Berkah Tukang Cukur Bayar Seikhlasnya Saat Covid-19

Suryadi menjadi perhatian di medsos menggunakan APD lengkap saat memotong rambut para pelanggannya di dekat Korem Baskara Jaya 084 Surabaya
Tukang cukur bayar seikhlasnya, Suryadi Kholik. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Surabaya - "PSBB (Covid-19) Diperpanjang Potong Rambut Bayar Seikhlasnya", begitulah tulisan sebagai penanda tempat Suryadi Kholik, tukang cukur bayar seikhlasnya mangkal di dekat Markas Korem Baskara Jaya 084, Surabaya. 

Dengan mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap berwarna biru ibarat petugas medis yang menangani Covid-19, Suryadi menunjukan kemampuannya merapikan rambut pelangganya. Penampilan Suryadi yang mengenakan APD lengkap memang menjadi perhatian bagi warga atau pengendara yang melintas.

Dengan APD lengkap tersebut, nama Suryadi sebagai tukang cukur pun semakin dikenal. Apalagi, ada netizen yang memviralkan sosok Suryadi Kholik. 

Karena Covid-19 ini, saya dirumahkan sampai waktu yang tidak diketahui.

Saat ditemui Tagar, Suryadi mengaku sebelum menjadi tukang cukur, dirinya bekerja cleaning service. Tetapi sejak pandemi Covid-19 membuat dirinya terpaksa membanting setir demi bisa meraih pendapatan.  

Suryadi mengaku dirinya rela menjadi tukang cukur rambut keliling, demi bisa mencukupi kebutuhan rumah dan kedua anaknya yang masih SMP dan SD.

Diusianya memasuki 43 tahun itu, dirinya terpaksa menjalani pekerjaan ini. Karena menurutnya sudah tidak ada pilihan lain, setelah ia dirumahkan dari salah satu hotel di Surabaya, tempatnya bekerja sebagai cleaning servis.

“Karena Covid-19 ini, saya dirumahkan sampai waktu yang tidak diketahui. Dulu cleaning service jadi pekerja lepas, kerjanya 4 hari dalam seminggu," kata Suryadi, sambal mengelus dada, Kamis 14 Mei 2020.

Dengan kondisi ini, Suryadi menceritakan awal dirinya menggeluti pekerjaan menjadi tukang cukur rambut keliling. Saat itu, ia tengah berada di rumah dan melihat stok makanan habis, karena dampak dirinya di rumahkan.

Melihat hal ini, Suryadi yang menjadi tulang punggung keluarga pun langsung memutuskan untuk keliling menjadi tukang cukur rambut. Namun, adanya virus corona, ia pun sedikit ragu untuk menjalani pekerjaan tersebut.

"Nah, setelah itu saya memutuskan untuk menjalankan pekerjaan potong rambut keliling, setelah dua minggu di rumahkan. Awalnya sempat takut terkena virus," tuturnya.

Suryadi pun mengaku ide untuk mengenakan APD lengkap berawal dari temannya yang menjual APD seharga Rp 250 ribu. Suryadi pun langsung membelinya, dengan niat bisa berkeliling Surabaya untuk memotong rambut.

"Akhirnya memutuskan untuk beli APD dengan harga cukup murah di teman saya,” imbuh dia.

Suryadi mengaku memulai keliling saat pertengahan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pertama. Kala itu masih belum ada gang-gang yang di tutup. Namun, setelah adanya PSBB Jilid II, ia meraskan dampak besarnya.

Setelah itu, ia pun harus memutuskan untuk mencari tempat aman dan nyaman supaya dirinya tetap bisa mendapatkan penghasilan dari potong rambut. Kebetulan, kosnya yang berada di daerah Kutisari, Surabaya, Suryadi memilih mangkal di dekat Korem Baskara Jaya 084.

“Sudah empat hari ini mangkal di sini, dan Alhamdulillah hari ini yang paling ramai ketimbang hari kemarin yang biasanya cuma tiga orang,” ujar dia.

Tukang Cukur SeikhlasnyaTukang cukur bayar seikhlasnya Suryadi Kholik. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Potong Rambut Bayar Seikhlasnya

Selama menjalani pekerjaan menjadi tukang cukur rambut keliling, Suryadi merasa tersentuh hatinya. Disaat banyak orang kesusahan, ia berkeliling menawarkan diri untuk memotong rambut, dengan tarif orang dewasa Rp 10 ribu dan anak-anak Rp 8 ribu.

Saat berkeliling, setiap harinya Suryadi hanya bisa memotong rambut tiga sampai delapan orang. Bahkan, terkadang sama sekali tak mendapatkan pelanggan merasa tak tega apabila memberikan tarif kepada pelanggannya.

“Akhirnya saya pas PSBB pertama saya masih jalan saya masih keliling, ya dengan APD, tapi memang juga tak terlalu ramai. Tapi ya gimana, merasa tak tega, sehingga saya memutuskan supaya mereka bisa potong rambut tapi bayar dengan seikhlasnya aja deh. Kalau saya patok harga nanti engga enak, soalnya ini di masa susah juga ada pandemik virus,” kata dia.

Keputusannya untuk tidak memasang tarif atau bayar seikhlasnya ternyata membuat namanya viral medsos. Berapapun yang diberi orang, ia menerima dengan ikhlas, dan tak pernah berharap orang tersebut memberi uang banyak.

“Jadi sudah saya sediakan kotak uang di sana (bawah tempat potong) sehingga kalau selesai potong rambut para pelanggan bisa langsung menaruh uangnya, seikhlas mereka. Kadang ada yang naruh Rp 5 ribu kadang juga ada yang sampai Rp 20 ribu,” ujar dia.

Saat kondisi pandemik ini, Suryadi berfikir jika dirinya memasang tarif, bisa saja rezeki yang ia dapatkan tidak barokah. Hal ini lantaran orang tersebut tak ikhlas dalam membayar. Dari situ pun ia memiliki tekad bulat untuk tetap tak menarif harga.

“Saya berfikirnya seperti ini, meskipun saya juga butuh uang buat kebutuhan sehari-hari, tapi kalau saya memikirkan diri saya sendiri, terus bagaimana dengan orang lain. Jadi biar sama-sama enak dan orang tersebut ikhlas, ya saya buat dengan sistem seperti ini,” papar Suryadi.

Tukang Cukur SeikhlasnyaTulisan PSBB (Covid-19) Diperpanjang Potong Rambut Bayar Seikhlasnya dipasang di tempat Suryadi Kholik mangkal. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Hanya Bermodal Satu APD Cuci Pakai

Sayangnya, Suryadi hanya memiliki satu APD yang digunakan untuk memotong rambut pelanggannya. APD itu berwarna biru muda dilengkapi dengan masker medis, sepatu dan face shield.

Beruntungnya, APD yang ia kenakan ini berbahan kain, yang bisa di cuci setelah digunakan. Suryadi menjelaskan, saat membeli APD ini, dirinya sempat melakukan konsultasi kepada temannya, agar tak telalu mengeluarkan biaya untuk membeli APD. 

“Saya mencari ide, supaya APD yang bisa dipakai terus, dicuci lagi dan dipakai lagi. Terus saya akhirnya menemukan ini (APD),” jelas Suryadi.

Dalam membeli APD, Suryadi bercerita sedikit memaksakan kehendak. Hal ini lantaran, kalau tidak ia lakukan, nasib istri dan kedua anaknya di rumah bagaimana, terutama untuk makan sehari-sahari dan kebutuhan lainnya.

“Saya waktu kemarin sebenarnya mau beli dua tapi harganya terlalu mahal, jadi terpaksa beli satu ini wes. Beruntung bisa di cuci dan bahannya juga enak, tidak terlalu panas juga,” kata dia.

Tak hanya itu, pria berkacamata ini juga meceritakan kenapa sampai dirinya memutuskan membeli APD. Yakni setelah mendengar kabar di pemberitaan, kalau usia rentan terkena Covid-19 ini adalah usia diatas 40 tahun. 

Dari situ ia pun langsung memilih untuk membeli APD dengan harga Rp 250 ribu.

“Covid-19 menyerang umur di atas 40 (tahun), sedangkan umur saya kan 40 ke atas. Dari situ saya mikir setelah di rumah selama dua minggu. Akhirnya saya menginginkan tetap bekerja tapi tidak terkena virus, akhirnya ya menemukan dengan cara memotong dengan menggunakan APD,” ucap dia.

Tukang Cukur SeikhlasnyaPerlengkapan yang dimiliki tukang cukur bayar seikhlasnya Suryadi Kholik. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Banyak Tawaran APD Gratis

Dengan melakukan pekerjaan memotong rambut menggunakan APD, Suryadi kini terkenal di medsos. Bahkan hingga saat ini banyak relawan Covid-19 yang ingin memberikan APD kepada dirinya secara gratis.

“Ya, jadi teman saya itu mendapatkan banyak pesan, katanya ada beberapa orang yang menanyakan alamat saya, dan nomor kontak saya. Tujuan mereka ini yakni untuk memberikan APD kepada saya. Ya mungkin mereka iba kepada saya, sehingga ingin memberikan APD,” lanjut dia.

Meski demikian, Suryadi tak terlalu mengharapkan banyak terkait adanya tawaran APD gratis kepada dirinya. Ia mengaku bersukur kalau memang benar-benar di kasih. Tapi seandainya tidak, ia pun tak terlalu mempermasalahkannya.

“Ya kalau dikasih Alhamdulillah, kalau tidak ya tidak masalah,” kata Suryadi.

Rencananya, kalau memang ada bantuan APD, Suryadi ingin memberikan barang tersebut kepada rekannya. Sebab selama berkeliling dan mendapatkan tempat potong di sebelah Korem, selalu ada rekan yang mendampingi.

Ia juga yakin, kalau semakin banyak masyarakat yang tahu dengan potong rambut bayar seadanya tentu akan banyak orang yang datang. Hal ini juga mulai ia rasakan pada hari keempat dirinya mangkal di tempat tersebut.

“Kalau ada yang membantu saya bersyukur sekali, mungkin nanti bisa digunakan oleh teman saya, serta supaya masyarakat tak takut untuk potong di sini,” tutur dia.

Suryadi juga berharap, massa pandemi Covid-19 ini cepat berlalu, supaya tidak ada lagi masyarakat yang mengalami kesusahan keuangan. Selain itu, ia juga bermimpi seandainya virus corona ini sudah hilang, yakni membuka tempat potong rambut sendiri dengan harga murah.

“Semoga corona lekas berlalu, kasihan yang lainnya, saya aja merasakan susahnya nyari nafkah, apalagi seperti orang becak, orang ojek itu juga. Katanya ada sumbangan mana? enggak ada juga, saya selama ini belum tahu ada sumbangan juga. Tapi setelah ini berlalu saya akan buka tempat potong di bawah harga rata-rata tapi kualitas Barbershop,” tutur dia.

Sementara itu, pelanggan Suryadi, Yudha mengaku tahu potong rambu bayar seikhlasnya dari medsos. Sehingga, ia pun ikutan datang ke sana sembari dengan tujuan merapikan rambut, sekaligus berswafoto untuk membantu memviralkan pak Suryadi.

“Awalnya tahu dari Instagram, kan kemarin juga sempat di upload di beberapa akun milik Surabaya. Nah dari situ saya penasaran dan hari ini datang kemari,” ujar Yudha.

Yudha menuturkan meski potong rambut bayar seikhlasnya, namun hasilnya cukup bagus. Bahkan ia menilai tak kalah dengan tempat potong rambut yang kini kekinian, seperti barbershop. Apalagi alat cukur yang digunakan juga bersih dan modern.

“Bagus, mau potong model apa, pak Suryadi bisa dan pengalaman. Hasilnya rapi dan tidak mengecewakan,” imbuh dia.

Selain itu, di tengah pandemi seperti ini, Yudha berharap tukang potong rambut lainnya bisa meniru gaya pak Suryadi yang melakukan banyak cara demi bisa tetap membantu orang. Karena selama adanya virus corona, ia juga mengaku takut untuk potong rambut.

“Setelah mendengar ada tukang potong rambut dengan APD ini saya sedikit lega, karena menjawab ketakutan saya yang selama ini ndak berani ke tukang potong rambut, sebab takut kena virus. Apalagi potong di sini bayarnya seikhlasnya tentu sangat membantu, dan saya hara phal ini bisa memberi contoh lainnya,” tutur Yudha. []

Berita terkait
Pria 85 Tahun Bertahan Hidup dengan Gerobak di Aceh
Abdul Sani, 85 tahun, raganya sudah membungkuk, Matanya yang sudah rabun namun warga Subulussalam, Aceh ini tidak pernah mengeluh dengan keadaan.
Petaka Amonia di Aceh Utara
Aroma busuk amonia mengotori udara Desa Tambon Baroh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara. Bikin warga pusing, muntah sampai pingsan.
Ramadan dan Tragedi Berdarah di Bantaeng
Dua peristiwa sadis menggegerkan masyarakat Bantaeng di tengah pandemi Covid-19 dan bulan suci Ramadan.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.