BNPT: Tidak Ada Universitas Imun dari Radikalisme

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan universitas di Indonesia tidak ada yang imun dari paparan radikalisme.
Kolonel Sudjatmiko dari BNPT, Prof Obsatar Sinaga, perwakilan Polda Jabar dan Kanwilkumham Jabar saat melakukan jumpa pers di Universitas Widyatama, Bandung, Senin, 9 Desember 2019. (Foto: Tagar/Erian)

Bandung - Kepala Sub Direktorat Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kolonel Pas Sujatmiko mengatakan tidak ada universitas di Indonesia yang imun dari radikalisme. 

"Kita harus tetap waspada bahwa pengaruh intoleran dan radikal terorisme bisa terjadi di kampus maupun di ruang publik lain. Tidak ada satu kampus pun di Indonesia yang imun terhadap penyebaran paham radikal terorisme ini," tutur Sujatmiko kepada Tagar, pada acara Seminar Nasional bertema Pencegahan Radikalisme ala Milenial di Universitas Widyatama Bandung, Senin, 9 Desember 2019.

Paham radikal terorisme harus terus diwaspadai semua kalangan, kata Sujatmiko, termasuk oleh mahasiswa. Karena tidak menutup kemungkinan paham radikal terorisme terus bergerilya, menyusup dan berkembang di lingkungan kampus.

Ia memastikan pemerintah terus berupaya menekan penyebarluasan paham tersebut. "Kampus seharusnya menjadi tempat yang aman untuk proses belajar mengajar, karena di kampus punya kode etik dan komitmen terhadap konsensus bangsa." 

Tidak ada satu kampus pun di Indonesia yang imun terhadap penyebaran paham radikal terorisme.

Bukan hanya di kalangan kampus, lanjutnya, dalam menangkal masuknya paham radikal terorisme, semua unsur masyarakat harus berperan aktif dan selalu meningkatkan kewaspadaan, serta selalu melaksanakan upaya-upaya positif. "Semua unsur harus meningkatkan kewaspadaan dan melaksanakan upaya-upaya yang positif berdasar Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, agar proses radikal terorisme di kampus dapat di tangkal."

Dalam kesempatan sama, pengamat terorisme yang juga Rektor Universitas Widyatama Profesor Obsatar Sinaga menyampaikan dengan tegas , bahwa menangkal segala bentuk radikalisme bukan hanaya tugas pemerintah, namun juga menjadi tugas kita bersama.

"Kepada Mahasiswa di kampus kami, agar tidak terpapar radikalisme. Kita berterima kasih kepada negara dalam melakukan pencegahan ini, namun semuanya harus terlibat, seluruh lapisan masyarakat harus terlibat dalam menangkal terorisme di Indonesia," tutur Obsatar Sinaga.

Terlebih saat ini memasuki era digital, kata Obsatar, informasi dapat dengan cepat menyebar termasuk paham-paham radikal, maka dari itu pemerintah juga harus menangkal hal tersebut secara masif. "Karena sekarang eranya media sosial, maka penetrasi pencegahan harus dilakukan masif oleh pemerintah melalui media sosial juga." []

Baca juga: 

Berita terkait
Erick Thohir dan Mahfud MD Bahas Radikalisme di BUMN
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bertemu dengan Menko Polhukam Mahfud MD untuk membahas ancaman paham radikalisme.
Nahdlatul Ulama Berperan Besar Tangkal Radikalisme
Nahdlatul Ulama berperan penting dalam memerangi radikalisme di Indonesia.
Senator Yogyakarta: Radikalisme Tak Hanya di Islam
Anggota DPD RI asal Yogyakarta menyebut radikalisme tidak hanya di Islam saja. Sebagian umat agama lain juga mengalaminya.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.