Semarang - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kembali mengingatkan sekolah untuk tidak ragu mencoret siswa baru jika ditemukan kecurangan. Proses validasi dan verifikasi faktual data siswa bisa menjadi pintu bagi sekolah untuk menguak ada tidaknya manipulasi data.
Terkait hal itu, Gubernur Ganjar melakukan inspeksi mendadak (sidak) di proses validasi dan verifikasi data faktual di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Semarang. Ia ingin memastikan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah tersebut berjalan sesuai ketentuan.
Mohon maaf, kalau nanti terdapat pelanggaran, kami coret langsung.
Sekaligus, Ganjar ingin melihat penerapan protokol kesehatan di sekolah yang berlokasi di Jalan Pemuda tersebut. Di tempat itu, tidak ada kerumunan orang tua maupun calon siswa. Mereka semua tertib mengantre, baik saat proses pengecekan data awal sampai akhir.
Untuk memecah kerumunan, pihak sekolah memperbanyak ruangan untuk proses validasi. "Saya hanya ingin memastikan, protokol kesehatannya disiapkan agar tidak berkerumun. Serta, proses verifikasi faktualnya juga harus ketat dengan harapan data yang masuk benar adanya," kata Ganjar.
Ganjar mengatakan seluruh guru di SMA dan SMK se-Jateng dioptimalkan dalam proses pemeriksaan itu. Dengan begitu akan didapat data benar sehingga tidak ada lagi unsur manipulasi, kebohongan, asli tapi palsu (aspal) dan sejenisnya.
"Kami ingin menciptakan integritas, jadi kalau ada yang mengatakan PPDB di Jateng lama dan terkesan bertele-tele, itu sebenarnya tidak benar. Kami sedang berhati-hati soal ini," ucap dia.
Ganjar menyebutkan, sudah ada temuan pelanggaran PPDB. Sejak awal pendaftaran, ragam pelanggaran soal integritas sudah muncul.
"Temuan sudah ada, jumlahnya saya belum mendapat laporan. Kalau yang awal-awal kami kasih peringatan, tapi kalau temuannya saat validasi dan verifikasi ini, kami sudah berkomitmen dengan jelas. Mohon maaf, kalau nanti terdapat pelanggaran, kami coret langsung," ucap dia.
Ketegasan Ganjar soal integritas dalam PPDB didukung oleh orang tua dan calon siswa. Menurut mereka, apabila ada orang tua atau calon siswa yang memalsu data demi bisa sekolah di SMA tertentu, maka harus dicoret.
"Prihatin ya, di zaman sekarang masih ada yang ngakalin (curang) seperti itu. Ini harus diperhatikan, karena ini sikap dan akan menjadi keteladanan. Kalau masih kecil anaknya diajarin seperti itu, ke depan akan jadi apa," kata Agus Prasetyo, orang tua siswa asal Plombokan Semarang.
Hal senada disampaikan Ahmad Fadhil, calon siswa di SMAN 3 Semarang. Menurutnya, kalau ada yang memalsu data, maka harus di diskualifikasi.
"Itu kurang baik. Kalau sekarang saja anaknya diajari seperti itu, nanti besar gimana? Kan tambah rusak. Kalau ditemukan ada yang palsu, didiskualifikasi saja," katanya.
Fadhil yang masuk SMAN 3 Semarang melalui jalur prestasi ini mengingatkan kepada kawan-kawannya untuk selalu jujur. Menurutnya, kejujuran akan menuntun semuanya ke jalan yang benar.
"Kalau bisa jujur saja, sebab kalau jujur, pasti ditunjukkan jalannya oleh Tuhan," tutur atlet Karate, juara Popda tingkat Kota Semarang ini. []
Baca juga:
- Pendaftar Gelap Usai PPDB SMP Semarang Ditutup
- Minim Peminat, SMPN 4 Bae Kudus Buka PPDB Offline
- Ketika Warga Miskin di Kudus Keluhkan PPDB SMK