Jakarta – Oracle Corp. dikabarkan telah resmi mengambil alih Tiktok untuk kegiatan operasional di Amerika Serikat (AS). Berita tersebut sekaligus mengakhiri spekulasi yang menyebut bahwa raksasa teknologi Microsoft akan merebut aplikasi asal China ini untuk di wilayah AS.
“ByteDance [perusahaan Tiktok untuk operasi di AS] menginfokan kepada bahwa tidak akan menjual Tiktok kepada kami,” ujar Microsoft seperti yang diberitakan oleh Bloomberg, Senin, 14 September 2020.
Untuk diketahui, korporasi milik taipan Bill Gates tersebut sempat mengemukakan bahwa akan melindungi pengguna di AS terkait keamanan data. Hal tersebut sontak membuat daya tawar Microsoft melambung dan menjadi kandidat kuat untuk mengambil alih Tiktok.
Menurut sebuah sumber, disebutkan bahwa Tiktok diminta untuk melakukan perbaikan atas proposal pembelian yang telah disodorkan. Hal tersebut kemudian dimanfaatkan Oracle untuk mengambil keuntungan dan akhirnya menjadi pemenang atas proses akuisisi ini.
Baik Microsoft ataupun Oracle dikabarkan sama-sama mengajukan nilai penawaran yang sama, yakni US$ 25 miliar. Oracle merupakan perusahaan teknologi yang cukup dekat dengan pemerintah AS. Tercatat, korporasi tersebut merupakan pemasok teknologi bagi Pemerintah AS, dan telah bekerja sama dengan Central Intelligence Agency (CIA) selama berpuluh tahun.
Khusus dengan Presiden Trump sendiri, CEO Oracle Safra Catz menjadi anggota tim sukses pada 2016. Dia juga diketahui mendukung Trump pada pemilihan presiden kali ini dengan ‘dukungan penuh’ senilai US$ 125.000.
Sebagai informasi, pada 2019 TikTok mengklaim sukses menghimpun pendapatan US$ 17 miliar. Besaran tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan US$ 7,4 miliar.
Saat ini, TikTok disebut memiliki tingkat pemakaian oleh pengguna yang cukup tinggi, yaitu sekitar 50 menit perhari. Aplikasi sosial populer lainnya yakni Facebook, disebut hanya memiliki engagement 30 hingga 40 menit perhari.