Begini Reaksi Warga Tapanuli Utara Hadapi Kabut Asap

Lebih jauh dampak buruk lainnya yang harus diwaspadai adalah gangguan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagi manusia.
Pelajar SD Negeri 173134 Lumban Baringin Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, menggunakan masker yang dibeli di warung dengan harga Rp 1.000, Senin 23 September 2019. (Foto: Tagar/Jumpa P Manullang)

Tarutung - Kondisi cuaca buruk akibat kabut asap dan debu kiriman di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara, merusak tanaman pertanian dan mengganggu arus penerbangan di daerah itu.

Lebih jauh dampak buruk lainnya yang harus diwaspadai adalah gangguan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagi manusia.

ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam. Penyakit ini rentan mewabah melihat kondisi cuaca saat ini.

ISPA cenderung menimbulkan peradangan pada saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga paru-paru.

Melihat cuaca buruk, dampak kabut asap kiriman di beberapa daerah seperti di Kabupaten Tapanuli Utara, Direktur RSUD Tarutung, dr Janri Aoyagie mencoba membagi tips sederhana menghadapi kabut asap saat ini.

"Sebisa mungkin menghindari aktivitas di luar rumah. Jika pun harus ke luar upayakan memakai masker, dan secara personal agar setiap orang agar banyak minum air putih, makan buah, dan minum vitamin c untuk menjaga kebugaran tubuh," kata Janri Aoyagie.

Janri mengatakan, asupan vitamin dari buah segar meningkatkan kekebalan tubuh melawan infeksi virus maupun bakteri.

"Risiko manusia mengalami infeksi ketika kekebalan tubuh kita melemah. Maka perlu meningkatkan pola makan teratur dengan selalu konsumsi buah segar. Buah segar sumber anti oksidan seperti jambu, jeruk, mangga, lemon dan lain-lain serta sayuran segar," katanya.

Edaran Dinas

Merespons kabut asap kiriman yang terjadi saat ini, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara melalui Kepala Dinas Kesehatan Tapanuli Utara, Aleksander Gultom sudah menyurati setiap instansi untuk menjalankan pola hidup sehat.

Dinas Kesehatan menyarankan agar menunda atau tidak melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler serta olahraga di luar ruangan selama kondisi cuaca belum membaik akibat kabut asap.

Kemudian bila melakukan aktivitas di luar ruangan agar menggunakan masker. Dan apabila masyarakat mengalami gangguan pernafasan, segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

"Kami harapkan partisipasi camat menyebarluaskan informasi itu kepada masyarakat melalui lurah, kepala desa dan kepala UPT Kesehatan. Sudah kita surati sejak tanggal 19 Setember lalu," kata Aleksander Gultom.

Pantauan Tagar, dalam tiga hari terakhir di Kabupaten Tapanuli Utara, intensitas kabut asap meningkat. Sejak pagi hingga sore hari terlihat jarak pandang makin pendek dan sejauh 100 meter warna di sekitar pandangan nampak membiru.

Sejauh ini data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dari Dinas Lingkungan Hidup Tapanuli Utara belum diperoleh data secara terukur tentang parameter kadar polutan berbahaya dalam udara akibat kabut asap kiriman itu.

Minimnya informasi ISPU itu di Kabupaten Tapanuli Utara disebabkan ketiadaan anggaran pengadaan alat pendeteksi ISPU. Hal itu diakui pejabat Dinas Lingkungan Hidup Benhur Simamora.

"Peralatan pendekteksi indikator ISPU tidak ada kita miliki. Dan anggaran tahun ini untuk itu tidak tertampung," kata Benhur.

Pantauan terbaru di beberapa unit sekolah para pelajar sebagian besar sudah memakai masker. Mereka memperoleh masker dari warung-warung di sekitar sekolah.

"Kami beli di warung dengan harga seribu rupiah satu buah. Ibu guru menyarankan menjaga kesehatan," kata Markus, pelajar kelas 3 SD Negeri 173134 Lumban Baringin, Tapanuli Utara, Senin 23 September 2019.

Berdampak Terhadap Tanaman

Sesuai penuturan petani cabai di wilayah itu, pengalaman beberapa tahun silam dampak kabut asap bisa merusak tanaman.

"Ciri khasnya menguning, keriting daun dan bakal buah. Jelas akibat minimnya proses asimilasi bantuan sinar matahari," kata Halomoan Simanjuntak, 43 tahun, petani cabai di Sipoholon.

Kerusakan tanaman itu dibenarkan Mangasi Simanungkalit, 51 tahun, petani lainnya.

"Kami mengalami dampak kerugian akibat kerusakan oleh kabut asap. Apalagi setelah turun hujan, akan disiram dengan hujan asam akibat kabut asap itu," kata Mangasi.

Petani meminta pemerintah agar menurunkan tim pemberi solusi dampak asap kepada petani seperti di Sipoholon.

"Sebenarnya kami butuh penanganan untuk menangkal dampak kabut asap ini," katanya.

Menanggapi itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Tapanuli Utara, Ir Sondang EY Pasaribu, menyarakan tips penanggulangan kepada petani.

"Cara mengatasinya, menyemprot dengan air bersih satu kali dua hari (sore hari) dan menambah bahan organik/kompos untuk menjaga kelembaban tanah. Dan kalau bisa menunda dulu jadwal tanam sampai musim penghujan turun," kata dia, di Tarutung, Sabtu 21 September 2019. []

Berita terkait
Kabut Asap Merusak Tanaman di Tapanuli Utara
Kabut asap kiriman mulai memasuki wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, Kamis 19 September 2019 pagi.
Kabut Asap Ancam Keselamatan Transportasi di Aceh
Kabut Asap yang melanda wilayah Aceh akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera, kini sudah semakin tebal.
Kabut Asap Batalkan 5 Penerbangan ke Bandara Silangit
Kabut asap kembali membatalkan sejumlah penerbangan ke Bandara Internasional Sisingamangaraja XII Silangit.
0
Ini Dia 10 Parpol Pendatang Baru yang Terdaftar di Sipol KPU
Sebanyak 22 partai politik (parpol) telah mengajukan permohonan pembukaan akun atau akses Sistem Informasi Partai Politik (Sipol).