Cara Startup di Bali Bertahan dari Badai Covid-19

Bali menjadi salah satu destinasi wisata yang paling terkena dampak pandemi Covid-19. Salah satunya adalah perusahaan startup.
Rizki Diansyah CEO Bananaz.co, salah satu startup di pelayanan industri pariwisata mengatakan perusahaan harus melakuka penyesuaian agar bisa bertahan dari dampak Covid-19. (Foto: Tagar|Nila Sofianty).

Denpasar - Bali menjadi salah satu destinasi wisata di Indonesia yang paling terkena dampak wabah pandemi virus corona Covid-19. Tak hanya industri perhotelan, sejumlah industri turunannya pun terkena imbas anjloknya kedatangan turis lokal dan mancanegara. Salah satunya adalah perusahaan-perusahaan di industri digital seperti perusahaan rintisan atau startup.

Di tengah badai corona, perusahaan startup harus mencari cara untuk mempertahankan bisnis. Bananaz.co, salah satu startup di pelayanan industri  pariwisata menurut CEO-nya, Rizki Diansyah,harus melakukan penyesuaian di segala bidang untuk tetap bertahan.

Berdasarkan Alvara Research Center (2020), masyarakat Indonesia menempatkan liburan atau pergi ke tempat wisata menjadi peringkat pertama pasca berakhirnya pandemi corona

Baca Juga: Update Covid-19 Bali: 8 Sembuh, Tak Ada Kasus Baru 

"Banyak yang terdampak pastinya. Untuk itu, kami tengah melakukan proses penyesuaian secara bertahap melihat kondisi pariwisata selama pandemi corona," ucap Rizki saat dihubungi Tagar, Kamis 30 April 2020.

Prinsip layanan bananaz sebenarnya in line dengan social distancing. Dimana pengguna #bananazbali tidak perlu datang ke base kami untuk sewa dan ambil antar motor. Cukup pakai apps atau web dan kita akan kirimkan motornya

Turis Asing di BaliSeorang turis asing di atas motor sewaan dari startup baru di Bali Bananaz.co. (Foto: Tagar|Nila Sofianty).

Menurutnya, dampak pandemi corona, banyak turis yang tidak bisa masuk ke Bali. Untuk itu, Bananaz.co melakukan beberapa penyesuaian pada aplikasi dan web. "Masih dalam proses dan akan segera jalan," tutur Rizki. 

Beberapa hal sederhana dilakukan tim Banana Bali, seperti membersihkan motor dengan disinfektan  yang akan sering di pegang pengguna motor. Hal itu agar  pada saat mengantarkan  motor ke penyewa, aman dari risiko penyebaran virus corona.

"Prinsip layanan bananaz sebenarnya in line dengan social distancing. Dimana pengguna #bananazbali tidak perlu datang ke base kami untuk sewa dan ambil antar motor. Cukup pakai apps atau web dan kita akan kirimkan motornya," jelasnya.

Rizki  mengaku, meski ikut merasakan muramnya industri pariwisata Bali akibat kerasnya benturan pandemo corona,  tetap bersemangat dan yakin bahwa cuaca cerah akan menerpa wisata Bali usai corona berlalu.

Ia mengutip Alvara Research Center (2020) yang menyebutkan, masyarakat Indonesia menempatkan liburan atau pergi ke tempat wisata menjadi peringkat pertama pasca pandemi corona berakhir. Responden yang memilih liburan atau pergi ke tempat pariwisata sebesar 21,8 persen, mengalahkan kegiatan bekerja dan bersilaturahmi dengan keluarga.

"Jadi bisa disimpulkan, ini hanya masalah waktu saja. Setelah ini layanan kita akan kembali seperti semula. Dengan beberapa keunggulan jasa #bananazbali, Insya Allah kita akan menjadi pilihan tepat untuk turis lokal dan mancanegara di Bali," tutur Rizki.

Ia  mengungkapkan timnya masih tetap semangat. Bahkan di bulan Maret ada program #bananazcare, bantuan bagi para turis yang kurang beruntung dan tidak bisa balik ke negara-nya karena corona.

"Kita melakukan kegiatan sosial melalui apa yang kita bisa lakukan. Termasuk kita bantu sewakan motor tanpa biaya, supaya mereka bisa menekan pengeluaran, tetapi masih bisa melakukan kegiatan sehari hari untuk memenuhi keperluan pribadi," ujar Rizki.

Startup  yang menggelar soft launchingnya di Bali bulan Agustus 2019, malah membantu para turis yang masih berada di Bali atau yang tidak bisa pulang kembali ke negaranya karena kebijakan lockdown atau hal lain. Bahkan bantuan tim bananaz.co ini sangat diapresiasi oleh para turis dengan mengirimkan email dan pesan singkat ucapan terima kasih untuk program Bananazcare.

Seperti yang ditulis Victoria, seorang turis asing. "Saya sangat berterimakasih sebagai seorang warga negara asing di masa sulit pandemi corona dengan segala bantuan Anda, mendapat pinjaman motor yang luar biasa bagus dan baru. Selain itu tepat waktu dan pelayanan sempurna," ucapnya. 

Victoria mengaku mendapatkan semua yang dibutuhkan. "Karena pertolongan Anda, saya bisa berhemat uang. Karena saya perlu berhemat. Apa yang Anda lakukan kepada saya membuktikan bahwa dunia tetap berdetak dan kita semua bisa saling membantu satu sama lain," katanya lagi."

Perusahaan rintisan ini menjadi salah satu contoh startup digital seperti yang diharapkan East Ventures (EV) – investor startup tahap awal pertama di Indonesia. EV telah beroperasi sejak 2009 dan telah berinvestasi di 170 startup digital di Asia Tenggara, 130 diantaranya lahir dan beroperasi di Indonesia.

Data yang dikumpulkan dalam EV-DCI bukan ditujukan sebagai sebuah kesimpulan tetapi sebagai titik awal yang memulai fase berikut dari transformasi digital Indonesia

Menurut Co-founder & Managing Partner, East Ventures, Willson Cuaca dalam siaran persnya yang diterima Tagar, Kamis 30 April 2020, industri digital adalah perekonomian yang berbasis penguasaan teknologi dan pengetahuan (knowledge based economy), bukan bertumpu pada penguasaan aset. Ini membuka kesempatan yang sama bagi perusahaan-perusahaan rintisan untuk mengambil peran sentral dalam membangun ekonomi digital Indonesia bersama korporasi raksasa dan perusahaan multinasional.

Menurut Wilson, perkembangan ekonomi digital yang cukup pesat memberikan dampak bagi perekonomian nasional, termasuk tenaga kerja Indonesia.

Baca JugaCovid-19, Warga Bali Tak Lagi Tolak Karantina PMI

East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) adalah upaya untuk memetakan dampak perkembangan ekonomi digital di seluruh Nusantara, seperti startup.  Ekonomi digital menjanjikan inklusivitas, pemerataan peluang ekonomi bagi seluruh penduduk Indonesia. Indeks ini adalah indikator dari keberhasilan industri digital dalam mewujudkan janjinya. Data yang dikumpulkan dalam EV-DCI bukan ditujukan sebagai sebuah kesimpulan tetapi sebagai titik awal yang memulai fase berikut dari transformasi digital Indonesia.

"Kami ingin mendorong semua pemangku kepentingan untuk ikut terlibat dan turut menikmati dampak positif ekonomi digital,” ucap  Wilson.[]

Berita terkait
Covid-19 Tak Halangi Produk Bali Tembus Pasar Ekspor
Sektor perdagangan Bali masih mampu menggeliat di tengah merebaknya pandemi virus corona atau Covid-19, salah satunya mampu menembus pasar ekspor.
Bali Siapkan Anggaran Rp 756 Miliar untuk Covid-19
Pemerintah Provinsi Bali merancang tiga skema penanganan pandemi Covid-19 secara menyeluruh dengan anggaran yang disiapkan sebesar Rp 756 miliar.
Pariwisata di Bali Masih Fokus Penanganan Corona
Dalam dua bulan ke depan, industri pariwisata di Bali diperkirkaan masih belum kondusif akibat imbas pandemi virus corona Covid-19.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)