Buya Sebut Eks ISIS Pulang ke Indonesia Serba Repot

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif menyebut pemulangan eks ISIS ke Indonesia serba repot. Dampak negatifnya lebih banyak.
Mantan Ketua PP Muhammadiyah Buya Syafi\'i saat ditemui wartawan di kediamannya di Sleman, Rabu 12 Februari 2020. (Foto: Tagar/Evi Nur Afiah)

Sleman - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menyebut wacana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) eks ISIS sekitar 600 orang ke Indonesia serba repot.

Ulama yang akrab disapa Buya Syafi'i ini mengungkapkan, rencana pemulangan tersebut harus dipertimbangkan matang-matang oleh pemerintah dan lembaga terkait. Mereka yang meninggalkan Tanah Air karena alasan agama sudah terpapar ISIS dan sudah dicuci otaknya.

"Pemulangan Eks ISIS ini serba repot. Mereka ini kan termasuk yang sudah dicuci otaknya," kata Buya saat ditemui wartawan di kediamannya di Sleman, Rabu 12 Februari 2020.

Pemikir kelahiran Sumatera Barat 13 Mei 1935 ini meminta kepada pemerintah termasuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Intelijen Negara (BIN) betul-betul mempelajari apakah pemerintahan bisa menjamin masyarakat ketika kembali ke Indonesia.

Buya menyebut rencana ini sulit untuk digambarkan. Termasuk membicarakan apakah benar kombatan ISIS ini memang ingin pulang ke Indonesia dan siap untuk tunduk pada ideologi yang diusung Indonesia. Atau bahkan mereka tidak ingin pulang.

Dia menyebut hal itu perlu benar-benar dipertimbangkan. Apalagi ISIS sudah melakukan pemberontakan tindakan terorisme di berbagai negara termasuk Indonesia. Pembunuhan sudah banyak karena pengaruh aliran yang mengatasnamakan agama tanpa dasar itu.

Jadi ketika masuk ke Indonesia dan membuat kekacauan malah menjadi persoalan.

Menurut Buya, permasalahan antara kemanusiaan dengan masalah keamanan bangsa susah untuk dibahas bersama. "Jangan atas nama Tuhan kita membuat bencana di muka bumi, itu bertentangan sekali," ungkap peraih pernghaargaan Ramon Magsaysay Award 2008 ini.

Kalau dari sisi kemanusiaan memang susah untuk mempertimbangkannya apakah mereka masih masuk kelompk ISIS. "Jadi ketika masuk ke Indonesia dan membuat kekacauan malah menjadi persoalan," ucap Buya.

Selai itu, kata dia, ada beberapa dampak seandainya pemerintah tetap ingin memulangkan kombatan ISIS. Selain masalah keamanan, masalah sosial pun juga bisa muncul. "Apa masyarakat mau menerima mereka atau tidak. Ini jadi pertimbangan," katanya.

Buya belum bisa memastikan dengan solusi pencerahan lebih mendalam dapat memulihkan pemikiran kombatan ISIS. Langkah itu ada yang berhasil ada juga yang tidak. Tidak berhasil karena sudah terpapar ISIS. "Seharusnya mereka bisa melihat kalau di sana (Syuriah) itu seperti di neraka, sehingga mereka bisa membuka pikirannya semakin luas," ungkapnya.

Buya mengatakan jika sudah masuk ke ranah yang mematikan akal sehat susah. "Mereka rela pergi ke Syuriah itu alasan agama yang sama sekali tidak punya dasar," katanya.

Dia meminta pemerintah perlu membicarakan permasalahan lebih mendalam bersama orang-orang yang paham betul karakter mereka ini. Jangan lupa mendengarkan suara masyarakat pro dan kontranya. "Apakah masyarakat mau menerima mereka atau tidak. Yang kasus virus Corona saja orang kita sudah begitu, apalagi menyangkut ideologi," ucapnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
WNI Eks ISIS Tak Pulang, Pengamat: Bukan Jaminan
Pengamat Timur Tengah dan Terorisme M Syauqillah menanggapi keputusan pemerintah Indonesia tidak memulangkan WNI yang terlibat FTF, termasuk ISIS.
Hati-hati Pulangkan Anak-anak Eks ISIS
Pemerintah diminta berhati-hati apabila ingin memulangkan anak-anak warga negara Indonesia eks jaringan ISIS.
Pemerintah Diminta Kaji Skenario Hukum Eks WNI ISIS
Pengamat Timur Tengah dan Terorisme M Syauqillah mengatakan pemerintah mesti memiliki kebijakan hukum yang jelas mengenai WNI eks ISIS.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.