Buah Manis Pemudik Kudus Jalani Masa Isolasi

Para pemudik Kudus di karantina Rusunawa Bakalankrapyak akhirnya menyadari pentingnya langkah isolasi sebelum kumpul keluarga.
Sejumlah pemudik asal Kudus berjalan keluar dari karantina Rusunawa Bakalankrapyak setelah menjalani 14 hari isolasi. (Foto: Tagar/Nila Niswatul Chusna)

Kudus - Rasa haru dan bahagia menyelimuti enam pemudik asal Kudus di tempat karantina di Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Bakalankrapayak. Mereka dinyatakan sehat dan dibolehkan pulang setelah menjalani masa isolasi selama 14 hari.  

Keenam perantau yang sebelumnya bekerja di Jakarta itu merupakan warga Kecamatan Undaan. Diperkenankan kembali ke rumah pada Senin, 26 April 2020, mereka akhirnya menyadari pentingnya isolasi sebelum berkumpul kembali dengan orang-orang terkasih. 

Sebelum pulang mereka melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan dan mengurus administrasi. Sekitar pukul 09.00 WIB turun ke lantai dasar twin blok 4 rusunawa dengan menenteng sejumlah tas berisikan pakaian dan perlengkapan lainnya. 

Usai prosedur kepulangan di jalani, sekitar pukul 11.40 WIB, mereka dijemput oleh perwakilan Pemerintah Desa Undaan Lor dan Pemerintah Kecamatan Undaan dengan menggunakan mobil patroli Satpol PP. Ke-enamnya kemudian diantar pulang menuju rumah masing-masing.

Kami membawa virus atau tidak, kami tidak tahu. Dengan disiplin diisolasi di sini, kami bisa menjauhkan keluarga dari risiko penularan Covid-19.

Mz, 52 tahun, salah satu pemudik yang sukses menjalani isolasi di Rusunawa Bakalankrapyak menceritakan dua pekan lalu, tepatnya tanggal 12 April 2020, dia dan lima rekannya pulang dari Jakarta. Mereka pulang dengan menggunakan mobil pribadi dan melaporkan kedatangannya ke perangkat desa.  

Di hari yang sama, mereka menjalani pemeriksaan suhu badan. Selanjutnya diantar petugas babinsa dan bhabinkamtibmas setempat, untuk kemudian di bawa ke Terminal Induk Jati. “Dari terminal, kami diantar ke sini (rusunawa) untuk menjalani isolasi,” ujar dia kepada Tagar sesaat sebelum pulang. 

Mz mengaku ia sempat tidak sepakat dengan kebijakan Pemerintah Kudus untuk mengisolasi pemudik maupun perantau yang pulang kampung di karantina rusunawa. Sebab belum rasa rindu ke keluarga hilang, harus pisah lagi dalam waktu 14 hari. 

Namun selama menjalani masa isolasi ia akhirnya menyadari kebijakan tersebut. Bahwa pemisahan sementara itu juga untuk kebaikan dirinya dan keluarganya. Sebab pulang dengan kondisi sehat dan baik dari kota perantauan, tidak menutup kemungkinan virus corona dari zona merah ikut terbawa pulang ke kampung halaman.

“Namanya virus tidak kasat mata. Kami membawa virus atau tidak, kami tidak tahu. Dengan disiplin diisolasi di sini, kami bisa menjauhkan keluarga dari risiko penularan Covid-19,” ujarnya bersemangat.

Belasan hari hidup di rusunawa, Mz mengaku senang menjalani proses karantina. Selain menyelamatkan keluarga, langkahnya bisa membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Kamar nyaman, terjaminnya asupan gizi, keamanan, dan kesehatan membuat dia dan kawan-kawannya hidup nyaman.   

“Tempatnya nyaman, cuma sarana hiburannya kurang. Itu bisa diperhatikan, agar pemudik yang isolasi di sana tidak mudah bosan,” ujar dia.

Mengenai rencana ke depan, pria tersebut hanya angkat bahu. Namun untuk sementara ini, di tengah pandemi dan lesunya perekonomian , dia akan bekerja apapun, termasuk menjadi buruh serabutan, guna mencukupi kebutuhan hidup anak dan istrinya.

Camat Undaan Rifai mengungkapkan penjemputan enam pemudik di Rusunawa ini merupakan bentuk tanggungjawab pihaknya pada para pemudik. “Dua minggu lalu, mereka kami antar ke sini untuk menjalani karantina. Setelah selesai menjadi kewajiban kami untuk kembali mengantarkan mereka pulang,” katanya.

Soal penggunaan mobil Satpol PP sebagai armada penjemputan, Rifai mengaku itu dilakukannya secara tidak senaja. Susahnya mencari mobil pribadi membuat pihaknya meminta bantuan Satpol PP guna meminjam mobil patroli.

Sementara itu, Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Kudus, dr. Andini Aridewi mengatakan ada tujuh pemudik yang dipulangkan pada Senin, 27 April 2020. Selain enam warga Undaan, juga ada satu warga Kecamatan Gebog.

“Mereka pulang dijemput oleh pemerintah desa dan kecamatannya masing-masing,” katanya.

Hingga kini, ada 21 pemudik dan atau perantau yang telah selesai menjalani masa isoladi di karantina Rusunawa Bakalankrapyak. Rincinya, 13 telah dipulangkan pada Minggu, 26 April 2020 dan tujuh  lainnya dipulangkan hari ini. 

Mereka dipulangkan karena selama 14 hari menjalani masa isolasi dalam keadaan sehat dan tidak menunjukkan gejala mengarah ke Covid-19.

“Saat ini di Rusunawa Bakalankrapyak dihuni oleh 110 pemudik. Kemudian di Balai Diklat Sonyawarih ada 15 pemudik dan Graha Muria Colo ada tiga pemudik. Semuanya saat ini dalam keadaan baik,” tutur dia. []

Baca juga: 

Berita terkait
Tiga Tempat Karantina Pemudik di Kudus Siap Sepekan
Tempat karantina bagi pemudik Kudus di Colo, Menawan dan Bakalankrapyak siap digunakan dalam sepekan ke depan.
Pengalaman Pemudik Kudus Isolasi Mandiri di Polides
Eko Widodo harus menahan rasa rindu kepada keluarganya selama 14 hari selama menjalani isolasi mandiri di Polides Pasuruhan Kidul, Kabupaten Kudus.
Ratusan Pemudik Masuk Kudus Tanpa Screening Corona
Tidak ada petugas medis yang bertugas di Terminal Induk Jati untuk mencegah penyebaran virus corona. Padahal ratusan pemudik masuk ke Kudus.