Buruh dan Masyarakat Bingung Soal Istilah New Normal

KSPI dibuat kebingungan dengan sikap pemerintah yang mengeluarkan istilah New Normal dalam kehidupan sehari-hari di tengah pandemi Covid-19.
Ilustrasi New Normal. (Foto: Pixabay/_freakwave_ )

Pematangsiantar - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dibuat kebingungan dengan sikap pemerintah yang mengeluarkan istilah New Normal dalam kehidupan sehari-hari di masa pandemi Corona atau Covid-19.

Presiden KSPI, Said Iqbal berpendapat, istilah new normal bisa membuat para buruh dan masyarakat kecil di Indonesia kebingungan. Apalagi melihat jumlah pasien positif Corona semakin meningkat setiap harinya. 

"Saat ini saja ketika masih diberlakukan PSBB banyak yang tidak patuh. Apalagi jika diberi kebebasan," kata Said Iqbal dalam siaran pers yang diterima Tagar, Kamis, 28 Mei 2020.

Lantas KSPI menyarankan pemerintah tidak menggunakan istilah new normal, melainkan tetap menggunakan istilah physical distancing yang terukur. Misalnya, kalangan buruh yang bekerja di perusahaan diliburkan secara bergilir untuk mengurangi keramaian di tempat kerja.

"Dengan jumlah orang yang keluar rumah untuk bekerja berkurang, maka physical distancing lebih mudah dijalankan. Inilah yang terukur. Sehingga di samping panyebaran pandemic Corona bisa ditekan, ekonomi bisa tetap bergerak dan tumbuh," ujar dia.

Said Iqbal menegaskan kebijakan new normal tidak tepat. KSPI memberikan lima fakta yang menjadi alasan bagi mereka tidak setuju dengan sebutan itu.

Percuma saja menyuruh pekerja untuk kembali masuk ke pabrik karena tidak ada yang bisa dikerjakan, akibat tidak adanya bahan baku.

Fakta pertama, jumlah orang yang positif Corona masih terus meningkat. Bahkan, pertambahan pasien positif setiap harinya masih mencapai ratusan.

"Fakta kedua, sejumlah buruh yang tetap bekerja akhirnya positif terpapar Corona. Hal ini bisa dilihat, misalnya di PT Denso Indonesia dan PT Yamaha Music, ada yang meninggal akibat positif terpapar Covid-19. Begitu juga di Sampoerna dan PEMI Tangerang, dilaporkan ada buruh yang OPD, PDP, bahkan positif," ucap Said Iqbal.

Selanjutnya, saat ini banyak pabrik yang sudah merumahkan dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat bahan baku material impor semakin menipis dan bahkan tidak ada. 

Seperti yang terjadi di industri tekstil, bahan baku kapas makin menipis. Industri otomotif dan elektronik, suku cadang juga mengalami hal yang sama. Begitu juga dengan Industri farmasi, bahan baku obat sudah menipis. Sementara di industri pertambangan, jumlah ekspor bahan baku menurun.

"Fakta ini menjelaskan new normal tidak akan efektif. Percuma saja menyuruh pekerja untuk kembali masuk ke pabrik karena tidak ada yang bisa dikerjakan, akibat tidak adanya bahan baku," kata dia.

Fakta keempat, PHK besar-besaran juga sudah terjadi di industri pariwisata, UMKM, dan sepinya order yang diterima transportasi online hingga kini belum ada solusi. Bahkan di industri manufaktur, ancaman PHK terhadap ratusan ribu buruh sudah di depan mata.

Menghadapi situasi PHK besar-besaran saat ini, yang dibutuhkan bukan new normal. Harapan yang diinginkan saat ini adalah mempersiapkan solusi terhadap ancaman PHK agar jutaan buruh bisa bekerja kembali. Tidak dengan meminta masyarakat mencari kerja sendiri.

"Seharusnya pemerintah memaksimalkan pemberian bantuan langsung tunai dan memberikan subsidi upah. Bukan meminta bekerja kembali di tengah pandemi yang mengancam hilangnya nyawa. Lagi pula, bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan, akan kembali bekerja di mana?" ucap dia.

Kata dia, tanpa new normal sebenarnya masih banyak perusahaan yang masih meminta buruhnya tetap bekerja. Dengan kondisi ini, sebenarnya yang dibutuhkan para buruh dan pengusaha bukan new normal. Tetapi regulasi dan strategi untuk memastikan bahan baku impor bisa masuk dan selalu tersedia di industri.

"Di sisi lain penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar. Karena sebagian perusahaan meliburkan karyawan atau melakukan PHK akibat profit perusahaan menipis bahkan negatif, akibat mereka harus membeli bahan baku dari impor dengan harga dolar dan menjual dengan rupiah yang sudah terpuruk," ujar Said Iqbal.

KSPI dan buruh Indonesia akan terus memerangi penyebaran Covid-19 dengan tetap mengkampanyekan physical distancing dan meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meliburkan buruh secara bergulir. Bukan menerapkan istilah new normal yang membingungkan para buruh dan masyarakat kecil. []

Berita terkait
DPR: New Normal Tidak Signifikan Menolong Ekonomi
Anggota DPR Anis Syarwati menilai rencana pemberlakuan New Normal yang tengah disosialisasikan pemerintah tidak bisa menolong ekonomi Indonesia.
Jokowi Minta Tatanan New Normal Disosialisasikan Secara Masif
Jokowi meminta protokol tatanan new normal atau normal baru Kementerian Kesehatan segera disosialisasikan secara masif kepada masyarakat.
New Normal, Risma: Tenaga Medis Masih Berjuang
Sementara itu, Bupati Banyuwangi sudah menyiapkan dan mengecek pelayanan publik untuk penerapan New Normal di Kabupaten Banyuwangi.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi