Bantaeng Hujan Banyak Sampah Seperti Banjir Jakarta

Masalah sampah kiriman kerap terjadi setiap tahun membuat warga di kawasan Bantaeng, Sulawasi Selatan Khawatir akan banjir seperti di Jakarta.
Kondisi jalan di Desa Nipa-nipa di Kecamatan Pajukukang, Bantaeng saat air dari drainase meluap ke poros jalan. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Warga di Desa Nipa-nipa terpaksa mengawali liburan tahun 2020 dengan membersihkan sampah kiriman yang hanyut terbawa derasnya air di drainase. Dengan alat seadanya warga tampak sibuk membersihkan sampah yang berserakan. Mulai dari balok, ranting pohon dan bambu, mereka gunakan untuk mengangkat sampah dari got ke tepi jalan untuk menghindari penyumbatan di drainase. 

Diduga sampah itu akibat hujan deras yang melanda hampir setengah hari di wilayah Kecamatan Tompo Bulu, Gantarang Keke dan Pajukukang. Tiga kecamatan yang saling berdekatan di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan.

Nahas bagi warga Desa Nipa-nipa yang berada di Kecamatan Pajukukang, kecamatan terendah dari ketiga deretan tersebut. Volume air yang kian meningkat, seketika drainase meluap dan mengakibatkan banjir. Meski bukan banjir besar, yakni hanya setinggi tumit orang dewasa.

Sore itu, Rabu, 1 Januari 2020 Tagar menyambangi daerah yang berada di ketinggian kurang lebih 500 Mdpl itu. Tampak air semakin menggenang, dari drainase terus meluap. Hujan rintik-rintik pun tak kunjung usai saat melintasi jalanan yang kian tak nampak lagi akibat air keruh yang mengalir dari hulu ke hilir. Air datang membawa sampah berupa plastik makanan, ranting kayu dan lumpur. Kebetulan kontur jalan di sana cukup menukik, jadi memudahkan air dengan derasnya mengalir dari hulu ke hilir.

Dingin mulai menusuk daging saat itu, sementara warga masih sibuk menyingkirkan sampah ke bahu jalan hingga petang. Beberapa bapak-bapak memutuskan bertelanjang dada dan turun ke got sedalam kurang lebih 60 sentimeter itu. Agar leluasa membersihkan sampah yang tersangkut di got yang masih berdinding tanah.

Ini harusnya dikasi lebar tapi kata pak desa tidak ada anggaran.

Pagi setelahnya, Kamis, 2 Januari 2020, Tagar kembali menyisir jalan bekas banjir kecil itu. Tumpukan sampah tampak berserakan dan masih menjadi pemandangan di sepanjang bahu jalan di tiga kecamatan di daerah bertajuk Bumi Butta Toa ini. Lumpur yang terbawa luapan air dari drainase kini mengering, jika mengikuti pengendara mobil, butiran debu akan masuk ke mata.

Air Bah dan Sampah Nyaris Melukai

Dua pria paruh baya duduk di pinggir jalan, saat ditemui, mereka berbagi cerita tentang masalah sampah kiriman yang terus berulang setiap musim hujan tiba. Adalah Zainuddin T, warga di dusun Sabbannyang, Desa Nipa-nipa yang siap berbagi kisahnya tentang hujan, banjir dan sampah di awal tahun 2020 ini.

Zainuddin nyaris hanyut terbawa derasnya arus air bah bersama sampah. Meski aliran air terbilang kecil, hanya selebar 1 meter, namun itu cukup untuk menghantam pria yang tubuhnya tak sekuat dulu lagi. Imam dusun ini semakin larut bercerita meski tangannya sedikit gemetaran, bukan karena takut tetapi karena memang badannya kini sudah ringkih.

Bantaeng Banjir 2Warga desa Nipa-nipa membersihkan sampah di got untuk menghindari penyumbatan di drainase. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Pria paruh baya berpostur jangkung itu sembari menunjuk-nunjuk got menceritakan kalau dirinya sebelum dihantam air, masih sempat membersihkan rumput di tepi got dengan menggunakan cangkul. Ia sadari kalau tidak membereskan gundukan tanah dan rumput di dalam got, maka air bisa masuk ke rumahnya. Ia sangat sadar kalau musim hujan sudah di depan mata, terlebih mengetahui dampak yang bisa diakibatkan jika hal itu dibiarkan saja.

Meski sebenarnya hunian miliknya rumah panggung, namun bagi seorang yang religius itu tak mau tetangganya merasakan banjir akibat saluran air yang berada tepat di depan rumahnya tersumbat. "Ku cangkul tanahnya. Nda lama begitu, air deras sudah datang," tuturnya.

Untung saja ia tak sendiri. Sebagai tokoh agamawan setempat, beberapa warga sekitar turut mengikuti jejaknya yang membersihkan saluran air depan rumah masing-masing.

Masih tentang air bah dan sampah domestik. Zainuddin sempat terpeleset akibat derasnya air, beruntung tetangganya sigap meraih tangan sang imam dusun. Jika saja tak sempat, ia sendiri tak tahu apa yang bakal terjadi. Terlebih di sana, banyak bebatuan besar dan ranting yang terbawa arus.

Pihak desa mengatakan bukan ranahnya, tapi itu kerjanya dinas PU.

Mengadu ke Pemerintah

Zainuddin mengaku kerap membicarakan ini ketika ada pertemuan-pertemuan dengan pemerintah desa maupun pemerintah kecamatan. Membahas tentang solusi dari pemerintah untuk mengantisipasi kejadian yang terus berulang tiap musim.

Sebenarnya, kata dia, ini sangat sederhana. pemerintah perlu membenahi drainase yang ada. Meski harus diakui, akan menelan anggaran yang lumayan besar.

Bantaeng Banjir 1Zainuddin T, warga dusun Sabbannyang yang turut jadi korban sampah kiriman saat musim hujan. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

"Drainase di sini belum disemen semua jadi kalau air bah datang bawa sampah mudah sekali tersangkut. Di sini juga sempit (drainase). Ini harusnya dikasi lebar tapi kata pak desa tidak ada anggaran," kata Zainuddin.

Bukan hanya Zainuddin yang mengeluh-eluhkan atas aduan yang pernah diajukan ke pemerintah setempat. Masyarakat lain di kampung sebelah, Daeng Sattuni juga kerap mengadu. Namun apa daya, hal itu tak membuahkan hasil.

Sattuni mengatakan, satu waktu pertemuan dengan pihak Pemerintah Desa Nipa-nipa. Namun ia mendapati jawaban bahwa pelebaran ataupun perbaikan drainase bukan ranah Pemdes.

"Selalu diutarakan pada saat pertemuan di kantor desa tapi pihak desa mengatakan bukan ranahnya, tapi itu kerjanya dinas PU," tutur Daeng Sattuni.

Peran Dinas Lingkungan Hidup

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantaeng rupanya tak mengambil peran banyak dalam penanggulangan sampah yang meluap di sepanjang jalan akibat banjir ringan di lokasi tersebut.

Kepala DLH Bantaeng, H Abdullah Taibe menuturkan pihaknya hanya sebatas menyampaikan kepada pemerintah Kecamatan, Lurah dan Desa untuk bekerja bakti jika luapan sampah domestik terjadi.

Bantaeng BanjirSampah yang berserakan terbawa arus dari hulu dan masuk ke areal persawahan warga. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Ia tak menampik sampah yang berceceran di jalanan akibat terbawa arus, memang kerap terjadi di awal musim hujan tiba.

"Di setiap rapat koordinasi sering disampaikan. Kalau persoalan sampah, memang di musim hujan sering. Memang ada sampah yang dibawa oleh air. Silahkan kerja bakti atas koordinasi pak Desa dan pak Camat. Nanti kami angkut ke TPA," ucapnya.

Sementara Adriadi selaku Kasi Sarana dan Prasarana Bidang Kebersihan DLH Bantaeng malah menginginkan ada kolaborasi dengan pihak Pemerintah Desa. Agar masyarakat mempunyai bak penampungan sampah, tujuannya agar warga tidak asal membuang di got. Hanya saja hal itu tidak pernah tercapai.

"Harusnya kita berkolaborasi. Sebenarnya Dinas Lingkungan Hidup Bantaeng bisa memfasilitasi bak sampah kepada warga. Tetapi kan kami kekurangan anggaran juga. Makanya kita ingin berkolaborasi dengan pemerintah desa untuk menyediakan itu," kata Adriadi saat dijumpai di sela-sela penebangan pohon yang tumbang di jalan Poros Jeneponto - Bantaeng.

Dia memastikan, jika saja kolaborasi itu berjalan dengam baik, maka DLH Bantaeng akan menjalankan perannya untuk mengedukasi dan mensosialisasikan penggunaan bak sampah sebagai tempat pembuangan sementara atau tps. "Nanti kita menjemput untuk dibuang di tempat pembuangan akhir atau tpa," ucapnya.[]

Baca cerita lainnya: 

Berita terkait
Permandian Paling Digemari di Bantaeng
Jika anda ingin menghabiskan liburan bersama keluarga di akhir pekan, cobalah ke Bantaeng. Berikut Tagar merangkum lokasi permandian asyik di sana.
Awan Gelap di Pantai Lamalaka Bantaeng
Suasana mendung dan diselimuti awan hitam di langit-langit kota Bantaeng Sulawesi Selatan. Ini penjelasan BMKG
Soerabi Coffee, Tongkrongan Instagramable Bantaeng
Soerabi Coffee and Kafe di Kabupaten Bantaeng, Sulsel, menarik dikunjungi. Menunya murah, lokasinya juga menarik untuk berswafoto.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.