Cerita Jelang Festival Babi Danau Toba 25-26 Oktober

Berbagai pihak yang selama ini menganggap Festival Babi Danau Toba ini hanya lelucon ternyata sadar bahwa ini serius dilakukan.
Togu Simorangkir (depan) dan komunitas Muara Inspirasi, penyelenggara Festival Babi Danau Toba 25-26 Oktober 2019 di Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. (Foto: Tagar/Istimewa)

Pematangsiantar - "Batal ya Festival Babi Danau Toba?" tanya beberapa orang kepadaku dalam dua hari ini.

"Festival Babi Danau Toba tetap dilaksanakan tanggal 25-26 Oktober 2019 di Muara," jawabku melalui telepon, WhtasApp dan messenger.

Itulah prolog yang dituliskan oleh aktivis Danau Toba, Togu Simorangkir menjawab sejumlah pertanyaan beberapa pihak terkait pelaksanaan festival yang terbilang unik namun bagi sebagian orang lagi ekstrem.

Menurut Togu, menjelang pelaksanaan Festival Babi Danau Toba yang pertama kali diadakan di Indonesia ini ada ketidaksetujuan acara ini tetap dilaksanakan. Berbagai pihak yang selama ini menganggap Festival Babi Danau Toba ini hanya lelucon ternyata sadar bahwa ini serius dilakukan.

Ada beberapa pendapat yang mengatakan Festival Babi Danau Toba ini akan menurunkan tingkat kunjungan wisatawan ke Danau Toba. Namun ketika saat ditanya kembali, berapa orang wisatawan yang datang ke Muara, Kabupaten Tapanuli Utata, setiap bulannya. Tidak ada jawaban.

Dia menyebut, ide Festival Babi Danau Toba ini dimuat di akun media sosialnya sebulan lalu, merespons wacana wisata halal yang akan dibuat di Danau Toba oleh Gubernur Sumatera Utara.

Dan karena semakin viralnya Festival Babi Danau Toba ini pada akhirnya ide wisata halal tersebut dikatakan hoaks.

"Statusku tentang Festival Babi Danau Toba dibagikan ribuan kali. Belum lagi yang dibagikan ke grup-grup Facebook atau di WA bahkan media nasional Tagar.id yang memuat berita ini menjadi pembicaraan nasional bahkan hingga ke luar negeri. Bahkan beberapa orang public figur pun membagikan ide Festival Babi Danau Toba ini," tukas Togu, pengelola Yayasan Alusi Tao Toba tersebut, Jumat 18 Oktober 2019.

Dikatakannya, banyak yang menyarankan untuk nama Festival Babi Danau Toba diganti dengan nama lain. Bahkan ada yang usul dengan nama Festival Kuliner Daging Babi.

Namun menurut pegiat literasi nasional yang sudah banyak menerima penghargaan itu menegaskan, Festival Babi Danau Toba ini bukan semata-mata tentang makanan.

"Lebih besar dari itu. Bahkan di Kamus Besar Bahasa Indonesia pun ya babi bukan kerbau kaki pendek. Image negatif babi kita yang buat. Jika berkata babi, langsung konotasi negatif yang hadir di pikiran kita. Apa salah babi sehingga makhluk ciptaan Tuhan ini menjadi hewan yang begitu hina dan menjadi bahan cacian kepada orang," tukasnya.

Dari sejak awal, kata Togu, dia mencetuskan Festival Babi Danau Toba itu tidak ada niat sedikit pun untuk menghancurkan Danau Toba. Justru perusahaan perusak lingkungan lah yang menghancurkan ekosistem Danau Toba dan pariwisata yang begitu ramainya di tahun 80-90an.

Dia menyebut, masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba banyak memelihara babi sebagai investasi untuk anak sekolah dan anak kuliah, membuat babi menjadi sangat vital perannya bagi keluarga menengah ke bawah.

Hanya saja Togu tidak memungkiri, banyak warga yang memelihara babi kotorannya dibuang ke Danau Toba. Dan masih sangat tradisionalnya peternak babi memasak pakan babi dengan menggunakan kayu bakar.

Semoga dengan adanya acara ini, ekonomi masyarakat Muara bergeliat ke arah yang baik dan ekosistem Danau Toba semakin baik

Dengan latar belakang itulah, Festival Babi Danau Toba tetap mempertahankan nama babi bukan mengganti ke acara kuliner. Karena di Festival Babi Danau Toba ini akan ada pelatihan pengolahan pakan babi dengan bahan di sekitar peternak.

Festival BabiFlyer Festival Babi Danau Toba 25-26 Oktober 2019 di Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Istimewa)

Akan ada pengelolaan ternak dan kandang babi dan akan ada penyuluhan tentang kesehatan babi yang selama ini warga peternak tidak mendapatkan informasi itu.

Selain pelatihan itu, lanjut dia, akan ada lomba yang dikhususkan ke anak-anak di antaranya menggambar, mewarnai dan fashion show. Bahkan hadiah lomba ini pun sebagian disiapkan oleh masyarakat Muara.

Ada juga lomba kontes babi seperti lomba lari babi, lomba memanggil babi, lomba menebak berat babi, lomba selfi dengan babi, lomba kebersihan kandang babi, lomba babi tersemok serta lomba panjambaran. Khusus lomba panjambaran, peserta dibatasi maksimal berusia 35 tahun dan hanya untuk 10 tim saja.

Selain lomba di atas, ada juga lomba kuliner berbahan daging babi yaitu lomba masak babi arsik, babi kecap, sate babi, tanggo-tanggo dan panggang.

"Semua daging babi dan lomok-lomok akan dibeli di masyarakat Muara. Begitupun dengan bumbu untuk memasak juga diberi di warung yang ada di sekitar lokasi acara," jelasnya.

Di tengah rencana kegiatan, kata Togu, Festival Babi Danau Toba ini justru dikaitkan dengan rencananya untuk maju di Pemilihan Bupati Tapanuli Utara 2024. Sampai-sampai ada anggota DORD yang ingin mengerahkan massa untuk menolak acara ini.

"Padahal ketika aku membuat ide Festival Babi Danau Toba ini aku tawarkan ke publik siapa yang mau menyelenggarakannya. Dan pada akhirnya Komunitas Muara Inspirasi yang dikomandoi Ishak Aritonang yang menghubungiku dan meminta Festival Babi Danau Toba diselenggarakan di Muara," ujarnya.

Alasan komunitas itu mau menyelenggarakannya di Muara karena Muara hanya 30 menit dari Bandara Internasional Silangit. Namun selama ini tidak ada tamu yang datang ke Muara. Padahal wilayah itu memliki potensi wisata seperti tenun Harungguan dan mangga.

"Sampai aku bertanya berkali-kali kepada Ishak apakah berkomitmen melaksanakannya dan katanya, siap bang," tutur Togu.

Perkembangan mendekati kegiatan, dua hari lalu ada pertemuan di Kantor Camat Muara antara Camat dan tokoh masyarakat, diputuskan agar pelaksanaan ditunda dan nama diganti.

Ada beberapa panitia atau parhobas yang menangis karena keputusan itu. Anak-anak muda yang ingin berkontribusi membangun kampungnya namun tidak didukung. Ishak pun mengabarkan hasil pertemuan itu, namun Togu menyerahkan sepenuhnya kepada Komunitas Muara Inspirasi.

"Kita tetap lanjutkan, Bang. Ini komitmen kami. Sudah banyak yang pesan kamar. Sudah ada yang akan datang dari Lombok, Bali, Jakarta. Ini lah momentum pariwisata di Muara menjadi destinasi wisata di kemudian hari," ujar Ishak, ditirukan Togu.

Togu bertutur, banyak hal lagi yang menjadi untold story karena Festival Babi Danau Toba. 

"Aku berharap Festival Babi Danau Toba ini akan berjalan dengan lancar. Tuhan tahu bahwa tidak ada niatan buruk untuk 'mematikan' wisata Danau Toba. Semoga dengan adanya acara ini, ekonomi masyarakat Muara bergeliat ke arah yang baik dan ekosistem Danau Toba semakin baik. Semoga dengan hadirnya dua media asing yang berbasis di Amerika dan Jepang bisa mengangkat potensi Muara, Danau Toba di mata internasional," tuturnya. []


Berita terkait
5 Festival Paling Unik di Dunia, Satu dari Indonesia
Beberapa festival di dunia ini dikenal unik dan belum tentu ada di tempat lain. Salah satunya terdapat di Indonesia.
Festival Babi Danau Toba Bakal Digelar di Muara
Festival Babi Danau Toba yang dicetuskan oleh aktivis lingkungan, Togu Simorangkir benar-benar serius dikerjakan.
Aktivis Ini akan Gelar Festival Babi di Danau Toba‌ ‌
Pegiat literasi nasional dan aktivis lingkungan di Danau Toba, Togu Simorangkir berencana menggelar Festival Babi di Danau Toba, Sumatera Utara.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.