Tegal - Kondisi memprihatinkan dialami Slamet Wahyudi, warga Desa Tonggara, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Bocah 11 tahun itu mengalami gizi buruk dan tak memiliki lubang anus.
Berat badan Slamet hanya 8,7 kilogram (Kg). Bobot itu tergolong tak normal untuk anak seusianya. Akibat kondisinya itu, setiap hari bocah yang biasa dipanggil Wahyu itu hanya bisa terbaring lemah di atas kasur.
Ibu Wahyu, Wasniah, 40 tahun, mengungkapkan, anaknya mengalami gizi buruk sejak berusia satu tahun.
"Waktu lahir normal. Tapi satu tahun setelah lahir, mulai susah makan, jadi berat badannya tidak normal. Kata dokter, gizi buruk. Tidak ada penyakit apa-apa," ungkapnya, saat ditemui Tagar di rumahnya, Rabu 16 Oktober 2019.
Menurut Wasniah, saat lahir berat badan Wahyu mencapai 2,5 Kg. Namun anak keduanya itu tidak memiliki lubang anus sehingga tidak bisa buang air besar. Kondisi itu baru diketahuinya tiga hari setelah proses kelahiran.
"Tiga hari setelah lahir baru ketahuan. Pas lahiran mungkin bidannya tidak tahu, mungkin kurang teliti. Tahunya setelah dibawa ke rumah. Saya langsung bawa ke rumah sakit untuk dioperasi, dibuatkan lubang di perut untuk buang air besar," kata dia.
Wasniah menuturkan, Wahyu lebih sering mengonsumsi susu. Sedangkan makanan lain tidak bisa dicerna dengan baik.
Gaji suami sedikit karena banyak potongan. Kalau saya sehari-hari hanya ibu rumah tangga
"Makannya susah. Kalau nasi atau sayur hanya diemut. Berat badannya pernah 6 kilo. Tidak pernah sampai 10 kilo," tuturnya.
Menurut dokter, seperti diungkapkan Wasniah, Wahyu harus menjalani operasi kembali agar bisa buang besar dengan normal melalui anus. Biaya operasi itu mencapai Rp 25 juta.
Namun, operasi pembuatan lubang anus itu belum bisa dilakukan selama berat badan Wahyu belum mencapai 10 Kg.
"Kata dokter berat badannya harus 10 kilo dulu baru bisa operasi. Sekarang masih 8,7 kilo. Belum sehat jadi tidak bisa dioperasi," ujar Wasniah.
Wasniah pun berharap berat badan Wahyu bisa segera naik agar bisa dioperasi. Salah satu upayanya yaitu dengan memberi asupan gizi dari bantuan makanan tambahan anak yang diberikan puskemas. Wahyu juga diberi vitamin dari rumah sakit.
"Sedikit-sedikit berat badannya sudah mulai naik setelah diberi vitamin," ucapnya.
Wasniah merupakan warga tidak mampu. Ia terdaftar sebagai penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Tegal. Suaminya, Jazuli, 50 tahun, bekerja sebagai buruh pabrik ban di Bogor, Jawa Barat.
"Gaji suami sedikit karena banyak potongan. Kalau saya sehari-hari hanya ibu rumah tangga," ujarnya. []