Banyuwangi - Perajin besek dari anyaman bambu yang berada di Dusun Papring, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, saat ini bisa tersenyum lebar. Pasalnya, sejak sebulan ini mereka kebanjiran pesanan besek.
Pesanan datang sebagian besar dari panitia Hari Raya Idul Adha dan masyarakat hendak menggelar hajatan. Sebab di era new normal ini di Banyuwangi, masyarakat hendak menggelar hajatan seperti pesta pernikahan mulai diperbolehkan dengan penerapan standar protokol kesehatan Covid-19.
Jika masyarakat yang gelar hajatan biasanya digunakan untuk tempat suvenir mantenan (pernikahan).
“Besek saat ini menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik, seperti kantong plastik sekali pakai. Sejak akhir Juni hingga akhir Juli ini memang pemesanan besek meningkat hingga 60 persen," ujar perajin besek anyaman bambu, Widi Nurmahmudi, Senin, 27 Juli 2020
Widi mengaku rata-rata pemesan dari panitia Idul Adha dan masyarakat yang hendak menggelar hajatan. Kalau panitia Idul Adha digunakan tempat untuk daging yang akan dibagikan ke warga.
Baca juga:
- Salat Idul Adha di Takalar Dilarang di Lapangan
- Resep Menu Olahan Daging Sapi untuk Idul Adha
- 6 Negara dengan Tradisi Idul Adha yang Unik
"Jika masyarakat yang gelar hajatan biasanya digunakan untuk tempat suvenir mantenan (pernikahan),” kata dia.
Widi mengaku dalam 10 hari terakhir sudah ada pemesanan 5000 buah besek. Pesanan ini belum ditambah pesanan dari pelangan tetap yang setiap hari memesanya. Sehingga kata dia, harus kerja keras untuk menyelesaikan pesanan.
“Wah, ini saya hampir kewalahan menerima pesanan. Ini saja sudah 5000 pesanan, belum lagi pesanan yang sudah berjalan setiap harinya jumlahnya 60 hingga 100 besek. Tapi saya tidak mau mengecewakan pelanggan dan harus selesai tepat waktu," tutur dia.
Untuk pesanan besek panitia Idul Adha, kata dia, rata-rata berasal dari instansi pemerintah dan perusahan. Menurut Widi, membuat besek dari anyaman bambu itu tidak sendirian.
Dia dibantu 8 orang pemuda yang tergabung dari Komunitas Kampung Papring Kreatif. Selain itu, Widi juga mengambil besek dari perajin lainnya di sekitar Dusun Papring tersebut.
“Jumlah perajin besek anyaman bambu di Dusun Papring ini mencapai sekitar 70-an orang. Tapi dari jumlah itu tidak semuanya perajin menerima berbagai model pesanan besek seperti yang diinginkan pelanggan. Hanya sekitar 16 perajin yang bersedia dan sanggup mengerjakan berbagai model besek sesuai pesanan pelanggan,” kata Widi.
Widi mengungkapkan untuk besek diluar ukuran normal, harganya berbeda dan lebih bernilai jual tinggi. Seperti Suvenir berupa tas dari bahan besek ukuran 9x6 centimeter.
Ada juga kata Widi ukuran 9x13 centimeter dengan harga Rp3 ribu per besek. Sementara ukuran normal besek 15x15 centimeter dihargai Rp2 ribu per besek. Dan paling mahal ukuran 25x10 centimeter Rp 7.500 per beseknya.
“Sebenarnya ada juga yang pesan lebih besar, ukuran keranjang. Rencananya akan digunakan untuk tempat daging kurban sebelum dibagikan ke masyarakat. Ada pesanan sekitar 600 buah besek besar itu, harganya berkisar antara Rp. 12.500,” ujar Widi
Untuk bisa mendapatkan besek dari anyaman bambu, kata Widi, sistemnya harus memesan terlebih dahulu. Sebab menurut Widi, pihaknya tidak menyetok besek tersebut, karena besek jika ditimbun gampang sekali rusak.
“Besek itu jika ditimbun terlalu lama gampang rusak, terlebih lagi jika terkena air. Belum lagi nantinya risikonya dimakan binatang, seperti rayap dan binatang lainya,” kata Widi.
Untuk hasil penjualan besek anyaman bambu itu, 50 persen laba bersihnya akan dimasukan ke kas Komunitas Papring Kreatif, untuk biaya operasional Sekolah Alam Kampoeng Batara (Kampoeng Baca Taman Rimba). Sedangkan 50 persenya dibagi rata dengan para pemuda yang ikut bekerja mengerjakan besek anyaman bambu tersebut.
“Smoga besek ini semakin degemari masyarakat penganti kantong plastik. Selain menjaga lingkungan, juga bisa membantu perekonomian warga terutamnya di Dusun Papring ini,” tutur Widi.
Sementara itu, pemerhati lingkungan dari Sustainable Waste Banyuwangi, Novian Darma Putra menyambut baik beralihnya masyarakat dari kantong plastik sekali pakai, ke kantong ramah lingkungan seperti besek tersebut. Kata Novian, beralihnya masyarakat ke besek ini bisa dipastikan akan mengurangi volume sampah plastik pada Hari Raya Idul Adha.
“Alhamdulillah, ini kabar yang cukup mengembirakan. Dan saya berharap ini terus dilakukan masyarakat luas beralih dari kantong plastik sekali pakai ke besek yang jelas sangat ramah lingkungan. Smoga panitia Idul kurban lainya juga menggunakan kantong ramah lingkungan untuk tempat daging kurban nantinya,” ujar Novian Darma Putra.
Namun Novian berpesan kepada para perajin besek dari anyaman bambu, agar tidak berlebihan menebang pohon bambu. Sebab pohon bambu tersebut juga berfungsi sebagai sumber mata air. Sehingga jika penebangan bambu dilakukan secara berlebihan dikhwatirkan sumber mata air akan hilang.
“Saya berpesan saja kepada para perajin jika menebang bambu tidak terlalu berlebihan. Karena, biar bagaimanapun pohon bambu juga berfungsi sebagai resapan air. Saya khawatir jika menebangnya dilakukan secara berlebihan justru akan menghilangkan sumber mata air di sekelilingnya,” ucapnya. []