanakan di Sekretariat Bersama (Sekber) Rumah Kolaborasi Bobby Nasution, Jalan Cut Mutia, Medan.
Layangan Mataraman Berdayakan Warga di Yogyakarta
Seorang remaja di Yogyakarta memberdayakan tetangga di sekitarnya dengan memroduksi layang-layang bermotif khas Mataraman.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.